Sabtu, 30 September 2017

Dengerin Aku Dong

#Dengerin aku dunk
#Pagi berharga
#Odowop

Dasar emak-emak kalo ngomong tuh nga ada remnya
Terus maunya serba cepat, kadang ngomongnya kesana kemari bikin bingung yang dengerin dan keseringan nyela giliran ngomong atau kadang nga serius nyimak
Heleh…heleh ini piye tok?
Dan inilah protes abang Daffa kemaren pagi


Diawali dia mau ngomong tapi si emak lagi so sibuk jawabin komen fb sementara de fayyas pun terus narik-narik baju emak pengen enen.
Emak kan jadi nga fokus. (…ngeles lage!) dengerin abang ngomong.

Dan akhinya keluar tuh kata,
‘ami pasti nga dengerin kan?’.
‘tadi aku ngomong apa coba?’

Saya pun menghentikan balasan komen di fb dan meletakan hp di lantai (felt guilty…)
‘maaf…, ami ya?’

Nga ada respon, abang pun rada ngambek, diam dan langsung rebahan di lantai sambil memalingkan badannya.
Kuhampiri abang dan kulihat matanya berair ( abang memang melo)

Kuusap rambutnya, kuucap permintaan maafku sekali lagi karena nga dengerin dia ngomong apa barusan.
Dengan masih memalingkan wajahnya diapun menyatakan protesnya dan mulai mengungkapkan kalo dia nga suka kalo tiap kali dia ngomong, emak yang mendominasi, emak yang malah curhat ke dia de el el.
Dia pengen bicara banyak pula, pengen lama didengerinnya serta fokus ama apa yang dia omongin.

‘Makasih nak lah, sudah menegur ami dan sudah berpikir kritis.’

‘Aku mau tiap kali aku cerita, ami dengerin aku lama juga !’.

‘Baik, insyaAllah. Kita akan perbaiki lagi lah .’

Kuciumi lagi dia dengan penuh penyesalan, ku ulurkan tanganku dan kujabat tangannya serta berjanji akan memeperbaiki komunikasi kami  dan meminta jika terjadi lagi, dia harus tegur dan ingatkan aku

Kami pun berpelukan, kupandangi wajahnya yang kini mulai terlihat satu jerawat kecil didahinya.
Dan aku pun berterimakasih karena dia mau selalu curhat pada ku.
Ya…aku harus sadar bahwa abang kini mulai beranjak remaja, usia pre baliqh
Usia yang rentan akan pencarian diri, intrik remaja/pergaulan, naik turun mood dan kritis akan sekitar.

Aku harus lebih lagi dalam pendampingan
Lebih perhatian pada emosi, lebih peka akan kebutuhan psikisnya
Lebih menjadi teman curhatnya bukan gurunya
Lebih menjadi rekanannya bukan bosnya
Lebih jadi pendengarnya bukan so menasehatinya
Lebh memberikan solusi positif pada tiap kegundahannya
Lebih memberikan pencerahan pada tiap masalah-masalahnya

Aku harus lebih terus belajar
Tak ada kata cuti ataupun tuntas dalam pendampingan anak-anak

Belajar bahwa sebagai orangtua aku harus menepiskan ego.
Belajar terus berkomunikasi yang bijak dengan anak-anak
Mereka adalah rekanan belajar di semesta ini
Untuk menjadi pribadi terbaik yang diridhoi Illahi.



Yuliana
Banjarmasin, 1 oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar