Selasa, 31 Oktober 2017

CERITA VERSI KAMI

#GamesLevel5
#Tantangan10H
#KuliahBunsayIIP
#ForThingtoChangeIMUstChangeFirst

Day 7

Anak-anak sebenarnya musah dianak atau dierkenalkan drngan budaya baca ini. Kami memang sudah mengawali budaya baca sejak Abang masih bayi. Memang cara membacanya yang disesuaikan dengan gaya belajar  abang waktu itu.

Buku-buku abang waktu kecil juga dibacakan lagi kr Alta sewaktu dia masih bayi. Begitu seterusnya.

Karena sudah terbiasa begitu juga pergi ke perpustakaan mrmang selalu kami agendakan saban pekan jadilah anak-anak sangat familiar dengan buku.

Seperti alta, jika kami ke Perpustakaan atau meski dia tidak turut, dia akan request buku yang ingin dia baca.

'Mi, carikan buku yang banyak gambarnya ya.'
Atau
'Carikan aku cerita princess ya.'

Tentu saja buku yang banyak gambarnya dengan sedikit teks. Karena dia masih berusia 4,6 tahun. Saya pun baru mulai mengenalkan huruf abjad, itupun baru huruf A.

Saya memang tidak memaksakan anak saya hapal huruf-huruf tersebut. Saya ingin mereka tertarik membaca dulu. Tertarik dengan buku dan apa yang ada didalamnya.
Secara alami sebenarnya anak-anak apabila kita teratur mengenalkannya dengan huruf  abjad mereka akan tertarik sendiri untuk belajar membaca.
Dan saat itu tiba saya sudah mempersiapkan materi belajarnya.

Buku dengan penuh gambar tentu saja menjadi bahan bacaan untuk alta dan juga fayyas. Menceritakan isi buku yang minim teks benar-benar suatu tantangan tersendiri buat saya dan suami.

Kami biasanya punya versi masing-masing dalam menceritakan. Dan alta biasanya akan mengoreksi jika ceritanya tidak sama dengan cerita awal yang dia dengar.

Dan karena cerita atau buku tersrbut selalu berulang dibaca maka dia pasti hapal dan ingat tiap cerita dibuku tersebut. Kadang saya minta dia yang mengulang atau bercerita pada saya versi dia tentunya.

Seru deh, mendengar alta menceritakan kembali versi dia. Ini adalah bagian melatih kemampuan mendengar dan bicaranya.

Dan saya tidak pernah males untuk menceritakan buku-buku meski harus berkali-kali.

Hari ini abang masih membaca buku 'Internetan, yuk' . Saya pun masih melanjutkan buku 'The Affair'. Alta request  dibacakan buku 'Aku Bisa Sendiri'. Fayyas dibacakan buku 'Diriku seperti Apa Adanya' serta Apih baca buku ' English for Profesional Lawyer'.

Ini versi kami, mana versimu?

Yuliana
Banjarmasin, 01 November 2017


Senin, 30 Oktober 2017

YUK, KITA BACA !

#GamesLevel5
#Tantangan10H
#KuliahBunsayIIP
#ForThingtoChangeIMustChangeFirst

Day 6

Alhamdulillah anak-anak di tantangan hari ke 6 ini selalu senang dibacakan buku baik oleh saya, Apihnya atau abang Daffa.

Seperti pagi ini, saya dan Abang Daffa kembali berburu buku-buku di Perpustakaan. Karena adik-adiknya tidak ikut karena lagi bersama Apihnya, abang tampak menikmati momen membacanya di perpustakaan tanpa harus menjaga atau mengawasi adik-adiknya selama disana.

Buku yang diinginkan abang Daffa pun sudah ditemukan dan buku lainnya pun sudah memenuhi tas bawaan kami.

Di Perpustakaan abang sempat mojok asyik baca komik berjudul Walet Merah.
Dan ada 1 buku yang dibawa pulang.

Sesampainya di rumah, adik-adik yang lain langsung meminta dibacakan buku yang barusan dipinjem. Berebut duduk untuk mendengarkan saya atau Apihnya bercerita.

Yuliana
Banjarmasin, 01 November 2017

I WISH SO

#GamesLevel5

#Tantangan10H

#KuliahBunsayIIP

#ForThingtoChangeIMustChangeFirst


Day 5


Membaca memang sebuah tantangan buat kami dikarenakan untuk menyediakan bahan bacaan untuk anak-anak dengan cara membeli, saat inu belum termasuk prioritas sehingga jalan yang bisa kami ambil adalah dengan meminjam buku ke teman atau ke Perpustakaan.


Ke Perpustakaan pun punya tantangan tersendiri. Dikarenakan kami belum memiliki alat transport sendiri sehingga untuk bepergian keluar rumah selalu meminjam dari famili. Padahal anak-anak maunya malah setiap hari pergi ke Perpustakaan.



Mengikuti kelas Bunsay dengan segala tugas dan tantangan tiap bulannya memberikan energi tersendiri buat kami. Membuat kami yang menjalani Homeschooling menjadi punya motivasi berkegiatan bersama selalu.


Buku memang kurang familiar di lingkungan tempat kami tinggal sekarang. Meski saya terlahir dan besar disini. Dan Karena langkanya bahan bacaan di sekitar tempat tinggal kamj, membuat saya termotivasi membuat taman baca seperti yang saya jabarkan di NHW Matrikulasi.


Saya dan suami memang pernah membicarakan soal membuat proposal untuk membikin taman bacaan namun sementara ini kami belum punya tempat untuk menampung dan memajang buku-buku karena kami masih numpang di rumah orangtua.


Saya juga sempat obrolin ke teman saya mengenai hal tersebut. Dan dia menyarankan agar saya mengajukan proposal ke yayasan yanh dimiliki perusahaan tempat dia bekerja.



Semoga cita-cita tersebut segera terlaksana. Memiliki tempat yang bisa diakses anak-anak di lingkungan saya unyuk bisa membaca buku dengan gratis. I hope so. I wish so.


Buku yang kami baca hari ini masih melanjutkan buku sebelumnya.


Yuliana

Banjarmasin, 30 Oktober 2017






Minggu, 29 Oktober 2017

MENCOBA HAL BARU

#GamesLevel5
#Tantangan10H
#KuliahBunsayIIP
#ForThingtoChangeIMustChangeFirst

Day 4

Pagi ini seperti biasa kami sarapan bersama. Setelah sarapan, kami ngumpul di ruang tengah. Saya mengeluarkan beberapa karton berwarna dan mulai membentuk motif daun.
Daun-daun yang akan ditempel di pohon literasi memang belum seluruhnya sudah digunting. Jadi saya gelar semua peralatan yang dibutuhkan di lantai.


Alta yang lagi sakit sejak kemaren maghrib, tanpa diminta ikut membantu sampai selesai mengguntingnya. Dia memang paling suka dengan aktivitas menggunting dan memotong.
Abang dan de fayyas sedang asyik membaca buku. Abang tertarik dengan cara saya bercerita dari buku fayyas yang sangat minim text. Improvisasi yang terpenting dalam membacakan buku ke anak usia 0-5 tahun.

Abang pun akhirnya mengamanti buku tersebut dan mencoba membacakan versi dia ke de fayyas. Karena de fayyas memang suka dengan buku tersebut dia tetap mau mendengarkan dan malah ingin merebut buku tersebut dari abang.

Setelah selesai menggunting, saya kembali diminta alta membacakan cerita dari buku fayyas. Emak ternyata disukai kalo bercerita dengan suara-suara binatang, suara anak-anak, suara nenek, suara orang bijak. Semoga bisa mengasah bakat yang satu ini (tapi tenggorokan cepat sakit…belum tau ilmunya seh)

Gunting-gunting selesai, baca buku anak-anak selesai. Kemudian de fayyas mengambil sepatunya dan minta dipasangkan untuk jalan-jalan di halaman. Meski alta sedang lemas rupanya dia mau menemani de fayyas jalan.

Saya tentu saja tetap mengawasi sambil duduk diteras. Dan tak lupa bawa buku buat dibaca. Bacaan hari ini novel berbahasa inggris karya Lee Child berjudul The Affair bergenre thriller. Alhamdulillah saya bisa sampai part 3 membacanya.

Sebenarnya tidak semua saya tahu arti bahasa inggrisnya (hehe..minim kosakata nih). Saya ingin melatih lidah dan pendengaran agar familiar lagi dengan bahasa inggris yang sudah lama banget saya tinggalkan. Dan membaca novelnya pun harus bersuara agar saya terbiasa dengan kosa kata baru yang ada di novel tersebut.

Dan Apih, hari ini masih menyelesaikan buku yang dibaca kemaren di Bab 2  poin ke 2 , ‘Tugas dan wewenang penyidik menurut UU No, 8  tahun 1981 hal 20-30.

Semoga kebiasaan ini akan terus menjadi biasa. Anak-anak akan cinta dengan buku dan menghargai buku-buku tersebut sebagai benda berharga.

Dan esok anak-anak mengajak ke perpus lagi. ‘OK, deh, Emak siap!’.

Yuliana
Banjarmasin, 29 Oktober 2017

Sabtu, 28 Oktober 2017

POHON WARNA WARNI

#GamesLevel5
#Tantangan10H
#KuliahBunsayIIP
#ForThingtoChangeIMustChangeFirst


Tantangan hari ke 3

Qadarullah hari ini kesehatan anak-anak sedikit terganggu, abang Daffa memang sejak kemaren mengeluhkan bengkak dikantung mata kirinya dan hari ini semakin membesar. Alta pun tetiba muntah setelah dari subuh agak lesu. Sedang Fayyas juga terkena batuk dan flu.


Namun tidak mengurangi keinginan baca mereka. Pagi tadi alta tetap memaksa ikut untuk mengambil  buku-buku dari seorang teman yang mau meminjamkan. Alhamdulillah menambah referensi bacaan saya.


Setelah makan siang, saya sengaja taroh buku di ruang tengah, berharap anak-anak akan mengambil buku yang pengen mereka baca hari ini. Yang paling antusias memilih buku adalah de Fayyas. Dengan semangat dia membolak balik lembar buku tersebut.
Kemudian alta pun meminta dibacakan lanjutan cerita di Buku Cerita Binatang 5 Benua. Fayyas juga ikut mendengarkan sambil keduanya duduk dipangkuan saya.


Sedang abang daffa tertarik dengan salah satu buku yang baru saya pinjem dari teman. Buku ' Ninja Assassin Sudoku'. Abang penasaran dengan puzzle ala jepang yanng terdapat dibuku berbahasa Inggris tersebut.

Akhirnya selesai sesi baca buku, anak-anak pun minta diayun satu persatu. Alhamdulillah Alta dan Fayyas pun bobo siang meski cuaca sangat panas diluar dan kipas angin tak berpengaruh banyak untuk menyejukkan ruangan.

Dan saya sendiri masih melanjutkan buku kemaren Bab Anak-anak Berhati Mulia (sampai tak terasa mata saya berair karena terharu- emang melankolis aslinya..). Dengan keriwehan mendampingi 3 bocah Homeschooling. Tentu waktu dan perhatian saya banyak untuk mereka.

Dan untuk saya pribadi menyediakan waktu untuk baca buku selalu disempatkan. Kalo malam jelas saya tidak bisa karena malam hari waktunya saya belajar.


Membaca buku hanya bisa disiang hari karena pencahayaan yang maksimal serta saat anak-anak bobo siang.. Dapet 2-5 lembar lumayan lah.


Yuliana
Banjarmasin, 28 Oktober 2017

Kamis, 26 Oktober 2017

5 WARNA KOMPLIT

#GamesLevel5
#Tantangan10H
#KuliahBunsayIIP
#ForThingtoChangeIMustChangeFirst

Tantangan hari ke 2

Alhamdulillah hari ini semua disibukkan dengan buku. Meski jarak memisahkan kami. bersyukur pagi ini ada sinyal dari Apih sehingga Apih bisa melaporkan buku apa yang beliau baca disana.


Karena pekerjaannya seputar hukum jadi bacaan beliau hari ini pun seputar hukum. Buku yang beliau baca berjudul Penyidikan, Penahanan, Prnuntutan dan Pra Peradilan dalam Toeri dan Praktek Bab II.

Apih memang doyan baca sejak menikah. Namun sayangnya waktu yang beliau khususkan membaca adalah antara jam 1-3 subuh, sehingga anak-anak jarang melihat langsung Apihnya membaca. cuma mrmang tau kalo apihnya selalu maennya kalo nga ke perpustakaan pasti ke Toko Buku dan pulangnya sudah pasti bawa buku.



Alta dan Fayyas masih melanjutkan buku Cerita Binatang 5 Benua. Kami mrmang tidak memgkhususkan ada waktu tertentu untuk membaca. Buku-buku tersebut biasanya saya letakkan ditempat yang mudah mereka raih dan liat. jadi tiap kali mereka liat merek akan minta dibacakan. dan saya harus selalu siap untuk membacakannya. kapanpun. meski harus berkali-kali dan berulang-ulang.


Sedangkan abang Daffa hari ini tertarik lagi meneruskan bacaannya yang pernah tertunda yaitu Buku Dunia Tanpa Sekolah Bab 4.


Dan saya masih melanjutkan buku 'Anak-Anak Super Hebat yang Mencrngangkan Dunia dan Membanggakan Orangtua Bab Anak-Anak Inspiratif.

Alhamdulillah pohon literasi kami hari ini lengkap 5 warna daunnya ditempel.

Yuliana
Banjarmasin, 27 Oktober 2017



Rabu, 25 Oktober 2017

SIAPA YANG DAUNNYA PALING BANYAK?

#GamesLevel5
#Tantangan10H
#KukiahBunsayIIP
#ForThingtoChangeIMustChangeFirst

Day 1


Bismilillahhirahmanirahim.....setelah liburan cawu kelas bunsay, akhirnya hari ini dimulai lagi tantangan hari pertama games level 5.



Sebelum memulai tantangan, anak-anak dikondisikan dengan diajak ngobrol mengenai apa yang akan kami lakukan 10-17 hari kedepan.


Tantangan kali ini memang sudah biasa kami lakukan sebelum-sebelumnya yaitu membaca buku. Tujuan mengenalkan budaya membaca agar anak-anak mengenal diri mereka sendiri dan akhirnya mengenal Sang Khalik penciptanya dengan mempelajari dari apa yang mereka baca. Yang membuat beda adalah pohon literasi. Pohon yang daun-daunnya berisi judul atau bab dari buku yang sedang dibaca dihari tersebut.


Sungguh sangat memotivasi saya yang suka baca namun keseringan jarang menuntaskan isi buku. Apalagi kalo liat tebalnya buku tersebut (jangan ditiru ya mak…hehe).


Kami memulai tantangan kali ini dengan pergi ke perpustakaan. Kenapa harus ke perpustakaan? Karena anak-anak sangat menyukai destinasi ini selain tempatnya nyaman, disana juga terdapat permainan yang bisa dimainkan bersama.


Setelah kegiatan domesik dan de fayyas bangun dari bobonya, jam 11.00 wita kami meluncur ke Perpustakaan. Sesampainya disana. Alta langsung memilih 2 buku yang ingin dia pinjam sebelum dia disibukkan dengan aktivitas lainnya. Memang anak-anak sudah diberitahu sejak di rumah untuk mencari buku dulu sebelum main atau bermain dengan teman baru disana (jika ada).


Ada 2 buku untuk alta, 1 buku untuk fayyas sudah didapat. Namun alta rupanya sudah tidak sabar minta dibacakan disana juga. Jadilah buku berjudul ‘ Lily kecil di Negeri bunga’ dibaca disana. Jadinya buku tersebut harus diganti dengan buku lain yang belum dibaca untuk dipinjem bawa pulang.


Abang pun meminta untuk ditemani mencari buku ke lantai 3. Lantai 3 memang khusus untuk umum. Dan buku dengan katagori komputer ada disana. Terpaksa saya meninggalkan alta untuk menjaga dan menemani de fayyas sementara saya dan abang pergi ke lantai 3. Untungnya pengunjung saat itu hanya kami dibagian anak. Dan petugas perpusakaan pun lengkap ada disana. Makasih para petugas karena sudah memberi rasa aman pada kami. 


Menuju lantai 3 kami harus keluar perpustakaan anak ini. Sedikit berjalan kaki mengitari halaman perpustakaan dan menaiki beberapa anak tangga. Tibalah kami dilantai 3. Sayangnya pas kami menaiki anak tangga, listrik pun padam. Jadinya komputer katalognya tidak bisa digunakan. 


Setelah bertanya ke petugas, dimana letak rak khusus katagori komputer. Kami diarahkan ke bagian rak depan dekat jendela kaca. Setelah bolak balik sepanjang rak, menyusuri tiap judul buku, akhirnya…kami tidak menemukan buku yang diinginkan abang Daffa. Abang daffa memang lagi mempelajari mengenai bagaimana cara membuka usaha warnet. Memang dia sudah banyak referensi di berbagai blog mengenai hal tersebu. Namun lebih baik jika ada buku yang menjelaskan secara rinci perihal usaha tersebut. Dengan wajah kecewa abang buru-buru mengajak saya turun kembali ke lantai dasar. 


Setelah puas maen dan 4 buku sudah dipilih. Dan abang tidak memilih satupun buku yang ada disana. Kami menuju counter peminjaman dan pulang. Di tengah jalan kami sempatkan mampir untuk membeli perlengkapan membikin pohon literasi sepetri karton hitam, karton putih dan kertas berwarna-warni.


Sorenya saya dibantu alta mulai membikin pohon literasinya. Memang tidak bisa langsung selesai karena ada acara berebut perhatian sehingga terpaksa dibubarkan sambil menunggu kondisi memungkinkan.


Pagi tadi kami mulai melanjutkan pengeleman pohon ke karton putih, membuat bingkai dan menempel di dinding. Kami sepakat mengenai pilihan warna daun untuk masing-masing anggota keluarga.

Merah untuk apih

Hijau untuk ami

Biru unTuk abang

Pink untuk alta

Kuning untuk fayyas.


Awalnya abang kurang bersemangat membantu membikin pohon karena dia masih kecewa buku yang pengen dia baca tidak bisa dia peroleh di perpus kemaren. Namun setelah tau kalo daun di pohon beda-beda warna daunnya disesuai anggota keluarga. Dia pun terlihat mulai ‘ngeh’. Terlebih saat saya mulai pancing dia dengan mengatakan ‘daun siapa nanti yang paling banyak menghiasi pohon literasi?’ . abang dengan semangat langsung acung tangan ‘aku’. (yesss…pancingan saya berhasil).


Buku-buku yang dibacakan untuk anak-anak lebih banyak diwaktu menjelang tidur malam. 

Alta minta dibacakan buku berjudul ‘ Lily kecil di Negeri Sepeda’ . Antusias sekali alta mendengarkannya karena dia memang sering meminta dibelikan sepeda beroda tiga.


De fayyas juga dibacakan buku dengan full gambar minim text. Betapa senang saya melihat ekspresi fayyas saat saya menceritakan isi buku sesuai dengan gambar (disembunyikan). Dan yang lebih menantang saya ialah harus menirukan tiap karakter hewan yang ada dibuku tersebut seperti suara kucing, ayam betina yang sedang bertelur (ini yang selalu membuat fayyas terawa), dan burung pelauk.

Berulang-ulang fayyas minta dibacakan jika dia melihat buku ini ada diatas lemari kecil. 


Dan saya pribadi membaca buku berjudul : Anak-anak super hebat yang mencengangkan dunia dan membanggakan orangtua. 

Sebenarnya buku ini saya inginnya abang daffa yang membacanya. Agar isinya menjadi inspirasi buat dia. Bukan ingin anak saya hebat seperti mereka atau membandingkan. Karena isinya pun bukan hanya kumpulan anak-anak jenius namun juga banyak anak yang membanggakan dengan cara mereka masing-masing.


Abang daffa memang hanya suka membaca buku yang dia pilih atau dia lagi menyukai apa. Dan sebulan ini abang memang lagi mempelajari sebuah proyek cita-citanya yaitu mempelajari membuat sebuah usaha warnet. Jadi bahan- bahan bacaannya lebih banyak dia cari digoogle dengan membaca berbagai blog. Biasanya dia copy paste dan disimpan diflashdisknya sebagai dokumentasi kemudian dia baca berulang-ulang.


Sejak kecil abang daffa memang tidak begiu menyukai membaca meskipun buku bacaan selalu disediakan dirumah. Dia lebih suka apabila saya yang membacakannya. Tipe belajarnya yang kinestetik membuat dia tidak betah berlama-lama duduk untuk membaca apalagi jika bahan bacaan tersebut dia tidak sukai. Beda kalo bahan bacaan itu dia suka dia sanggup berlama-lama malah sampai begadang membacanya.

Jadi pe er saya mencarikan buku panduan untuk membuka usaha yang dia inginkan. Mudahan ada dana lebih bulan ini untuk membeli buku yang diinginkannya di toko buku dan dimampukan untuk mendampingi cita-cita dengan gaya belajar yang dia suka.

Untuk hari ini abang daffa tidak membaca dulu katanya. Sedang Apih masih diluar kota, beliau sangat senang membaca buku. Namun karena masalah sinyal sehingga saya belum bisa beliau sedang baca buku apa disana. Memang sebelum berangkat beliau pinjem buku berjudul Wikileak yang sudah saya rampungkan membacanya.



Yuliana

Banjarmasin, 26 Oktober 2017




Kamis, 19 Oktober 2017

Rekaman Sejarah

Rekaman sejarah


Tiap malam aku bangun setelah ketiduran pasca mengeloni 2 bocil bobo. Saat masih ada rasa kantuk dan kadang atau malah keseringan rasa malas menyelimuti tubuh dan mata ini. Ku buka laptop kususun beberapa buku dihadapanku dan tak lupa kacamata sebagai penunjang mata yang sudah berumur ini.


Tiap malam, ku pacu diriku agar terus bersemangat untuk menulis. Menulis apa saja.
Sejak SMP kelas 2, aku suka sekali menulis diary dibuku tentunya, sebelum ada yang namanya si kotak tipis berlayar datar ini.


Tiap malam apa saja aku kerjakan di laptopku. Semua yang kulakukan sudah aku jadwalkan sebelumnya. Agar aku sendiri punya motivasi untuk tidak malas-malasan atau membuang waktu percuma. Dari jadwal baca malam hari karena jadwal baca siang hari juga ada. Dan jadwal menulis.


Sejak menikah aku sudah mulai jarang menulis lagi. Memang ada beberapa tapi kebanyakan tidaknya. Dan sejak memutuskan homeschooling untuk pendidikan anak-anak ada semacam energi yang mendorong saya untuk selalu menuliskan apa saja yang kami lakukan baik itu di blog, di sosmed sebagai catatan kami sendiri.


Dan untuk menuliskan rangkaian kegiatan yang dijalani anak-anak tentu saya harus percaya diri untuk mempublish-nya ke publik.


Dan aku terus belajar untuk menuliskannya dengan baik.
Selain itu aku juga mengikuti kelas kuliah online yang membuka pikiran ku tentang apa yang selama ini tenggelam harus dimunculkan kembali. Harus punya kepercayaan diri untuk keluar dari zona nyaman. Kalo perlu harus berguru pada mentor-mentor yang memang sudah terbukti kepiawaiannya dalam menulis.


Dan proses belajar aku pun dimulai. Aku mulai mencari mentor-mentor di beberapa web. Mengunduh ebook yang mereka bagikan secara gratis, berlangganan emailnya dan praktek menulis. Sambil terus mengasah kemampuan menulis dengan benar dan baik, aku akan terus menambah jam terbang ku.


Mengulik aku minat menulisnya kemana, saya coba kembali ke zaman saya SMP, SMA dan saat aku bekerja.  aku masih mempunyai satu draf cerpen yang aku tulis tangan sewaktu aku masih bekerja disebuah Depstore. Saat itu aku menulisnya sambil  menjaga kasir.
Kemudian balik ke belakang lagi. Sewaktu SMA. Aku menemukan banyak koleksi puisi roman yang aku bikin kala itu…. ih malu membacanya kembali…..hiks.


Membaca dari beberapa jenis tulisan, aku liat  aku condong lebih enjoy menulis jenis deskripsi dan narasi. Dan dari semua tulisan ku mengenai kegiatan homeschooling anak-anak memang arahnya kebanyakan kesana.



Kenapa dulu aku tidak pernah mempublishnya padahal ada mading di sekolah. Karena ketidakpercayaan diri. Aku merasa kuper kala itu. disekolah kala itu aku termasuk yang kurang banyak bergaul atau bisa disebut kaum terpinggirkan. Karena status sosial yang membuat ketidakpedean tersebut begitu merenggut jati diri ku.


Tidak seperti sekarang. Sosmed tidak pandang apakah dia kuper, kudet, pendiam, pemalu pasti punya sosmed paling nga punya satu. Dan paling nga mereka bisa update status tanpa harus malu berhadapan dengan orang lain.


Keinginan menulis memang sudah lama ingin aku pelajari. Bertahun-tahun fakum dengan urusan dapur membuat impian dan keinginan itu seperti tenggelam.


Dan ditahun inilah keinginan untuk menulis lagi itu kembali muncul. Dimulai dengan sering menuliskan kegiatan anak-anak di sosmed dan blog. Dari sana aku coba mengasah kemampuan ku bercerita dengan alur yang baik.


Dengan menuliskan kegiatan anak-anak, aku sudah merekam sejarah anak-anak dan diri sendiri. Dan kenangan tersebut bisa mereka baca, lihat dan pelajari tentang mereka di masa kecilnya. Bukan hanya sekedar foto masa kecil tanpa ada cerita dibalik foto tersebut.



Aku sebagai orang tua tidak selamanya bisa mendampingi mereka. Kita tak tau ajal kapan datangnya. Yang aku  inginkan sebelum aku tutup usia aku bisa mewariskan sebuah kenangan atau rekaman tentang apa yang terjadi di masa mereka kecil bersama ki.
Akj ingin dikenang oleh anak-anak itu saja.
Kalo sekiranya pengalaman dan cerita kenangan kami bermanfaat buat orang lain itu adalah bonus dari Allah


Apa yang aku tulis sekarang memang belum menemukan benang merahnya. Belum mempunyai titik terang jenis tulisan apa yang ingin aku publishkan. Tapi dengan bercerita apa saja yang aku lalui, lakukan dan amati di sekitar ku dan bersama anak-anak melalui tulisan membuat akj kembali menghidupkan blog yang sudah lama ku miliki.

Berkaca dari pengalaman ku yang sejak kecil tidak punya kenangan manis bersama kedua orangtua. Malah yang banyak terekam adalah kenangan buruk bersama orang-orang disekitar ki.
Membuat aki terpicu memberikan sebuah rekaman sejarah untuk anak-anak ki ingat, kenang dan pelajari jika mereka dewasa nanti.

Semoga apapun yang aku tuliskan tentang mereka dan akj sendiri akan berguna buat mereka, anak-anak ku.



Yuliana
Banjarmasin, 19 Oktober 2017

Konmari Ala-ala

Pertama kali dengar mengenai konmari ini disalah satu grup wa. Setelah saya baca apa itu konmari method. Saya merasa gue banget nih. Dan saya sudah lama melakukannya. Memang tidak seperti persis seperti si ibu konmari ini.
Tapi untuk edisi ‘BUANG’nya saya memang sudah melakukannya setelah saya merasa barang-barang saya sudah terlalu banyak, jarang dipakai, sudah tidak update lagi, kekecilan, nga suka lagi dll.

Dulu saya termasuk emak-emak yang suka shopping baju, tas, sepatu atau apa saja yang saya liat di toko, mall dan pasar. Sekiranya saya suka saya beli.
Dan yang paling parah adalah saat saya membeli baju dan saya suka modelnya, saya akan membelinya dalam jumlah 1 seri. Kebayang kan berapa banyak tuh. Iya kalo Cuma 4 psc satu serinya, kalo 6 atau 12 pcs gimana coba….hitung aja deh duitnya berapa… pokoknya kayak orang mau jualan padahal saya nga punya bakat jualan.

Dan semua baju-baju tersebut nga semua sering kepake. Ada yang labelnya masih nempel, nga pernah kepake Cuma tersimpan di lemari doang.

Entah syaitan mana yang bikin mata saya kalap waktu liat baju-baju tersebut.

Dulu saya menganggap ini udah  kayak penyakit aja atau balas dendam. Apalagi pas online shop mulai bertebaran. Makin rajin deh ceki-ceki koleksi terbaru. Kalo suka langsung klik tambahkan ke keranjang.

Sampai akhirnya suami mengusulkan agar buka toko aja. Daripada beli tapi nga dipake. Beli yang saya suka terus dipajang, bisa diliatin sampai bosan ( ini nih kerjaan saya mandangi isi lemari bisa berjam-jam).. terus dijual kalo ada yang mau.

Akhirnya cara tersebut ampuh buat saya. Saya jadi tambah tersalurkan keinginan beli baju-bajunya dan punya lemari besar alias pajangan ditoko jafi bisa pandangin terus deh, hehe…..

Namun saya juga tidak kecewa kalo baju yang saya suka juga disukai orang lain dan dibeli.

Dan ternyata saya tau apa yang salah dengan diri saya. Saya hanya suka belanja baju, liat baju itu, memiliki sebentar (meski nga memakainya), udah bosan liatnya, bisa dijual, uang kembali deh..beli lagi…hihi

Alhamdulillah usaha toko yang dari menyalurkan hobby belanja tadi bertahan 4 tahun. Ditutup karena saya harus pindah kota aja.

Mengenai memanage barang-barang rumah sesuai dengan katagorinya dan menyusunnya dengan rapi. Saya memang menyukai melakukan ini semua dari dulu. Saya memang suka memindahkan perabot rumah (aslinya cepet bosan dengan tata letak perabot). Suka menyusun perkakas rumah sesuai katagorinya. Senang mengatur apa saja yang ada dirumah dengan berbagai katagori.

Jadi kangen pengen mengatur rumah sendiri lagi (sekarang masih numpang lagi ke rumah ortu).

Moga diijabah secepatnya.


Yuliana
Banjarmasin, 19 Oktober 2017

Sabtu, 14 Oktober 2017

BARU DI LUAR ISTIMEWA DI DALAM

Baru diluar istimewa di dalam


Betapa dalam makna dari kalimat dikemasan salah satu produk sampo yang kulihat siang ini. Sampo yang baru beberapa hari yang lalu dibelikan suami.

Kalimat ini sangat cocok buat saya dalam proses dan menuju progres hijrah.

Saya mengawali hijrah dengan hijrah pakaian dulu.
Sejak 2007 saya memulai benar-benar menggunakan hijab tanpa lepas pasang lagi itu setelah selesai kuliah dan sudah menikah pula.

Saat itu masih belum tau banyak tapi yang saya pernah baca bahwa seorang muslimah itu wajib hukumnya menutup aurat dan menggunakan hijab. Namun memang hijab yang kala itu saya gunakan masih bergenre ‘ngikut tren’.
Seperti masih suka gonta-ganti model hijab yang ala-ala toturial gituh…..aih jadi malu ingat jaman-jaman itu. sampai pernah beli majalahnya cinn…hedeh hedeh…dasar mahmud ngikut aje orang pakai apa…

Terus berangsur menggunakan pakaian syarii meski masih suka update model, corak, motif dan warna terang. Berasa nga abdol lah kalo nga punya nyang ngono..yang ngene….. beli baju iya.. beli emas ogah…emang style orang nga mikir masa depan nih..

Dan bersyukur Allah begitu sayang pada saya. Hijrah saya ke luar pulau membawa perubahan dalam segala hal. Terutama tentang apa yang saya pakai.
Saya pun mulai berangsur mengganti pakaian bercorak penuh warna itu dengan warna gelap dan tak menyolok perhatian.

Setelah hijrah pakaian alias baru diluar. Saya pun harus mengimbanginya dengan ilmu. Benar kata orang hidayah itu bukan ditunggu tapi dicari. Dalam pencarian saya untuk memperdalam agama. Banyak hal yang saya pelajari. Dan makin banyak yang saya pelajari makin terasa miskin sekali ilmu yang saya ketahui selama ini.

Dan alhamdulillahnya lagi. Saya menemukan cara belajar dan manhaj yang sesuai dengan al quran dan hadist yang memang saya cari selama ini.

Membuat istimewa didalam itu memang butuh kerja keras dan usaha ekstra. Keinginan belajar dan semangat berguru pada yang memang ahlinya adalah usaha saya untuk menjadi istimewa di hadapan Allah.

Sambil terus memperbaiki diri, selain memperbaiki penampilan agar lebih tak menyolok, lebih tak nampak, lebih tak menjadi pusat perhatian, lebih tak menggoda mata para ajnabi. Selalu mengajak mahrom jika bepergian keluar rumah. Dan melaksanakan apa yang diajarkan Al quran akan penampilan sesuai syariat islam.

Dan juga terus memperbaiki adab, akhlak dan kesantunan dalam bersikap, bertingkah, bertutur kata, menjaga silaturahim, menghindari ghibah, selalu khusnuzon, dan menebar kebaikan serta bisa bermanfaat buat orang sekitar.

Perjalanan menuju lebih baik memang tidak lah mulus.. Namun saya akan terus menjalani perjalanan tersebut dengan selalu berusaha ikhlas. Dan selalu meminta Allah agar terus memberikan keleluasan waktu, hati dan keistiqomahan niat.





Banjarmasin, 14 Oktober 2017
Yuliana

Jumat, 13 Oktober 2017

Waktu Sia-sia

#Waktu sia-sia
#odowop

By Yuliana

Pernah nga kita merasa kalo kita sedang menyia-nyiakan waktu? Menyia-nyiakan tiap detik yang kita lalui. Tau-tau sehari berlalu, seminggu….sebulan..akhirnya setahun..dan bertahun-tahun. Hanya melakukan aktivitas itu-itu saja. Aktivitas yang sebenarnya bisa kita hilangkan karena manfaatnya tak banyak kecuali kita memperoleh keuntungan finansial dari kegiatan tersebut atau menambah pengetahuan kita menjadi pribadi lebih baik dan lebih bijak.

Pernah nga kita berpikir saat menonton tv, melihat berbagai tayangan sinetron, drama lebay, panggung nyanyi, pencarian bakat dan seterusnya. Bahwa kita ini hanya bisa menjadi penonton?  Penonton yang tak dibayar pula….heleh-heleh…malah berbagai masalah bermunculan ; dari anak yang nga keurus, rumah amburadul, suami yang tak terlayani dengan baik, lupa jemput anak, lupa matiin kompor, lupa kalo gas habis, lupa beli token listrik, dan lain-lain?

Katanya tv dan gadget adalah hiburan, biar nga sumpek, stress berlebihan atau ngisi waktu doang. Yang ada malah akan tambah puyeng liat iklan menggiurkan berseliweran di layar datarnya…yang nga minta jadi minat, yang nga mau beli jadi beli, yang nga perlu jadi hunting….ini kan bisa nambah runyam stabilitas perekonomian rumah tangga.

Padahal yang membuat semua tayangan diatas, setiap detik mereka selalu berpikir keras untuk bisa menghasilkan tontonan yang kreatif, menghibur dan inovatif.
Sedangkan kita hanya bisa gigit jari, mengagumi, memuja, tersepona cie..cie.. dan akhirnya memfollow..nonton lagi…nonton lagi.. sampai mata sepet. Yang semuanya itu hanya hiburan belaka tipuan dunia.

Ada sih tayangan yang mengedukasi penontonnya namun nga sebanding dengan tayangan nga mutu lainnya,

1 jam, 2 jam duduk depan tv menyaksikan ragam acara yang nga ada manfaatnya buat kita, yang ada malah tergoda dan berkhayal, seandainya…oh…seandainya, kan jadi nambah dosa!, Nauzubillah.

Jalani hidup yang sementara ini lebih berguna. Lebih bisa bermanfaat buat orang banyak. Lebih menghasilkan nilai plus kita di hadapan Allah.

Coba tanya, lebih lamaan mana duduk di depan tv dan pantengin gadget daripada baca buku, ngaji atau duduk dimajelis?

Tanya lagi, lebih seringan mana, buka sosmed daripada buka buku bacaan, baca buku kajian, baca artikel dakwah dan video tausiyah?

Sebenarnya tv dan gadget bisa menambah wawasan, pengetahuan dan ilmu kita apabila kita bisa mengaturnya dengan bijak.

Banyak sudah para orangtua yang sudah tersadar akan bahaya menonton tv buat anak-anak mereka. Tv mengambil waktu berharga kita bersama keluarga. Kita memang mungkin sering ngumpul tapi depan tv doang… kan jadi nga bisa fokus apabila mau membangun komunikasi positif, mengadakan forum keluarga, atau sekedar mendengarkan cerita anak-anak kita.

Upgrade diri kita dari sekedar menjadi penonton dan pengguna menjadi founder dan pelaku.
Hidup kita tak lama
Nikmati anugerah hidup yang diberikan Allah
Syukuri segala nikmat yang masih kita miliki
Jadilah berguna untuk orang sekitar
Dan jadilah hamba dan manusia terbaik di sisi NYA.

Banjarmasin, 9 Oktober 2017

Berdoa Saja

#Berdoa saja
#odowop

Apa tugas seorang istri? Menjadi babysitter, chef, laundry servises, financial controller, housekeeper, driver for kids, teacher, fasilitator, dokter pribadi, dan semua urusan domestik lainnya yang tidak semua tertulis di sebuah perjanjian pernikahan atau dibuku nikah.

Terus apa kewajiban seorang istri? Taat pada suami dan mencari ridho suami pula. Inilah yang terberat. Apapun yang kita lakukan haruslah bercermin pada keridhoan suami karena seorang istri merupakan tanggungan seorang suami sampai ke akhirat nanti.

Dan sebagai seorang istri yang fulltime mom, tidak bekerja diranah publik, tidak menghasilkan uang. Tugas saya lainnya juga memastikan anak-anak terpenuhi kebutuhan akan pendidikan karena seorang istri adalah madrasatul ula pertama untuk anak-anaknya. Memastikan mereka terpenuhi akan agama, aqidah, adab serta kebutuhan psikis mereka.

Selama suami berada jauh disana dan kadang miskin sinyal. Saya harus pinter-pinter mengatur segalanya sendiri; mengatur waktu untuk diri saya pribadi, mengatur kebutuhan anak-anak, mengatur peran ( baik sebagai istri, ibu, fasilitator, teman, murid yang sedang belajar dan sebagai anak pula).

Namun ada satu lagi tugas yang diamanahkan suami pada saya, yaitu berdoa. Ya…berdoa merupakan hal terpenting yang harus saya lakukan setiap saat. Dan suami selalu menyelipkan disetiap pesannya. Tentu saja doa yang penuh keikhlasan dan kepasrahan agar apa yang kami lewati sekarang segera bisa teratasi dengan baik.

Banjarmasin, 10 oktober 2017
Yuliana

Mencari Teman Homeschooling

#Mencari Teman Homeschooling

By Yuliana

Mengambil pilihan homeschooling memang sudah kujalani sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu. Menjalani homeschooling mandiri memang penuh tantangan baik dari diri sendiri, anak, pasangan hidup , orangtua dan keluarga besar serta lingkungan.

Memilih sesuatu yang masih terasa asing dan condong ke ekstrem untuk wilayah tempat tinggal ku memang bisa dibilang aneh.

Mencari teman seperjuangan juga nga gampang. Ada yang minat dengan homeschooling namun usia anak-anaknya belum bisa dikatakan usia anak homeschooling karena anak homeschooling itu usia 6 tahun ke atas (kalo usia dibawah itu memang nga wajib sekolah).

Apalagi mencari teman se-visi dan se-misi, suseh banget. Karena setiap keluarga homeschooling memang beda visi dan misinya.

Berjejaring untuk mencari 1, 2 orang teman mungkin nemu tapi kendala di waktu masing-masing untuk mengadakan playdate bersama. Belum lagi jika sama-sama pengen menjadi peserta aja bukan yang bertangungjawab dan memiliki ide.

Ya mungkin bukan salah mereka. Salahnya karena homeschooling memang belum familiar untuk semua orang, apalagi tambah ada lembaga-lembaga yang mencantumkan homeschooling dibrand mereka.tambah ranculah pengertian homechoolingnya.

Ini baru mencari teman yang juga tertarik homeschooling.

Belum lagi mencari teman yang mau berkecimpung bareng membangun komunitas, berani keluar zona nyaman demi belajar anak-anak seperti para praktisi homeschooling di luar pulau sana.

Yang namanya juga hal baru mungkin pikir mereka.

Sebenanya homeschooling bukanlah hal baru. Ini sudah ada sejak lama. Cuma memang bahasanya dan penyebutannya aja berbeda.

Mungkin peminat homeschooling menganggap mereka masih newbie jadi belum pede mengusulkan kegiatan, memanage kegiatan dan lain lain. Sehingga kebanyakan hanya jadi peserta ikut-ikutan. Padahal homeschooling itu bukan hanya teorinya saja yang diketahui namun actionnya yang diutamakan.

Mungkin pula alasan waktu, kemandirian orangtuanya,dan  ketakutan keluar dari zona nyamanlah yang menghalangi.

Kalo kita selalu melihat kegiatan homeschooling diluar sana terus kita menjadi minder, kita akan terus jalan di tempat dan akhirnya memilih menjadi penonton doang.

Apalagi kalo usia anaknya dibawah 6 tahun. Karena minder akhirnya niat homeschooling hanya tinggal niat terus menguap…mentoknya ya daftarin sekolah aja deh…

Orangtua homeschooling itu nga boleh males, nga boleh minder, nga boleh mati gaya, nga boleh hanya jadi penonton. Karena anak-anak kita akan mempelajari bagaimana kita belajar menghadapi segala situasi.

Kalo nga mau keluar dari zona nyamannya, ya monggo sekolahin aja anak-anaknya terus orangtuanya leha-leha sambil sosmed-an, kelar deh….!!

Ortu homeschooling itu harus berani
Berani beda, berani menghadapi segala kemungkinan, berani terjun, berani berkreasi…

Banjarmasin, 9 Okober 2017

Refleksi Menulis Ku

#Refleksi caraku menulis

Hari ini tepat 21 hari tantangan menulis yang saya buat pribadi. Menulis memang sudah saya sukai sejak SMP. Saya rutin menulis diary sejak SMP tepatnya tanggal 17 Februari 1994 menurut catatan buku diary saya yang masih rapi tersimpan. Saya juga suka bikin puisi sampai saya bekerja.

Dulu, Saya juga sempat bikin sebuah draf cerpen namun tak pernah selesai karena mungkin saat itu menulis bukanlah prioritas buat saya (drafnya masih saya simpan).

Saat itu memang belum ada komputer seperti sekarang. Semua ditulis tangan. Kadang saya menulis di belakang buku sampai saya pernah juga menulis dikertas daur ulang untuk bungkus baju pelanggan di toko tempat saya bekerja. Pokoknya nga bisa liat kertas nganggur deh…pengen corat-coret aja bawaannya..hehe..he

Saya ingat betul. Sewaktu SMP kelas 2 saya belajar mengetik menggunakan mesin tik konvensional. Kebayang nga mengetik dengan keberisikan dari alat tersebut. Belum lagi ke-riweh-an penggantian tinta yang sering bikin belepotan tangan dan jadi ilfil untuk megang mesin ketik lagi.
Tapi sejauh itu, saya termasuk yang jatuh cinta dengan teknik mengetiknya. Saat itu guru pengajar pelajaran mengetik sangat disiplin dengan praktek 10 jari. Kebayang nga, mengetik dengan tuts nya blank alias nga ada hurufnya hanya warna saja sebagai penanda. Terus ujian ngetiknya dengan tutup mata pula. Bikin dag dik dug serrr…... deh

Ditambah lagi begitu susahnya kalo mau latihan ngetik saat itu karena jaman itu mesin ketik cuman ada dikantor-kantor doang dan termasuk benda eksklusif. Jadinya nga semua orang punya sehingga untuk bisa mempraktekkan teknik mengetik lancar 10 jari tanpa melihat apalagi tanpa salah ketik itu terasa mustahil.

Ada lagi yang menjengkelkan saat mengetik pakai mesin tik waktu itu. Kalo nga kuat jarinya maka hasil ketikan nga jelas, terlalu kenceng menekan tuts bisa tembus tuh kertas jelas harus ngulang lagi. Dan kertasnya nga kayak sekarang berwarna putih bok…. Burem gitu itupun harus hemat nga boleh sering salah.
Terus  kalo nga stabil ngetiknya bisa loncat-loncat hurufnya, belum lagi kalo nga pas naroh jari di tuts.. bisa ‘terpelosok’ jari ke dalam mesin…atit tau….

Dan karena semua hal tersebut saya akhirnya menikmati semua prosesnya sebagai bagian dari pengalaman dari perjalanan belajar mengetik saya.

Kembali ke menulis. Selama 21 hari ini, Saya mulai terbiasa untuk belajar peka terhadap sekitar dan menuangkannya ke dalam tulisan. Mungkin belum sampai berlembar-lembar namun ini adalah awal yang baik buat saya.

Konsisten yang terpenting itu kata pakar menulis. Menulislah yang banyak jadikan menulis itu habit maka dengan berjalannya waktu akan menjadi kebiasaan yang akan mengasah keterampilan kita dalam menulis.

Dan buat tujuan sehingga menguatkan kita saat kondisi kita sedang enggan menulis.

Buat saya pribadi, menulis adalah cara saya berkomunikasi dengan anak-anak tentang apa yang terjadi sejak mereka sebelum lahir sampai mereka dewasa nanti.

Apa yang saya tulis bisa bermanfaat terutama buat mereka. Bisa merangkai kepingan memori masa kecil mereka bersama saya. Agar histori kami tidak berlalu begitu saja tanpa makna.

Menuliskan apa saja yang kami lewati sebagai portofolio pribadi kami, menulis apa yang saya rasakan, pikirkan dan lewati adalah cara saya menyampaikan runutan peristiwa yang memang harus kami kenang suatu hari nanti sebagai pembelajaran, sebagai referensi dan sebagai guru yang berharga.

Sedangkan yang saya pelajari dari artikel-artikel penulisan. Saya tipikal suka menulis deskripsi dan narasi. Saya begitu mengalir jika menuliskan dengan cara penulisan kedua jenis menulis tersebut. terutama jika berhubungan dengan anak dan pembelajaran mereka.

Namun jika menuliskan seperti isi pikiran, pendapat pribadi atau global seperti argumentasi, persuasi masih perlu pengasahan dan jam terbang lebih lagi.

Kadang setiap saya menulis, saya coba bacakan hasil tulisan saya ke anak dan suami. Sehingga mereka bisa mengoreksi akuransi cerita yang saya tulis. Dan feedback dari tulisan tersebut versi mereka.

Setelah 21 hari menulis ini. Ada bagian dari otak saya yang merasa haus akan bahan bacaan. Memang bahan bacaan alias buku sangat jarang ada dirumah. Semua buku-buku saya yang belum sempat dibaca masih banyak  tertinggal di depok. Dan untuk beli lagi. Keuangan kami masih belum bisa mengcover pengeluaran ini.

Saya sempat berpikir begini, kok bisa para emak-emak itu bisa sempat menulis. Menurut pengalaman mereka, mereka menulis saat anak-anak tidur. Saya juga mempraktekkannya begitu. Namun kadang ngantuk itu sangat menggoda untuk ikut terlelap bersama anak-anak.
Atau kadang baru satu-dua halaman sudah sepet matanya melihat layar dengan pencahayaan minim.

Sebenarnya saya lebih suka mengetik di siang hari dan seringnya ide-ide menulis itu datangnya siang hari namun aktivitas saya bersama ke 3 anak yang semuanya homechooling sangat menyita waktu saya. Apalagi yang kecil yang jarang sekali tidur lama. Kalopun lama harus selalu standby di depan ayunannya. Kebayang nga tangan satu ngetik, tangan lainnya sedang mengayun.. nga lancar deh runutan kata-katanya keluar, nga selaras kecepatannya dengan ketikan jari.

Tapi ada juga bunda homeschooling yang anak-nya banyak namun tetep sempat menulis. Pengen deh.. tetap bisa konsisten.

Semoga ghirah ini terus ada didalam hati dan pikiran saya. Membiasakan suatu kebiasaan yang saya sukai adalah memantik diri untuk sebuah keberhasilan suatu hari nanti.

Kota seribu sungai, 13 Oktober 2017
yuliana

Waktu Sia-sia

#Waktu sia-sia
#odowop

By Yuliana

Pernah nga kita merasa kalo kita sedang menyia-nyiakan waktu? Menyia-nyiakan tiap detik yang kita lalui. Tau-tau sehari berlalu, seminggu….sebulan..akhirnya setahun..dan bertahun-tahun. Hanya melakukan aktivitas itu-itu saja. Aktivitas yang sebenarnya bisa kita hilangkan karena manfaatnya tak banyak kecuali kita memperoleh keuntungan finansial dari kegiatan tersebut atau menambah pengetahuan kita menjadi pribadi lebih baik dan lebih bijak.

Pernah nga kita berpikir saat menonton tv, melihat berbagai tayangan sinetron, drama lebay, panggung nyanyi, pencarian bakat dan seterusnya. Bahwa kita ini hanya bisa menjadi penonton?  Penonton yang tak dibayar pula….heleh-heleh…malah berbagai masalah bermunculan ; dari anak yang nga keurus, rumah amburadul, suami yang tak terlayani dengan baik, lupa jemput anak, lupa matiin kompor, lupa kalo gas habis, lupa beli token listrik, dan lain-lain?

Katanya tv dan gadget adalah hiburan, biar nga sumpek, stress berlebihan atau ngisi waktu doang. Yang ada malah akan tambah puyeng liat iklan menggiurkan berseliweran di layar datarnya…yang nga minta jadi minat, yang nga mau beli jadi beli, yang nga perlu jadi hunting….ini kan bisa nambah runyam stabilitas perekonomian rumah tangga.

Padahal yang membuat semua tayangan diatas, setiap detik mereka selalu berpikir keras untuk bisa menghasilkan tontonan yang kreatif, menghibur dan inovatif.
Sedangkan kita hanya bisa gigit jari, mengagumi, memuja, tersepona cie..cie.. dan akhirnya memfollow..nonton lagi…nonton lagi.. sampai mata sepet. Yang semuanya itu hanya hiburan belaka tipuan dunia.

Ada sih tayangan yang mengedukasi penontonnya namun nga sebanding dengan tayangan nga mutu lainnya,

1 jam, 2 jam duduk depan tv menyaksikan ragam acara yang nga ada manfaatnya buat kita, yang ada malah tergoda dan berkhayal, seandainya…oh…seandainya, kan jadi nambah dosa!, Nauzubillah.

Jalani hidup yang sementara ini lebih berguna. Lebih bisa bermanfaat buat orang banyak. Lebih menghasilkan nilai plus kita di hadapan Allah.

Coba tanya, lebih lamaan mana duduk di depan tv dan pantengin gadget daripada baca buku, ngaji atau duduk dimajelis?

Tanya lagi, lebih seringan mana, buka sosmed daripada buka buku bacaan, baca buku kajian, baca artikel dakwah dan video tausiyah?

Sebenarnya tv dan gadget bisa menambah wawasan, pengetahuan dan ilmu kita apabila kita bisa mengaturnya dengan bijak.

Banyak sudah para orangtua yang sudah tersadar akan bahaya menonton tv buat anak-anak mereka. Tv mengambil waktu berharga kita bersama keluarga. Kita memang mungkin sering ngumpul tapi depan tv doang… kan jadi nga bisa fokus apabila mau membangun komunikasi positif, mengadakan forum keluarga, atau sekedar mendengarkan cerita anak-anak kita.

Upgrade diri kita dari sekedar menjadi penonton dan pengguna menjadi founder dan pelaku.
Hidup kita tak lama
Nikmati anugerah hidup yang diberikan Allah
Syukuri segala nikmat yang masih kita miliki
Jadilah berguna untuk orang sekitar
Dan jadilah hamba dan manusia terbaik di sisi NYA.

Banjarmasin, 9 Oktober 2017

Berdoa Saja

#Berdoa saja
#odowop

Apa tugas seorang istri? Menjadi babysitter, chef, laundry servises, financial controller, housekeeper, driver for kids, teacher, fasilitator, dokter pribadi, dan semua urusan domestik lainnya yang tidak semua tertulis di sebuah perjanjian pernikahan atau dibuku nikah.

Terus apa kewajiban seorang istri? Taat pada suami dan mencari ridho suami pula. Inilah yang terberat. Apapun yang kita lakukan haruslah bercermin pada keridhoan suami karena seorang istri merupakan tanggungan seorang suami sampai ke akhirat nanti.

Dan sebagai seorang istri yang fulltime mom, tidak bekerja diranah publik, tidak menghasilkan uang. Tugas saya lainnya juga memastikan anak-anak terpenuhi kebutuhan akan pendidikan karena seorang istri adalah madrasatul ula pertama untuk anak-anaknya. Memastikan mereka terpenuhi akan agama, aqidah, adab serta kebutuhan psikis mereka.

Selama suami berada jauh disana dan kadang miskin sinyal. Saya harus pinter-pinter mengatur segalanya sendiri; mengatur waktu untuk diri saya pribadi, mengatur kebutuhan anak-anak, mengatur peran ( baik sebagai istri, ibu, fasilitator, teman, murid yang sedang belajar dan sebagai anak pula).

Namun ada satu lagi tugas yang diamanahkan suami pada saya, yaitu berdoa. Ya…berdoa merupakan hal terpenting yang harus saya lakukan setiap saat. Dan suami selalu menyelipkan disetiap pesannya. Tentu saja doa yang penuh keikhlasan dan kepasrahan agar apa yang kami lewati sekarang segera bisa teratasi dengan baik.

Banjarmasin, 10 oktober 2017
Yuliana

Bahagia

#Bahagia
#odowop

Bahagia…kata ini begitu teduh terdengar dan begitu dalam maknanya. Bahagia adalah sesuatu yang dicari oleh setiap orang dengan berbagai cara. Tergantung mereka melihat arti bahagia itu seperti apa.

Jika pertanyaan bahagia itu seperti apa dan pertanyaan ini ditujukan pada saya maka hari ini saya baru mengetahui apa yang membuat anak sulung saya merasa disayang oleh aminya saat seperti apa atau bagaimana? Jawaban sederhana yang diberikannya tadi siang membuat saya sangat bahagia mengetahuinya.

Bahagia saat merasa disayangi itulah yang terpenting buat siapapun termasuk anak-anak.

Bahagia versi saya mungkin bisa berbeda dengan orang lain. Buat saya pribadi bahagia itu saat anak-anak berebut memeluk dan mencium saya setiap hari. Saat mereka dengan polosnya bercerita apa saja mengenai apa yang mereka rasakan, lakukan dan lewati hari itu kepada saya. Dan bisa memberikan sepenuhnya waktu berharga saya buat mereka.

Bahagia itu bisa diraih namun yang terpenting bahagia itu bisa kita ciptakan.

Ciptakan bahagiamu hari ini
Ciptakan bahagiamu maka sekitarmu pun akan menangkap sinyal tersebut

Bahagia itu bisa mahal namun bisa juga tanpa modal
Bahagia itu dengan selalu bersyukur
Bersyukur berterimakasih dan berbagi

Banjarmasin, 11 Oktober 2017
Yuliana

Sabtu, 07 Oktober 2017

Aurat dan Rasa Malu

#Aurat dan Rasa Malu
#odowop
#part2

Akhirnya pekerjaan emak sampai jam 19.30 selesai. Alhamdulillah 2 bocil sudah bobo. Emak pun sudah mempersiapkan alat tempur di dekat tempat tidur jika de fayyas bangun nanti (* baca: susu, termos, air dingin dll).

Sebuah buku besar tempat emak mencurahkan isi kepala siang tadi pun sudah dibuka meski begitu banyak hasil kreasi fayyas ada juga diatas tulisan saya tersebut.  Jadinya harus baca pelan-pelan nih. Kertas oretan yang berisi nama surah juga udah disamping. Buka laptop, pasang kacamata, silent hape dulu dan mulai mengeluarkan rangkaian kata-kata yang seharian gatal tangan ini pengen menyalinnya.



Melihat dari kejadian kemaren. Saya kembali teringat sebuah tulisan dari pakar parenting kawakan mengenai pendidikan sex (sex education) sejak dini. Melatih, mencontohkan dan membiasakan anak-anak mengenal tubuh mereka, memang butuh tauladan dan kesabaran dari kita orangtuanya. Terutama daerah paling berharga ( karena mereka memang berharga) yang kita sebut bagian dari aurat.

Di dalam al quran sangat jelas bahwa kita harus menahan pandangan dan memelihara kemaluan ( an Nur:30).

Jika sedari kecil, anak-anak tidak diperkenalkan secara terus menerus mengenai batasan aurat yang boleh atau tidak boleh dilihat, disentuh, diraba dan dipegang maka anak-anak akan terbiasa atau merasa tidak malu, tidak risih apalagi merasa bersalah dan berdosa memperlihatkan bagian tubuhnya kepada orang lain.

Rasa malu ini harus ditanamkan ke anak-anak agar selalu menutup auratnya apabila keluar rumah, sedang bermain, sedang berteman dan lainnya. Dan jika sudah tertanam rasa malu pada diri mereka maka anak-anak akan berani mengatakan TIDAK apabila ada orang lain yang membully mereka diluar sana. Juga tak segan bercerita kepada kita apabila mereka menerima ajakan dari orang lain atau teman-temannya untuk memeperlihatkan bagian tubuhnya apalagi jika sampai diabadikan lewat foto atau video.

Begitu gencarnya media tv, internet dan media lainnya serta lingkungan sekitar, atau malah kita sendiri selaku orang tuanya mempertontonkan aurat secara serampangan sehingga anak-anak/generasi sekarang merasa itulah batasan wajar. Bahwa itu sudah biasa aja tuh…, orang lain juga begitu sehingga terjadi pemakluman yang membingungkan mereka.

Menutup aurat adalah kewajiban baik laki-laki maupun perempuan dengan batasan yang sudah dijelaskan dalam Al Qur’an (QS Al Ahzab:59 , An Nur :31, Al Ahzab :53, Al Ahzab :33, An Nur :60).

Apabila kita sejak dini sudah melatih, membiasakan anak-anak kita menjaga tubuh mereka sendiri dan mengetahui mengenai batas auratnya maka tidak ada kejadian yang memalukan seperti kemaren.

Mereka memang anak-anak dan yang bersalah tentulah kita sebagai orang dewasa atau orangtuanya.

Kurang memberikan waktu khusus dengan anak, kurang berkomunikasi dengan anak , dengan alasan karena kesibukan mencari nafkah sehingga pengawasan kita lemah. Apalagi ditambah kita memfasilitasi mereka dengan gadget yang tak terproteksi karena kurangnya pengetahuan kita tentang hal tersebut. mereka diberikan gadget sejak dini dengan harapan mereka ‘anteng dan diam di rumah saja’ sehingga kita pun merasa damai melakukan aktivitas kita.

latih anak-anak kita untuk mengenal tubuh mereka yang berharga
latih mana anggota tubuhnya yang boleh disentuh, dipegang, diraba oleh orang lain
latih anak-anak kita untuk selalu menutup aurat dengan benar tiap kali keluar rumah sesuai syariat
latih anak-anak kita untuk menjaga pandangan dari hal –hal yang tidak boleh mereka lihat.
Latih anak-anak kita untuk bilang TIDAK  jika di menerima perlakuan yang membuatnya tidak nyaman.
Pisahkan tidur antara anak laki-laki dan perempuan diatas 10 tahun.

Selamatkan anak-anak kita
Terus lah berdoa agar Allah selalu menjaga buah hati kita.

Yuliana
Banjarmasin, 7 oktober 2017

Jumat, 06 Oktober 2017

No Gadget For Kids

#No Gadget For Kids
#odowop
#part 1

Ada seorang bocah usia 10 tahunan cengar-cengir menceritakan keluguannya saat diminta teman-temannya untuk memperagakan sebuah adegan yang sebenarnya tidak layak diunggah ke youtube. Dia tidak mengerti sepenuhnya akan bahaya atau dampak kedepannya untuk dia pribadi. Yang dia tahu hanya apa yang dilakukannya bersama teman-temannya hanya untuk bersenang-senang karena terinspirasi dari tontonan yang kurang lebih sama seperti itu.

Lucu mungkin pikir mereka membuat rekaman video kemudian di unggah di dunia maya. Atau mungkin bangga karena menjadi pemeran utamanya atau video mereka bisa diliat banyak orang.

Ini nih yang diperjuangkan oleh banyak ahli parenting yang peduli terhadap bahaya gadget ke perilaku anak-anak. Karena diusia dini mereka sudah diberikan ruang dan difasilitasi untuk menggunakan gadget tanpa diawasi apalagi difilter agar tidak bisa mengakses konten-konten yang bisa menyesatkan dan menjerumuskan mereka menjadi candu, korban dan akhirnya menjadi pelaku.

Orangtua sekarang ada yang merasa bangga jika anaknya bisa berselancar di gadget mereka. Merasa bangga karena anaknya juga punya gadget seperti teman lainnya, Merasa bangga kalo anaknya sudah familiar dengan fasilitas yang ada di gadget mereka tanpa tau apa yang dilihat, ditonton, diunggah dan diunduh oleh anak-anak mereka. Malah yang paling parah. Ada orangtua yang tidak bisa mengecek/memeriksa gadget anaknya dengan alasan tidak mengerti bagaimana mengoperasikannya.

Internet sejatinya memang tidak perlu buat mereka sebelum mereka berusia 14 tahun. Kecuali dengan pengawasan kita atau kita bisa memfilter apa yang bisa ataupun tidak untuk mereka. Jangan sampai menyesal kemudian. Anak-anak jadi kecanduan, ada  bagian otaknya rusak karena sudah sering terpapar konten yang menyesatkan dan ini akan butuh biaya dan waktu untuk memulihkannya lebih mahal dari harga gadget itu sendiri.

Anak-anak dibawah usia 14 tahun masih belum bisa memilah mana yang baik dan buruk, mana yang salah atau benar. Mereka belum paham.
Apalagi jika kita sebagai orangtua tak memberikan informasi dan batasan mengenai aturan berselancar diinternet dengan bijak.

Maka yang ada anak-anak akan mencari tau sendiri dengan cara mereka. Dan itu pasti ada ‘harganya’.

Yuliana
Banjarmasin, 6 oktober 2017

Rabu, 04 Oktober 2017

Diakhiri Dengan Yang Manis

#Diakhiri dengan yang Manis

Tetiba pandangan mataku tertuju ke salah satu pojok warung di pertigaan sebelum mengantar abang Daffa TPA. Disana aku baca sebuah slogan susu kental manis. Disana tertulis  ‘DIAKHIRI DENGAN YANG MANIS’

Kalimat ini mengelitik saya sepanjang perjalanan sesambil mulut saya komat kamit mencoba merangkai kata-kata untuk menemukan sebuah ide tulisan agar tema ini mampu mengikat sebuah makna.

Sesuatu yang berakhir manis…..aku pun mencoba menilik memori di otak. Apakah ada sebuah peristiwa dalam hidupku yang berakhir manis? Rasa-rasanya hampir tidak ada atau aku sudah lupa atau memang berusaha menutup sebuah memoar masa lalu, entahlah…..

Kembali ke slogan tersebut yang penuh provokatif. Mengajak pembacanya agar menikmati produknya yang tentu saja mempunyai rasa yang pasti manis.
Tentu saja hasil penjualan mereka tumbuh pesat meskipun tanpa slogan tersebut.

Namun kalo boleh membandingkan kalimat tersebut sangat kontras dengan kehidupan sehari-hari. Kebanyakan kita jika mengakhiri/ diakhiri apa saja atau siapa saja pasti akan menimbulkan sakit hati, sedih, marah, benci, dendam dan hal negatif lainnya.

Meski mungkin ada juga yang mampu memetik hikmah akan sebuah peritiwa berakhirnya dengan penuh syukur yang tentu saja berbuah manis.

Semoga kita selalu mampu membaca hikmah akan apa saja yang terjadi dikehidupan kita. Dan itu semua membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik dan tentu saja lebih manis.

Kitalah yang membuat hidup ini manis atau biasa-biasa saja.

Berdoalah dan jangan lupa terus semangat mengikat makna kehidupan ini.

Yuliana
Banjarmasin, 4 Oktober 2017

Selamat Hari Guru Sedunia

#Hari Guru Sedunia
#odowop

Guru… kata ini maknanya begitu luas, begitu dalam, dan begitu multi arti.
Guru bukan hanya mengajar di kelas formal, informal dan nonformal namun guru dapat berupa pengalaman berharga dan penuh hikmah, ujian nan memilukan, kemudahan dan juga nikmat tiada tara.

Apapun pelajaran yang kita terima dari seseorang atau sesuatu juga bisa dikatakan itulah guru kita.

Guru yang baik dan guru ‘killer’ versi kita, semuanya adalah pengalaman berharga di kehidupan kita baik dulu, sekarang maupun yang akan datang.

Untukmu guru-guruku,
Karena engkaulah aku seperti sekarang dan yang akan datang
Apapun dan siapapun engkau terimakasih tak terhingga atas jasa-jasamu

Terimakasih untuk guru SD ku, yang karena engkau aku pernah menyukai math
Terimakasih pula untuk walikelas SD ku karena engkau aku menyukai English sampai hari ini.

Dan tak lupa terimakasihku untuk anak-anakku kalianlah guru terbaikku

Dan yang terpenting dari semuanya
Aku bersyukur bahwa Al Qur’an dan Hadist adalah guru terlengkapku
Aku bersyukur pula Rasulullah adalah guru tauladanku
Dan selalu bersyukur karena Allah adalah SANG MAHA GURU.

Selamat Hari Guru Sedunia.

Yuliana
Banjarmasin, 5 Oktober 2017

Selasa, 03 Oktober 2017

Malu Ku Pada Rabb Ku

#September

September telah berlalu namun usiaku semakin berkurang
Saat ucapan-ucapan handai taulan kuterima
Sebagai pengingat bahwa kematian juga senantiasa bertamu di hadapan

Namun ada rasa malu

Malu ku pada Rabb ku
Di usia ini rasanya belum punya bekal yang cukup untuk menghadapNYA

Malu ku pada Rabb ku
Nikmatnya tak sebanding dengan penghambaanku padaNYA

Malu ku para Rabb ku
Siapalah aku yang selama ini
Hanya numpang hidup di Bumi NYA

Dan malu ku pada Rabb ku
Betapa sedikit syukurku selama ini

*No candle, No celebration, No cakes, No chocolate, No waste.

Fulltime Mom ala saya

#Fulltime Mom
#odowop

Sejak 2014 saya putuskan hanya menjadi IRT saja. Setelah sebelumnya sudah mennjual seluruh aset toko yang sudah saya rintis sejak 2009.
Saya memutuskan menghentikan kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan anak dengan menimbang banyak faktor urgensinya.

Salah satunya adalah keinginan membersamai anak yang sudah saya ambil penuh karena saya meng-homeschooling-kan anak-anak saya.

Sebagai fulltime mom, kegiatan saya lebih banyak bersama anak-anak.  Setiap  kegiatan di rumah atau diluar rumah mereka selalu saya libatkan.
Memberikan stimulasi, pengalaman dan membuka pengetahuan mereka langsung pada lingkungan sekitar.

Kegiatan di luar rumah adalah yang paling banyak kami lakukan. Di kegiatan outdoor, anak-anak bisa lebih santai daripada didalam rumah baik mengerjakan worksheet, membaca buku atau kegiatan lainnya.

Di outdoor, banyak hal yang kami temui, amati, pelajari dan menambah khasanah pengetahuan kami. Tentu sebagai orangtua saya merasa sangat bersyukur. Membersamai anak-anak belajar mempersiapkan mereka menjadi pembelajar mandiri membuat saya sendiri semangat untuk memberdayakan potensi yang saya miliki, membangun rasa pede dan mengenali apa maksud Allah menciptakan saya di bumi ini , di lingkungan ini, di keluarga ini dan di diri saya pribadi.

Manjadi fulltime mom namun tetap terus belajar memaknai waktu bersama anak-anak adalah anugerah dan pilihan tepat yang membuat saya selalu tersenyum bersama anak-anak.

Yuliana
Banjarmasin, 2 oktober 2017

Daster

#Daster
#odowop

Nga menarik, kayak emak-emak, nga modis, nga cantik lah, modelnya itu-itu aja, nga menarik, nga gaol, de el el

Itu dulu… saya yang dulu…
Saya termasuk anti-pati makai daster baik itu di rumah apalagi sampai dibawa keluar rumah… apa coba..pokoke nga benget lah
Serasa selalu tampak kumel, kucel, dan nga seksih depan laki.

Namun sekarang dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia. Saya pun mulai menggunakan daster untuk keseharian dan juga dipake keluar rumah…
Eits… bukan sebagai luaran lho…
Namun daleman..
Secara hanya bahan daster yang adem yang enak dipake sebagai dalaman gamis panjang saya. Selain nyerap keringat juga bahannya enak kalo dah lama dipake.

Kenapa saya baru 2 tahunan ini menggunakan daster karena sekarang modelnya udah nga jadul lagi, motifnya juga udah update lebih colorfull, dan yang terpenting adem.

Yuliana
Banjarmasin, 3 oktober 2017