Rabu, 22 November 2017

BERBURU GEOMETRI

#Day1
#Tantangan10Hari
#Level6
#Kuliah BunsayIIIP
#IloveMath
#MathAroundUs

Saya termasuk yang tidak menyukai matematika. Namun  saya suka berpikir logis terhadap apapun yang ada disekitar saya.
Waktu pertama mengetahui bahwa tema tantangan level 6 ini adalah Mendidik anak menyukai matematika. Saya bingung karena saya sendiri tidak menyukai matematika bagaimana saya harus meminta anak-anak untuk menyukainya.
Namun kekhawatiran saya ternyata tidak seseram setelah membaca materi yang diberikan tim IIP. Ternyata yang diperkenalkan ke anak- anak adalah konsep matematika/logis bukan seperti pelajaran matematikanya (udah parno aja dengernya).
Dan setelah membaca materi, saya pun langsung membuat mind mapping tentang apa yang harus saya lakukan selama 10 sampai 17 hari kedepan insyaAllah bersama anak-anak.
Saya pun membuat beberapa tema dari apa yang saya pahami mengenai konsep berpikir logis dan problem solving.
Untuk menambah referensi, saya coba searhing google, kira-kira tema apalagi yang bisa saya gali untuk dijadikan kegiatan yang seru bersama anak-anak.
Karena saya punya si sulung yang beranjak abg, saya pun mengikut sertakan dia dalam diskusi mengenai kegiatan apa yang akan kami lakukan bersama.
Ada puluhan kegiatan yang bisa digali disekitar rumah dan luar rumah bersama anak-anak tanpa harus mengeluarkan biaya (dasar emak pelit ceritane..hehe).
Saya sudah menyiapkan tema untuk alta dan fayyas namun baru satu dua tema untuk aktivitas abang.
Memang untuk abang yang sudah berusia 12,7 tahun. Materi matematikanya sudah sangat komplek buat saya untuk mendampinginya. Namun ditantangan ini saya fokuskan aktivitas abang lebih ke problem solving.
Akhirnya abang pun mengusulkan 2 tema khusus untuk dia. Sebenarnya abang ditantangan kali ini lebih banyak membantu saya untuk mendampingi adik-adiknya saja. Sekaligus memberikan tanggungjawab kepadanya baik sebagai abang adik-adiknya juga sebagai manusia yang harus bermanfaat buat orang sekitar.
Baiklah aktivitas kami diawal tantangan hari ini memang sudah disiapkan sebelumnya.
Tema pokoknya adalah mengenal geometri.
Saya sengaja meminta alta mengajak teman-teman tetangga yang sering maen bareng dia untuk turut diajak ke rumah dan kami belajar bersama.
Tidak sulit mengajak mereka untuk datang dan mengikuti kegiatan karena kegiatan hari ini dikemas dengan games yang jelas disukai anak-anak. Yaitu berburu harta karun,….eh salah berburu geometri.
Sebelumnya mereka dikenalkan dulu dengan berbagai bentuk geometri. Untuk alta, dia memang sudah mengenal semua bentuk dan tentu saja dia yang dominan menjawab pertanyaaan saya seputar bentuk-bentuk yang ada diflashcard yang juga saya siapkan sendiri (dari memprint dan melaminatingnya).
Setelah selesai mengenal bentuk geometrinya. Tibalah games serunya. Geometri yang saya buat sudah saya simpan diberbagai sudut dan tempat yang ada di ruang tengah.
Seru sekali melihat mereka menemukan satu persatu geometri tersebut yang disembunyikan di bawah keset, dibawah tiker, dibelakang tivi, diatas mesin kompresor, diatas horden, dikeranjang sepeda nenek,  di belakang lemari, didalam buku, didalam alquran, dibawah koran, didalam sejadah, didalam sepatu, dibawah lengan kursi, didalam helm dan menyebutkan apa nama geometri yang mereka temukan.
Awalnya hanya alta yang antusias mencari namun karena semangatnya alta untuk ngomporin teman-temannya akhirnya mereka semua berebut saat saya memberikan clue dimana bentuk-bentuk itu saya simpan.
Melihat wajah mereka yang sumringah saat berhasil menemukan dan diberikan apresiasi atas keberhasilan tersebut membuat saya pun senang. Mereka tertawa dan merasa senang sampai saat saya harus mengakhiri permainan didalam rumah karena urusan dapur telah menanti. Mereka tetap mau lanjut bermain geometri atau yang lainnya.
Disore harinya, saat saya menemani anak-anak maen di depan rumah. Saya kembali menemukan bahwa anak-anak itu adalah makhluk pintar. Tanpa kita arahkan pun sebenarnya mereka sudah menggali kecerdasan logis mereka.
Namun dengan pendampingan tentu saja menjadi lebih baik.
Saat 3 anak cewek ini lagi maen sepeda, mereka mulai saling bergiliran dibonceng sepeda. Alta sebagai pembonceng dan dia pula yang mengatur siapa yang pertama ikut dan siapa yang berikutnya. Padahal sepedanya milik temannya. Disini mereka sudah belajar mengenal konsep pertama dan terakhir. Dan ini termasuk dalam kecerdasan matematis/logis.
Kemudian mereka saling berlomba siapa yang tercepat. Kedua temannya berlari sedang alta menggunakan sepeda. Disini juga mereka mengenal konsep kecepatan. Bahwa sepeda lebih cepat daripada berlari.
Selain itu saat mereka menaiki sepeda dengan berboncengan dan sendiri,meraka jadi tahu lebih cepatan/lambat yang mana jalannya. Ini juga mengajarkan ke mereka konsep cepat-lambat dan ini termasuk kecerdasan matematika/logis.
Dilain sudut saya memperhatikan fayyas yang penasaran pada kerangka baja untuk jalan yang akan dicor di depan rumah. Dia mulai menggoyang-goyangkan rangka baja tersebut dan ini sempat membuat dia menangis karena mungkin takut kalo benda yang dia pegang itu malah akan menimpa dia.
Kemudian dia coba memasukkan 2 buah batu ke dalam kerangka baja tersebut dan ternyata batunya menyangkut dan saya perhatikan dia berusaha mengambil dengan tangan mungilnya namun tetap batunya tidak bisa keluar. Dan dia pun melihat ke arah saya mengisyaratkan kalau dia butuh bantuan.
Dari rasa penasarannya, fayyas belajar mengenal konsep bentuk dari sebuah benda disekitar dia dan mengenal konsep masuk-keluar.
Ternyata banyak sekali hal yang bisa kita jadikan tema belajar untuk menstimulus anak-anak untuk menggali kecerdasan matematika/logis bukan hanya sekedar angka-angka dan rumus-rumus njelimet.
Kita pun harus lebih peka terhadap momen-momen berharga yang mereka temukan dalam keseharian mereka. Mendampingi mereka dalam menemukan kecerdasan-kecerdasan yang ada pada mereka dengan terus menggali dan menstimulus dengan cara yang tepat dan bijak tentu saja.
Matematika apabila dikemas dengan konsep bermain memang akan terasa menyenangkan dan tugas kita sebagai orangtua dan pendidik untuk membuat anak-anak tidak menganggap bahwa matematika itu tidak membosankan apalagi menakutkan.
Kita dituntut untuk terus berinovasi dan berkreasi dengan kreatifitas tinggi untuk menumbuhkan kecintaan tersebut terhadap ilmu apapun yang bermanfaat buat mereka.
Dan IIP benar-benar membuat saya terpecut untuk terus berinovasi dan kreatif agar bisa mendampingi anak-anak dalam proses pencarian kemampuan dan fitrah  mereka.
Yuliana | 23 November 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar