Sabtu, 07 Oktober 2017

Aurat dan Rasa Malu

#Aurat dan Rasa Malu
#odowop
#part2

Akhirnya pekerjaan emak sampai jam 19.30 selesai. Alhamdulillah 2 bocil sudah bobo. Emak pun sudah mempersiapkan alat tempur di dekat tempat tidur jika de fayyas bangun nanti (* baca: susu, termos, air dingin dll).

Sebuah buku besar tempat emak mencurahkan isi kepala siang tadi pun sudah dibuka meski begitu banyak hasil kreasi fayyas ada juga diatas tulisan saya tersebut.  Jadinya harus baca pelan-pelan nih. Kertas oretan yang berisi nama surah juga udah disamping. Buka laptop, pasang kacamata, silent hape dulu dan mulai mengeluarkan rangkaian kata-kata yang seharian gatal tangan ini pengen menyalinnya.



Melihat dari kejadian kemaren. Saya kembali teringat sebuah tulisan dari pakar parenting kawakan mengenai pendidikan sex (sex education) sejak dini. Melatih, mencontohkan dan membiasakan anak-anak mengenal tubuh mereka, memang butuh tauladan dan kesabaran dari kita orangtuanya. Terutama daerah paling berharga ( karena mereka memang berharga) yang kita sebut bagian dari aurat.

Di dalam al quran sangat jelas bahwa kita harus menahan pandangan dan memelihara kemaluan ( an Nur:30).

Jika sedari kecil, anak-anak tidak diperkenalkan secara terus menerus mengenai batasan aurat yang boleh atau tidak boleh dilihat, disentuh, diraba dan dipegang maka anak-anak akan terbiasa atau merasa tidak malu, tidak risih apalagi merasa bersalah dan berdosa memperlihatkan bagian tubuhnya kepada orang lain.

Rasa malu ini harus ditanamkan ke anak-anak agar selalu menutup auratnya apabila keluar rumah, sedang bermain, sedang berteman dan lainnya. Dan jika sudah tertanam rasa malu pada diri mereka maka anak-anak akan berani mengatakan TIDAK apabila ada orang lain yang membully mereka diluar sana. Juga tak segan bercerita kepada kita apabila mereka menerima ajakan dari orang lain atau teman-temannya untuk memeperlihatkan bagian tubuhnya apalagi jika sampai diabadikan lewat foto atau video.

Begitu gencarnya media tv, internet dan media lainnya serta lingkungan sekitar, atau malah kita sendiri selaku orang tuanya mempertontonkan aurat secara serampangan sehingga anak-anak/generasi sekarang merasa itulah batasan wajar. Bahwa itu sudah biasa aja tuh…, orang lain juga begitu sehingga terjadi pemakluman yang membingungkan mereka.

Menutup aurat adalah kewajiban baik laki-laki maupun perempuan dengan batasan yang sudah dijelaskan dalam Al Qur’an (QS Al Ahzab:59 , An Nur :31, Al Ahzab :53, Al Ahzab :33, An Nur :60).

Apabila kita sejak dini sudah melatih, membiasakan anak-anak kita menjaga tubuh mereka sendiri dan mengetahui mengenai batas auratnya maka tidak ada kejadian yang memalukan seperti kemaren.

Mereka memang anak-anak dan yang bersalah tentulah kita sebagai orang dewasa atau orangtuanya.

Kurang memberikan waktu khusus dengan anak, kurang berkomunikasi dengan anak , dengan alasan karena kesibukan mencari nafkah sehingga pengawasan kita lemah. Apalagi ditambah kita memfasilitasi mereka dengan gadget yang tak terproteksi karena kurangnya pengetahuan kita tentang hal tersebut. mereka diberikan gadget sejak dini dengan harapan mereka ‘anteng dan diam di rumah saja’ sehingga kita pun merasa damai melakukan aktivitas kita.

latih anak-anak kita untuk mengenal tubuh mereka yang berharga
latih mana anggota tubuhnya yang boleh disentuh, dipegang, diraba oleh orang lain
latih anak-anak kita untuk selalu menutup aurat dengan benar tiap kali keluar rumah sesuai syariat
latih anak-anak kita untuk menjaga pandangan dari hal –hal yang tidak boleh mereka lihat.
Latih anak-anak kita untuk bilang TIDAK  jika di menerima perlakuan yang membuatnya tidak nyaman.
Pisahkan tidur antara anak laki-laki dan perempuan diatas 10 tahun.

Selamatkan anak-anak kita
Terus lah berdoa agar Allah selalu menjaga buah hati kita.

Yuliana
Banjarmasin, 7 oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar