Senin, 18 September 2017

MELUKIS DENGAN KAPAS

#Day12
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP
#IbuProfesional
#IIP
#DAFschool
#Borneoschooling


Mengamati gaya belajar anak-anak tidak selalu harus dipancing dengan berbagai stimulan atau aktivitas yang memang dipersiapkan khusus sehingga harus memerlukan waktu yang khusus pula untuk mencermatinya.


Anak-anak adalah pembelajar sejati. Mereka selalu menampakkan keinginan mereka dan rasa tau mereka setiap saat sehingga sebagai orangtua kita harus selalu jeli, fokus dan merekam proses ‘aha’ yang kadang memang tanpa kita duga-duga datangnya. 

Untuk saya pribadi dengan 3 bocah, tentu masing-masing akan memperlihatkan apa saja setiap saat dan saya selaku orangtua harus selalu standby untuk hadir dan mendampingi jika rasa tau mereka itu memang butuh kita disana sebagai penterjemah dari rasa penasaran mereka tersebut.


Seperti pagi ini, kami putuskan akan berkeliling ke siring menara pandang untuk melihat apakah ada semacam acara atau even yang diselenggarakan disiang hari karena dari jadwal yang berseliweran di grup wa bahwa bulan ini akan ada beberapa agenda dalam rangka menyambut hari jari kota Banjarmasin. 


Namun ternyata sesampainya disana, kami tidak mendapati acara apapun. Walaupun saya pribadi tau kalo acara memang lebih banyak di malam hari tapi biasanya akan ada bazaar atau pameran sebagai penyemarak. Tapi pagi ini terlihat sepi. Memang ada tenda-tenda berjajar yang sudah didirikan tapi belum ada persiapan lebih lanjut.


Ya.. sudahlah, kami pun melanjutkan perjalananke siring Sabilal tepat diseberang sungai. Mampir sebenar di tugu O KM Banjarmasin. Berfoto kemudian meneruskan perjalanan lagi yaitu ke taman Mesjid Sabilal untuk belajar dan bermain.


Namun sebelum kami beranjak dari tempat parkir motor, alta tertarik melihat seorang ibu penjual bubur yang sedang menawarkan dagangannya sambil masih diatas motornya. Alta sempat-sempatnya melihat kemasan dari gelas bubur yang dijual tersebut yaitu bergambar elsa frozen. Memang saya melihatnya juga. Tapi kedua bocah lainnya nga ada yang peduli.


Terus kami pun sampai di taman sabilal, setelah memarkir motor, kami menuju spot yang kemaren kami tempati. Baru selesai menggelar tiker, rupanya alta duduk sambil mulutnya berbicara ada merah, pink, hijau, biru. Awalnya saya nga ‘ngeh’ dia ngomong apa karena lagi membongkar bekal yang kami bawa.


Ternyata setelah saya perhatikan alta lagi melihat umbul-umbul disepanjang pagar mesjid. Dia juga menyebut umbul-umbul yang ada digedung seberangnya.


Pengamatan : visual, auditori


#Melukis dengan kapas

#Daffa, alta,fayyas



Setelah sarapan dan kemudian dilanjutkan mereka maen bola. Saya memanggil mereka untuk membuat sesuatu diatas kertas putih. Awalnya abang daffa tidak tertarik. Kemudian melihat ada warna-warnanya, diapun ikut bergabung dan mulai melukis sesukanya diatas kertas dengan kapas yang dicelupkan di 4 warna (pewarna makanan). Saya memang mempersilakan mereka untuk melukis apa saja.


Mereka heboh sembari melukis, tangan mereka belepotan warna. Terutama abang dan fayyas. Abang memang sengaja melumuri tangannya agar tampak seperti terluka dan berdarah. Dia begitu binar-binar saat melihat warna merah itu menghiasi telapaknya kemudian sia minta saya memfotonya. 


Setelah mereka selesai bereksperimen dengan warna-warna tersebut. Mereka pun mengajak saya untuk berkeliling halaman mesjid.


Pengamatan : visual, kinestetik


#Menyapu Taman

#alta4,5y


Saat kami lagi heboh berfoto-foto, ternyata alta lagi sibuk menyapu daun-daun kering yang berserakan di halaman mesjid. Dia menyapu dengan berbagai alat yang ditemukannya. Dimula dari ranting pohon kering, pucuk daun palm yang patah dan jatuh, sampai pake sendal jepit yang dia ketemukan di sekitaran taman. 


Katanya , ‘hayo bantu membersihkan daun-daun ini. Agar halamannya bersih.’ Rupanya dia merasa tidak enak melihat daun-daun kering tersebut berserakan. Memang daun-daun kering ini hanya berserakan dipinggir halaman paving. Karena musim kemarau jadinya banyak daun-daun kering yang berjatuhan. 


Terus kata abang, ‘nga usah nanti juga dibersihin ama petugas pembersih. Tuh liat disana ada tumpukan kantong plastik . itu isinya daun-daun kering ini.’


Namun tetap saja alta cuek dan meneruskan pekerjaannya. Dia berhenti setelah kami beranjak dari tempat itu dan kembali ke spot yang kami tinggalkan barang-barang kami tadi.


Dan ternyata, disinipun alta masih mau menyapu daun-daun tersebut. Daun-daun kering itu hampir menutupi tanah di area ini saking banyaknya.


Sampai kami sudah mau pulang dan sudah berbenah , alta masih melakukan pembersihannya menggunakan ranting dan cabang pohon palm. Terus kata alta, ‘mi kita bawa pulang ya yang ini (ranting yang digunakannya sebagai sapu). Nanti kalo kita kesini lagi aku bisa membersihkan daun-daun itu lagi’. Dahan yang digunakannya tersebut juga dijadikannya alat musik.

Sayapun memberitahu dia bahwa kalopun nanti kami kemari lagi, kita akan menemukan ranting pohon ini lagi. Karena tidak ada yang akan membuang, memungut ataupun membakarnya.


Lanjut abang bertanya, kenapa daun-daun ini dibiarkan saja. Apa karena jumlahnya banyak jadi tidak disapu atau dibersihkan? Bukan abang. Percuma saja dibersihkan untuk area disini, nanti akan ada lagi daun yang jatuh karena memang ini lagi musim kemarau dan daun-daun itu kan juga nantinya membusuk sendiri sehingga dia akan menjadi pupuk alami buat pohon disekitar sini.’ Ooh”!


Pengamatan : visual, auditori, kinestetik


Yuliana

Banjarmasin, 18 September 2017







Tidak ada komentar:

Posting Komentar