Minggu, 26 November 2017

MENGENAL ALAT TIMBANG

#Day5
#Tantangan10Hri
#Level6
#Kuliah BunsayIIIP
#IloveMath
#MathAroundUs


Alhamdulillah pagi ini kemenakan pada datang dan rumah jadi rame lagi setelah kemaren sore sepupu yang dari luar kota sudah pada pulang.

Memang kalo sudah pada ngumpul begini, anak-anak akan terlihat sedikit bebas, bebas nonton tivi di rumah datunya, bebas menggunakan gadget tantenya, dan main bersama.

Saya pun harus muter otak nih, untuk memberikan kegiatan yang  tidak akan membuat mereka bergerak dari depan tv atau dari games gadget mereka.

Akhirnya saya melihat salah satu ponakan sejak mojok di depan timbangan konvensional (kami menyebutnya dacing) punya nenek mudanya (kebetulan si nenek sedang ikut pergi keluar kota) jadi saya gunakan benda tersebut untuk belajar matematika logis.

Timbangan tentu berhubungan  dengan berat-ringan, dan timbangan konvensional ini kan masih pake batu timbangan sebagai pengukurnya. Ada yang berat 1 ons, 250 gram, 500 gram dan 1 kg.
Sayangnya memang batu timbangannya tidak lengkap lagi. Anak-anak bergantian memegang batu timbangannya. Mengukur seberapa berat dan seberapa mereka mampu mengangkatnya. Memang mereka belum tahu maksud dari berat yang mereka pegang namun dari sini mereka menjadi kenal berat dan ringan.

kami pun mulai menimbang benda-benda jualan nenek muda yang ada disekitar timbangan.

Kami memilih menimbang garam. Garam diletakkan di mangkuk timbangannya terus ditaroh batu dacing/ timbangannya disebelahnya sampai benar-benar seimbang.

Awalnya berulang-ulang kami memasukkan garam dan menimbangnya sampai akhirnya kedua belah pengukur seimbang/rata.

Meski mereka hanya bertahan 5 menitan saja didepan dacing karena setelah itu mereka mulai deh mengutak atik si dacing dengan keras .  Karena suara dacing sudah sampai ke dapur jadinya datu dan nenek pun minTa menghentikan kegiatan anak-anak dengan menggunakan dacing.

Apapun bisa dibuat bahan belajar anak-anak. Kita saja sebagai orang tua dan pendidik harus lebih jeli menangkap sinyal akan keinginan dan rasa penasaran anak-anak terhadap sekitar.

Mengambil momen berharga dan memperkenalkan belajar disana akan lebih mengena daripada kita harus memaksa mereka uk belajar di sebuah ruangan bersekat dan tidak boleh bergerak.

Yuliana | 27 November 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar