Selasa, 20 Februari 2018

ALIRAN RASA LEVEL#8

Aliran rasa level#8

Kecerdasan Financial Sejak Dini.

Anak-anak memang seharusnya diteladankan sejak masih kecil. Agar mereka paham apa itu rezeki, uang, pekerjaan orangtua dan hak Allah.

Kami pernah khilaf. Sebagai orangtua kami akui bahwa kami pernah secara tidak sengaja mencontohkan  bahwa keinginan itu adalah kebutuhan.

Di 9 tahun pertama usia abang Daffa. Kami bisa dikatakan cukup berlebih dalam hal keuangan. Semua apa yang diminta dan tak diminta pun terpenuhi karena ego kami sebagai orangtua.

Memiliki anak satu-satunya selama 8 tahun membuat abang merasa dimanjakan dengan uang dan kemudahan. Meski mengenal fisik uang sendiri baru diusianya 8 tahun. Memang pernah mengajarkan menabung sampai buka rekening atas namanya sendiri namun karena orangtuanya sendiri tidak konsisten sehingga tidak pernah punya tujuan jelas kenapa mesti menabung.

Saya suka menabung tapi bukan untuk suatu kebutuhan. Semuanya keinginan. Sampai pada tahun ke 6 pernikahan. Baru saya mulai merasa bahwa bisnis suami bisa saja tidak berumur panjang. Kemudian saya membuka usaha. Alhamdulillah usaha tersebut bertahan selama 4 tahun. Dan qadarullah ekonomi suami terguncang dan hasil dari usaha saya itulah yang mengisi hari-hari kami selanjutnya dengan berbagai ujian lainnya yang datang silih berganti.

Kini setelah berada di titik NOL. Saya dan suami pun mulai kembali menata semuanya. Mulai peduli mana kebutuhan mana hanya sekedar keinginan. Bertahap kami terus meniti tangga dan melewati ujian ini. Orang lain bisa maka kamipun pasti bisa.

Dan inilah yang ingin kami contohkan ke anak-anak. Selalu bersyukur meski kehidupan terasa berat untuk dilewati. Selalu bersabar meski entah kapan akan berakhir ujian ini. Selalu berbagi meski tak selalu soal materi.

Meyakini Allah akan membantu orang-orang yang terus berusaha dan berdoa. Bahwa uang bukanlah segalanya. Bahwa rezeki bukan hanya soal materi namun kebersamaan kami dan kemudahan ditiap tantangan yang diberiNYA juga bagian dari rezeki.

Yuliana| Februari 2018

Sabtu, 17 Februari 2018

CERDAS HEMAT

#Day17
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial

Alta datang dari maen bersama sepupu dan temannya. Terus dia bilang,"Aku mau rambutku kayak Masha".

"Oh... artinya harus potong rambut." Saran saya.

"Boleh." Alta terlihat santai menjawabnya.

Memang sejak lama Alta ingin rambutnya dipotong pendek. Saya aja kok berasa sayang motong rambutnya. Apalagi sekarang rambutnya dudah panjang.

Namun dari cerita dia, alta begitu ingin rambutnya kayak masha. Dan dia cerita pula kalo masha temannya tersebut potong rambutnya di salon.

Saya pikir. Cuman motong biasa aja. Saya juga bisa..hehe..emak hemat..

"Ya sudah. Ami aja yang motong ya. Biar hemat uangnya. Kan uangnya bisa buat yang lain." Bujuk saya.

"Eh iya, uangnya buat aku jajan aja ya?" Sumbringah alta bersemangat.

"Bukan. Uangnya buat ngisi tabungan sepeda alta saja."

Altapun mengiyakan. Dan akhirnya dengan gunting seadanya. Saya potonglah rambutnya yang panjang.


Dan setelah dipotong pendek. Tidak ada protes sedikitpun. Alta malah kesenangan. Dan selalu nanya. "Cantik kan?"

Alhamdulilah akhirnya saya bisa memberi pemahaman jika untuk tampil cantik tidak usah ke salon. Di rumah juga bisa. Manfaatkan yang ada di sekitar. Tidak usah mengikuti orang lain.


Yuliana| 17 Februari 2018

Jumat, 16 Februari 2018

CERDAS BERBAGI

#Day16
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial


Saban Jumat, kami punya satu kebiasaan sejak dulu. Yaitu menyiapkan infaq terbaik untuk dibawa ke Mesjid. Dan kebiasaan ini selalu dijalankan pula di keluarga besar kami.  Jadi setiap abang Daffa mau berangkat ke Mesjid maka abang akan berkeliling menawarkan diri untuk dititipi infaq ke Mesjid.

Berbagi dengan bersedekah adalah bagian dari kecerdasan finansial dan ini harus dipupuk dan diteladankan sejak dini ke anak-anak. Anak-anak harus paham bahwa disetiap rezeki yang mereka miliki ada hak orang lain. Dan ada pula hak Allah.

Tidak penting banyak atau sedikit. Kesadaran akan berbagi  serta menyisihkan sebagian kecil dari harta milik pribadi  juga  sudah baik. Dan ini memang harus dicontohkan. Anak-anak akan mengingat jika berbagi adalah sebuah kebiasaan baik dan harus terus dilakukan.

Allah memang Maha Kaya sehingga Allah tidak memerlukan harta kita hambanya, namun harta yang kita sedekahkan atau kita bagikan dijalan Allah itulah harta kita sebenarnya nanti di Akhirat kelak.

Berbagi juga tidak harus berupa uang namun apa saja yang bisa dimanfaatkan atau bernilai buat orang lain.  Jadi anak-anak akan memiliki pemahaman bahwa rezeki yang mereka miliki juga ada rezeki orang lain disana. Dari harta atau rezeki yang kita peroleh juga bagian dari rezeki orang-orang yang tidak mampu. Dan juga anak-anak dipahamkan kalo berbagi tidak harus menunggu berlebih dulu. Namun haraus erus menerus semampunya kita. Seikhlasnya kita. Karena sesungguhnya kemuliaanlah yang harus dikejar bukan materi semata.

Yuliana | 16 Februari 2018

Kamis, 15 Februari 2018

WANITA DAN UJIANNYA

#Day15
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial


Kembali saya mau menyambung cerita pada tantangan hari ke 14 kemaren.  Disana saya tidak menceritakan detail,  kenapa  saya mengakhiri tulisan dengan kalimat wanita diuji saat suami tidak punya apa-apa.


Ya……, saat suami berjaya, biasanya wanita akan merasa sangat senang karena semua kebutuhannya terpenuhi tanpa harus capek-capek bekerja diluar rumah. Dan disinilah para wanita kadang lupa bahwa rezeki itu ada pasang surutnya. Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan.
Dan saya mengalami semua itu. Saat suami berjaya, pengen sih berlagak kayak nyonyah-nyonyah yang lupa jika esok apapun bisa saja terjadi. Namun saya ingat apa yang diajarkan ke saya sejak kecil. Menabung,  menabung  dan usaha.

Memang saat usia sekolah, saya tidak bisa menabung  karena memang tidak ada uang untuk ditabung. Namun  prinsip yang diajarkan oleh guru saya di SD benar-benar tertanam dihati. Bahwa menabung pangkal kaya.

Dimulai dengan saya suka mengatur keuangan keluarga dengan detail. Saya punya 3 rekening di bank berbeda  dengan tujuan berbeda pula serta ditambah satu rekening abang Daffa.  Rekening itu wajib diisi setiap suami mengirimkan pendapatannya. Suami saya tidak punya gaji bulanan karena memang tidak bekerja di sebuah perusahaan atau instansi manapun. Suami sejak bujangan memiliki beberapa bisnis yang sangat ‘basah’  kala itu dengan nominal menggiurkan.

Suami juga bukan tipe pria pelit atau perhitungan. Dia juga begitu royal dengan teman-temannya. Saya pernah menyatakan ketidaksukaan akan sikap beliau yang terlalu royal dengan uang. Saya merasa teman-teman beliau terlalu memanfaatkan kebaikan beliau.

Pada akhirnya semua itu 180 derajat berubah. Berangsur-angsur bisnis yang digeluti beliau tidak berjalan lancar. Cuaca dan investor begitu sudah ditebak. Sampai akhirnya bisnis ini kandas dan menyisakan investasi yang tidak bisa diuangkan sampai saat ini.


Saya sudah melihat  sejak awal jika kami hanya bergantung dibisnis beliau saja maka kami mungkin tidak akan bertahan sampai sekarang. Kami sudah kehilangan segalanya. Segalanya sampai piring sendok pun harus terjual. Yang kami miliki hanya keluarga. Semua teman-teman beliau yang dulu ‘dekat’ ,  hilang entah kemana.

Bersyukurnya usaha yang saya gelutilah akhirnya yang mampu selama 4 tahun menutupi semua ujian-ujian kami berikutnya. Semua atas ijin Allah. Allah memberikan kami satu pegangan.

Keuangan keluarga memang harus direncanakan kedua belah pihak, suami dan istri. Agar tidak berantakan. Jika pun tidak punya apa-apa lagi untuk diatur. Maka serahkanlah semua urusan yang diluar kemampuan kita pada Sang Pemilik Rezeki. 


Seorang istri harus terus mendampingi suami apalagi jika ujian rumahtangga datang. Bangkit dari keterpurukan itulah jalan yang harus ditempuh. Dan karena sekarang ada 3 bocah yang siap mencontoh apa saja dari kedua orangtuanya maka kamipun harus lebih berhati-hati meneladankan perihal pengaturan keuangan pada anak-anak. Mereka harus paham bahwa rezeki itu bukan hanya soal uang. Namun bisa dengan kedekatan kami, kesehatan, bertambahnya adik-adik dalam keluarga kami dan lain-lain.  Anak-anak harus paham jika ikhtiar, doa dan usaha harus terus dilakukan agar Allah akan memberikan berkahNYA.

Dan kini saya mulai merintis usaha lagi masih dalam skala kecil namun saya percaya sesuatu yang besar dimulai dari yang kecil dulu. Suami juga sudah setahun ini membuka 2 kantor di daerah berbeda. Hikmah dari kondisi keuangan kami yang tidak memiliki apa-apa lagi, membuat anak-anak lebih sadar akan situasi dan tidak konsumtif .


Yuliana|15 Februari 2018

Rabu, 14 Februari 2018

WANITA DAN CERDAS FINANSIAL

#Day14
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial



Hari ini awalnya saya sempat  bingung mau menulis apa ditantangan ke 14 ini. Anak-anak sudah memiliki mini budgetnya sendiri dan mereka sejauh ini sudah mulai konsisen mematuhi mini budgetnya.


Akhirnya saya pun mulai melihat ke diri saya pribadi. Mengingat bagaimana dulu saya memahami makna cerdas finansial dalam kehidupan sebelum hari ini.


Dulunya saya adalah pribadi yang sangat perfeksionis dalam menghadapi apapun. Semua tidak boleh salah ataupun tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan. Dan ini adalah kelemahan juga kelebihan saya.


Dan dalam hal keuangan. Saya sangat suka mencatat semua aktivitas keuangan. Begitu pula setelah menikah. Qadarullah di lima tahun pertama, suami dipercaya memiliki sebuah usaha yang sangat ‘basah’ dengan rezeki yang saat itu mengalir terus. Namun hal itu tidak membuat saya berfoya-foya atau menghamburkan uang begitu saja.


Saya terlahir di keluarga sangat sederhana. Yang mengharuskan kami berhemat sedemikian rupa agar bisa bertahan hidup. Meskipun kedua orangtua saat itu bekerja. Dan kebiasaan ini tertanam dikeseharian saya bahwa rezeki berupa uang harus diatur dengan baik. Semua harus seimbang dan semua harus terencana dengan baik.


Dan alhamdulillah saat ujian datang bertubi-tubi, Kami dimampukan melewatinya satu persatu.  Dimulai di  tiga tahun pertama menikah, saya memberanikan diri membuka usaha karena keuangan suami yang sangat berlebih dan merasa sia-sia saja jika hanya ditabung. Usaha saya berjalan bagus. Dalam 4 tahun usaha saya beranjak maju dan beberapa orang mulai percaya ikut berinvestasi jangka pendek.



Karena lancarnya usaha ini sehingga saat ujian-ujian datang. Semua kebutuhan bisa tertutupi dengan profit usaha. Entah apa yang terjadi jika saya tidak mengatur finansial kami dengan baik dan ikut larut dalam kegelimangan. Maka kami mungkin tidak akan bertahan.


Dan sekarang meski usaha saya sudah saya jual karena saya harus ikut suami pindah ke seberang pulau. Saya selalu merasa mengatur keuangan keluarga itu sangat penting.  Penting untuk bisa bertahan jika sesuatu yang buruk terjadi. Karena kita tidak akan pernah tahu rezeki, jodoh dan maut bisa datang kapan saja.


Persiapan itu penting. Pengaturan itu juga penting. Selain berserah kepada Yang Kuasa meminta agar selalu diberi ketabahan dan kemudahan. Tetap kompak dan komunikasi dengan pasangan. Karena ujian wanita itu saat suami tidak punya apa-apa.

Yuliana|14 Februari 2018

Senin, 12 Februari 2018

TUNGGING MALL

#Day13
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial


Pasti penasaran kenapa saya memberi judul tantangan hari ke 13 ini dengan judul diatas. Kata tungging didaerah kami identik dengan barang second. Barang kapal alias barang bekas. Kalo kata tungging sendiri berarti posisi seperti gerakan ruku dalam sholat. Kenapa diberi istilah tersebut karena saat memilih barang yang ada dilapak pedagang posisi pembeli harus menunduk untuk memilih makanya diberi istilah itu.

Nah, di kota kami masih banyak terdapat penjual barang-barang bekas ex barang impor terutama busana. Lapak ini pun biasanya hanya beroperasi di malam hari. Ada yang berkumpul disatu tempat atau mereka menggelar lapaknya di emper-emper toko di jalan utama.

Malam ini abang Daffa diajak Apih untuk berjalan-jalan ke daerah tungging khusus jual baju bekas. Apih memang dalam 2 tahun ini suka sekali menghabiskan waktu di pasar tungging. Mencari sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan atau malah tidak direncanakan. Sepertinya bepergian ke tempat tersebut adalah me timenya beliau.

Kebiasaan seperti ini sebenarnya tidak baik dicontoh anak-anak. Membeli bukan saat butuh. Meskipun barang murah sekalipun

Apih dan saya memang kadang tidak sepaham mengenai hal ini. Saya termasuk ketat dengan keinginan sedang Apih begitu gampang membeli barang yang bukan kebutuhan. Saya paham ketidakhadiran beliau setiap hari bersama anak membuat beliau bisa langsung mengabulkan keinginan anak-anak.

Akhirnya abangpun dibelikan sebuah jaket berwarna hijau dengan harga yang murah dengan kondisi masih baik. Kemudian membeli celana cingkrang . Kalo yang ini bukan bekas.

Orangtua memang akan terus menjadi role model untuk anak-anaknya. Melihat perbedaan yang sangat mencolok dari kedua orangtuanya akan membuat anak-anak akan mencontoh salah satu pihak yang menurut mereka baik.

Ini juga PR buat kami berdua. Memberikan contoh pada anak-anak mengenai pemahaman mana kebutuhan dan keinginan.

Yuliana| 13 Februari 2018

Minggu, 11 Februari 2018

CERDAS MEMILIH BARBERSHOP

#Day12
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial



Rambut abang Daffa sudah mulai terliat aut-autan. Rambutnya memang tebal bergelombang. Dan sangat cepat pertumbuhannya. Sudah lama memang saya meminta abang untuk segera memotong dan merapikannya ke tukang cukur rambut.

Dan baru hari ini dia akhirnya meminta. Biasanya kalo bukan saya atau apihnya yang menganar dia tidak akan mau ke tukang cukur. Meskipun jaraknya dekat. Memang dia agak sensitif jika dicukur. Suka kegelian saat finishing pencukuran.

Namun pagi ini dia malah ingin pergi sendiri tanpa diantar atau ditemani. Rupanya dia mengajak sepupunya yang berusia 10 tahun untuk menemaninya.
Saya pun memberikan uang Rp 10.000 untuk pergi ke tukar cukur. Dan tak berapa  lama dia pulang dengan rambut yang sudah rapi klimis seperti kesepakatan kami model rambutnya. Dan dia mengembalikan uang Rp 3.000 sebagai kembaliannya.

“Kok murah?” saya bertanya
“Iya, abang ke tukar cukur yang dibelakang komplek aja.” Jawabnya singkat.
Biasanya biaya cukur disekitaran tempat tinggal kami biayanya Rp 10.000  itu sudah termurah. Ternyata dia bisa mendapatkan tukang cukur yang lebih murah lagi dengan hasil yang bagus dan sepertinya dia puas dengan hasilnya karena tidak ada keluhan seperti biasanya.

Rupanya dia sudah bisa memilih dimana tukang cukur yang bagus namun dengan harga murah.
Kemampuan seperti ini juga termasuk cerdas finansial. Kalo ada yang murah bagus kenapa mesti memilih yang mahal hanya karena banyak antre disana yang mungkin saja tidak cocok dengan kita.

Yuliana| 12 Februari 2018

CERDAS BERBELANJA

#Day11
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial

Pagi ini kami berencana untuk pergi jalan-jalan. Acara dadakan ini baru dicetuskan subuh tadi. Rencananya saya mau mengajak anak-anak pergi ke 2 taman kota, memenuhi janji saya pada Alta mengenai dimana dulunya kami tinggal sebelum dia lahir dan mengantarkan buku ke pelanggan.

Setelah semua bersiap-siap, sebelumnya kami meminjam motor aci janah dulu agar bisa dengan leluasa pergi ke jalan utama. Motor yang ada dirumah STNK nya masih belum ditemukan sampai saat ini.

Diperjalanan kami mampir dulu ke ATM. Mengambil uang sejumlah Rp 100.000 sebagai bekal jalan-jalan hari ini. Saya memang membiasakan diri untuk tidak menyimpan uang cash didompet  sehingga tidak seenaknya menghabiskannya untuk sesuatu diluar budget.
Saya ingin memberi contoh ke anak-anak bahwa hanya mengambil jika memang diperlukan.

Dan uang Rp 100.000 tersebut digunakan untuk membeli perbekalan piknik kami. Di tengah perjalanan kami mampir ke Alfamart. Nah disini anak-anak hanya diperbolehkan membeli cemilan, minuman dan makanan yang memang mereka makan. Bukan sekedar ingin saja.

Kami masuk Alfamart, langsung menuju counter makanan dan tidak berjalan-jalan ke rak lain karena keperluan kami hanya membeli makanan. Anak-anak mulai melihat isi rak. Mereka saya ijinkan membeli 1 minuman/makanan yang sesuai pilihan mereka dan tentu saja harus dipastikan mereka menghabiskannya.

Alta dan Fayyas memilih membeli susu kotak kesukaan mereka. Sedangkan abang Daffa membeli biskuit kesukaannya oreo. Setelah itu memilih cemilan lainnya yang tidak boleh lebih dari Rp 50.000.

Saya melihat abang sudah mulai teliti terhadap harga, dia sudah mulai membandingkan lebel harga yang tertera dirak pajangan. Mulai memilah cemilan berdasarkan budget yang diberikan.

Selama di Alfamart, banyak hal yang bisa diajarkan kepada anak-anak hari ini; dari belajar memilah yang mana kebutuhan dan keinginan. Memilah makanan yang tidak perlu dibeli, yang memang semua doyan makannya, memilah berdasarkan harga, dan menghitung kecukupan belanja sesuai budget yang ditetapkan.

Anak-anak jadi belajar memahami bahwa berbelanja saja ada aturan mainnya, berbelanja pun harus berhati-hati dan tidak asal ambil barang tanpa melihat harga yang tertera terlebih dahulu.

Alhamdulillah karena selalu dibiasakan seperti itu sejak dulu, anak-anak hampir tidak pernah ribut ataupun tantrum jika berada di tempat seperti ini.

Makanan yang dibelipun semua habis tak bersisa. Merekapun senang dan tentu saja saya juga ikut senang. Jalan-jalan dengan budget minim memang selalu kami lakukan hampir sepekan sekali. Malah keseringan hanya bermodal uang parkir kami sudah bisa jalan-jalan seputar kota.

Mendidik anak cerdas financial memang butuh role model dari kita orangtuanya. Jika kita terlihat boros dan tanpa perhitungan, anak-anak juga akan cepat meniru dan menjadi pribadi konsumtif.
Cerdas dalam berbelanja juga harus diajarkan sejak dini, agar tidak ada barang yang tidak dibutuhkan malah terbeli hanya karena ada diskon, atau hanya karena iklan yang kerap dilihat di tv atau malah membeli hanya karena teman-temanya sudah pernah membelinya.

Kitalah orangtua yang menjadi panutan mereka. Maka kita wajib mencontohkan gaya hidup yang cerdas tanpa terlihat pelit dimata anak-anak.

Terus semangat. Terus memberikan aura positif terhadap anak-anak. 

Yuliana|11 Februari 2018

Sabtu, 10 Februari 2018

MENABUNG = MENAHAN DIRI

#Day10
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial


Sampai juga di hari ke 10 tantangan 10 hari Games Level 8 ini. Mendidik anak cerdas finansial.

Saya memang memfokuskan games level ini pada Alta yang baru beberapa hari yang lalu genap 5 tahun. Memperkenalkan konsep menabung ke dia memang sudah pernah digaungkan namun belum pernah disosialisasikan dengan tabungan beneran.

Alta cuma tahu jika menabung ya ke bank. Karena dia beberapa kali pernah diajak ke Bank. Saya pribadi pun sudah tidak pernah lagi menabung uang di rumah. Cuma biasanya saya memilah sendiri uang yang disimpan di dompet sesuai kebutuhan dan waktunya kapan akan dibutuhkan.

Di tantangan inipun saya tidak menyediakan atau membeli tabungan khusus. Hanya menggunakan toples/ wadah mangkuk bekas dan tranparan pula. Sehingga kami semua di rumah bisa melihat berapa uang yang telah disimpan.

Jadi setiap kali semangat alta mengendur, maka saya akan menunjuk uang yang ada di dalam toples transparan tersebut sebagai pemecut semangat.

Mengingat ini sudah di hari ke 10. Buat saya pribadi untuk percobaan pertama yaitu menabung untuk alta, bisa dibilang berhasil. Berhasil menahan keinginan lain, mulai paham bahwa memperoleh sesuatu itu tidak bisa instan. Ada proses yang harus dilalui yaitu bersabar,

Meski godaan dan rengekan ada beberapa kali terdengar. Godaan itu lebih sering dari luar. Entah dari sepupunya, abangnya, adiknya atau teman mainnya. Namun karena selalu diingatkan dia akan langsung mengalihkan sendiri keinginannya.

Siang inipun sama, Alta tergoda untuk jajan karena sepupunya yang sudah seminggu ini dititip disini selalu membawa jajanan atau uang sendiri untuk jajan. Membuat alta menjadi iri dan pengin jua bisa seperti sepupunya tersebut.

Buat saya lebih susah mengatur orang lain daripada Alta sendiri. Namun alhamdulillah hari ini pun godaan itu bisa berlalu tanpa ada tangisan.

Keinginannya yang kuat untuk beli sepeda ternyata mampu mengalahkan keinginan sesaatnya lainn. Yaitu jajan.

Dan karena dia tidak jajan, maka gantinya dia selalu banyak makannya. Sehari bisa 4 kali dia makan dan nambah. Alhamdulillah.

Meski saya berjanji akan membelikannya sepeda sebenarnya saya sendiri belum punya kepastian bahwa bulan depan bisa membelikannya. Saya hanya yakin bulan depan bisa mewujudkannya tentu saja Allahlah yang akan memberikannya (ada klien yang janji bayar bulan depan).


Yuliana |10 Februari 2018

Jumat, 09 Februari 2018

SATU KOIN SAJA

#Day9
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial

Tak terasa sudah hari ke 9. Hari ini Alta  mulai meminta uang yang dikumpulkannya untuk beli sepeda. Dia minta diambil 1 koin dulu. Ceritanya dia ingin pergi ke Waterboom.

Alta tidak tahu jika adiknya Fayyas diajak maen ke Waterboom oleh nenek mudanya. Katanya ada acara ulangtahun di sana.

Dia pikir adiknya sedang berada di dalam warung seperti biasanya. Namun setelah para nenek ngobrol di dapur, dia jadi mendengar jika adiknya diajak pergi sedangkan dia tertinggal di rumah sendirian. Kenapa Alta  tidak tahu karena dia sedang asyik maen di rumah sepupunya disebelah rumah kami.

Apalagi kemudian neneknya mengirimkan rekaman video, foto-foto dan videocall Fayyas sedang bermain air di Waterboom. Tambah senewen lah dia. Baper lah ceritanya. Mulailah dramanya. Dari membujuk saya agar mengambil uangnya sejumlah 1 koin aja untuk bisa pergi ke Waterboom.

Saya pun bilang, “Belum cukup jika 1 koin saja.”
Alta pun ngotot.“Ya sudah 2 koin, sekarang cukup kan!”.

“Masih belum cukup,  kalo mau ke Waterboom itu kita harus mengumpulkan koin yang lebih banyak lagi.”

“Tiga deh!”,  Alta masih memaksa.

“Belum sayang.”
Saya pun menundukkan tubuh saya dan menatap matanya.

“Ke Waterboom itu harus punya uang berwarna merah.”
Kemudian saya pun seloyor meninggalkan dia yang masih handukan karena habis bermain hujan.

Pembicaraan berhenti.

Namun kemudian dia datang lagi bersama sepupunya. Sepupunya ingin jajan ke warung. Dia pun merengek meminta uang jajan.

Nah kali ini saya ingatkan lagi. “Tadi mau ke Waterboom. Kemaren pengen sepeda. Dan sekarang kok pengen jajan? Mana yang mau dilaksanakan? Kalo mau semuanya, lama baru terkumpul beli sepeda kesukaan Alta?”

Alta pun menangis. Saya hanya membiarkan saja. Karena sebelumnya kita sudah sepakat mengenai mini budget ini.

Alhamdulilah akhirnya tangisnya pun reda setelah ditawarin makan kue sisa dari warung-warung tadi.

Dia setuju dan langsung minta 2. Karena semua sudah diberitahu mengenai rencana tabungan dan uang jajan Alta disimpan untuk membeli sepeda saja. Semua pun ikut bekerjasama.

Memberi pengertian ke anak mengenai goal mereka memang butuh komitmen. Memang keseringan nga tega seh. Namun harus tegas. Agar anak-anak tahu kapan keinginan dan kebutuhan bisa terpenuhi.

Selalu belajar konsisten dalam menjalankan tantangan mendidik kecerdasan finansial sejak dini ke anak-anak . Agar anak-anak terus punya kesadaran akan pentingnya manajemen keuangan dan manajemen diri.

Yuliana|9 Februari 2018

Rabu, 07 Februari 2018

AKU MAU SEPEDA

#Day8
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial


Alhamdulillah hari ini sudah hari ke 8. Dan  sudah 8 hari Alta konsisten tidak jajan dan menabungkan uang yang dia peroleh baik dari saya, dari nenek atau datunya.

Tanpa sering diingatkan, Alta sudah paham bahwa untuk mencapai tujuannya yaitu sepeda, cara yang bisa dia lakukan adalah menabung dan berhemat.

Apalagi sewaktu saya memperlihatkan foto dia pernah menaiki sepeda sepupunya. Tambah semangat Altanya berhemat dan tidak lagi jajan di warung  nenek mudanya.

Saya memang tidak memberitahu Alta berapa jumlah yang harus ditabungnya agar terkumpul cukup untuk beli sepeda. Namun semangat berhematnya membuat saya senang sekali.

Saya tahu bahwa apa yang diinginkannya harus dikabulkan suatu hari nanti. Tapi saya terus meminta dia untuk terus berdoa kepada Allah agar uangnya cepat cukup membeli sepeda sesuai keinginannya.

Meminta anak yang baru beberapa hari yang lalu berusia 5 tahun memang butuh kerjasama semua pihak. Apalagi tantangannya ada didalam rumah seperti godaan warung yang ada didepan rumah dengan nenek mudanya yang jualan, sepupu-sepupunya serta abangnya sendiri jajan didepan matanya. Membuat dia bisa berhemat dan menahan keinginan jajan adalah prestasi luar biasa buatnya.

Semoga Allah segera mengabulkan keinginannya di waktu yang terbaik menurutNYA. Amin.

Yuliana | 8 Februari 2018

BANK SYARIAH ITU APA SIH?

#Day7
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial



Tadi malam sebelum tidur, setelah membacakan cerita/kisah. Biasanya kami pun ngobrol. Diawali dengan bercerita mengenai pekerjaan saya. Dan sampai ke hal komisi yang baru saya terima dari pusat karena bulan kemaren berhasil menjual satu even kursus online.

Kemudian saya cerita, tadi siang saya ditranfer cepat karena rekening bank yang saya punya memang yang diprioritaskan akan memperoleh kiriman komisi terlebih dahulu.
Namun untuk berikutnya pusat mengharuskan semua resellernya menggunakan satu bank konvensional yang paling terkenal yaitu sebuah bank swasta yang terkenal.

Nah, dari sinilah abang mulai tertarik dan bertanya. Seperti kenapa harus itu?,  itu kepanjangannya apa? Dan dia pun bertanya kenapa saya sedikit keberatan mengenai pertanyaan yang saya ajukan sendiri yaitu “Kenapa bukan bank syariah saja. Kan jadi terhindar dari Riba?”.
Abang Daffa pun makin tertarik dan menghentikan kegiatannya hanya untuk menunggu saya menjelaskan keberataan saya, bank syariah  dan bank konvensional tadi.

Pertanyaan mengalir  terus seperti bank syariah itu apa? Apa beda bank tadi yang dibicarakan dengan bank syariah, bank syariah itu apa saja, bank konvensional apa saja. Dan kenapa saya lebih condong ke bank syariah?

Akhirnya saya pun mulai memperkenalkan bank-bank yang ada di Indonesia, bank apa saja yang berbasis syariah dan bank konvensional, hukum-hukumnya antara kedua jenis bank tersebut, dan keuntungan mengunakan syariah.

Pertanyaan abang pun ditutup dengan,
“Ami, banknya apa?”.

Saya dengan tersipu menjawab,
“Ami masih menggunakan bank konvensional bang. Mudahan secepatnya bisa berpindah.”

“Yahhhh…, ami. Kiraain ami udah bank syariah.” Dengan sedikit guyon dia meledek saya.

Meski hari ini saya skakmatt  sama abang Daffa. Namun saya juga menang. Menang memancing rasa penasaran dia yang sudah lama tidak tertarik dengan topik apapun selain gamesnya.

Pengenalan mengenai bank ini juga bagian dari cerdas financial. Agar dia paham dan mengerti apa kegunaanya sebuah bank baik untuk pribadi, usaha dan negara. Tentu tidak lepas juga harus tetap menanamkan bagaimana menyimpan uang secara syariat sesuai perintah Allah agar selamat dunia dan akhirat.

Yuliana | 7 Februari 2018



Senin, 05 Februari 2018

MENGENDALIKAN KEINGINAN

#Day6
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial


Tak terasa sudah hari ke 6. Tabungan anak-anak memang belum banyak. Namun bukan jumlah yang kami ingin capai. Konsep bahwa segala keinginan harus berbarengan dengan usaha. Itu yang utama.

Keinginan yang tidak terkendali akan menjadi bumerang buat diri sendiri.

Hampir setiap hari anak-anak menyebutkan apa yang mereka ingin miliki. Dan setiap kali saya bertanya mengenai apa yang kamu inginkan 3 hari kedepan, 7 hari kedepan?. Maka jawabannya pastilah berubah-ubah dan bertambah. Dan jawabannya pun selalu bersifat materi alias benda bukan sesuatu yang bisa secara psikis bikin bahagia.

Dari mulai pengen sepeda karena semua anak tetangga punya sepeda. Pengen punya sandal karena sepupu sudah punya sandal dengan motif yang dia sukai, pengen asesoris macam-macam.
Belum lagi abang Daffa, dia juga punya daftar keinginan seperti pengen punya hape karena bentar lagi baliqh, pengen beli PC buat maen games katanya..waleh-weleh games meluluL.
Namun semua yang mereka sebutkan hanyalah daftar keinginan bukan kebutuhan. Beda seperti kemaren. Abang pengen beli Al Qur’an karena bentar lagi mau naik ngajinya ke Qur’an. Kalo keinginan seperti ini pasti saya usahakan tentu saja dengan izin Allah.

Semoga usaha kami bisa dipahami oleh anak-anak.

Yuliana|6 Februari 2018

Minggu, 04 Februari 2018

ANGPAOKU

#Day5
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial

Tiga hari ini abang Daffa mulai terbiasa membuat catatan keuangan mininya. Dia mulai menikmati alurnya.

Seperti pagi ini, di rumah kedatangan nenek gulu dari Barabai. Dan biasanya setiap beliau datang maka seluruh cucu akan mendapatkan angpao termasuk yang tua-tua jua seh.. (hehe).

Nah, karena sudah seperti itu, maka saya pun mempersiapkan wacana apa yang akan mereka lakukan dengan uang yang diterima. Setelah berterimakasih. Anak-anak laporan ke saya mengenai angpao yang mereka terima berikut jumlahnya.

Alta dan Fayyas memperoleh angpao masing-masing Rp 5000 . Sedangkan abang Daffa Rp 10.000. Untuk abang Daffa saya tidak ikut campur tangan akan pengelolaan uangnya tersebut. Saya hanya mengingatkan dia harus membuat laporan keuangannya untuk hari ini.

Untuk Alta dan Fayyas, mereka langsung saja menuju warung nenek mudanya. Langsung menunjuk biskuit kegemaran mereka. Untuk Fayyas dalam seharian ini dia sudah menghabiskan Rp 4000. Fayyas memang tidak tahu mengenai jumlah. Asal aja. Cukup alhamdulillah kalo nga cukup ya, ambil dulu.. itu mungkin pikirnya (biasanya dia langsung ngacir setelah mengambil biskuit kemudian akan menghampiri saya minta dibukakan. Sehingga saya tahu dia jajan apa dan langsung membayarnya). Harus usaha ekstra membuat Fayyas paham kalau jajan harus pakai uang).

Sedangkan untuk Alta, dari uang Rp 5000. Dia hanya membelanjakan Rp 2500 kembaliannya ditabung karena diingatkan mengenai tujuan mini budgetnya mau beli sandal.

Sebenarnya memperoleh uang secara cuma-cuma  memang tidak bagus untuk anak-anak. Terkesan manja tanpa usaha. Namun karena neneknya ini datangnya pun jarang bisa setahun cuma 2 kali jadi saya pun membiarkan namun tetap dengan memberikan pemahaman bahwa harus ada usaha untuk setiap uang yang mereka terima.

Latihan ini butuh komitmen dan konsisten semua orang. Tanpa kerjasama maka tidak akan ada goal yang tercapai.

Yuliana|5 Februari 2018

BE FAMILY BUSINESS OWNER

#Day4
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial

Pengenalan uang memang tidak bisa lepas dari lingkungan. Uang adalah bagian dari rezeki namun bukan yang utama. Karena makna rezeki itu sangat luas .

Sebenarnya saya tidak berniat mengenalkan uang kepada anak-anak sejak dini. Abang Daffa saja di usia 9 tahun baru paham dan megang uang sendiri. Itu karena di sekolahnya (dulu) adalah fullday school, yang tidak membolehkan para siswa membawa uang saku kecuali untuk infaq saja. Semua konsumsi sudah disediakan oleh sekolah. Dan di rumah pun semua kebutuhannya sudah tersedia tanpa dia harus jajan ke luar rumah. Mengenal dan belanja ke warung saja dimulai diusia 10 tahun itupun di kota yang dia baru tinggali.

Namun berbeda dengan adik-adiknya. Sekarang kami tinggal di perkampungan. Disini anak-anak bawa sendiri uangnya untuk jajan sudah biasa. Beda sewaktu kami tinggal di perumahan.

Sejak kami pindah kemari. Saya tidak bisa lagi mengendalikan semua orang.  Kami tinggal berkumpul dikeluarga besar. Dan semua anggota keluarga yang tinggal disini berprofesi pedagang. Dan tentu saja setiap hari ada uang bersileweran di rumah. Dari neneknya dan datu yang membikin kue terus dititipkan ke warung-warung lainnya, nenek mudanya berjualan di depan rumah sehingga anak-anak tidak bisa dicegah jika mau jajan. Tante-tantenya ada jual kue online, jual es cincau, dan saya sendiri baru 2 bulan ini aktif kembali berjualan online.

Ya bisa disebut inilah profesi keluarga besar kami. Pedagang.

Saya pernah mengajak anak-anak membikin usaha kecil-kecilan dan mereka bantu menjualnya. Kami bikin es krim, es mambo dan puding. Hasilnya sangat lumayan. Kenapa sekarang kami berhenti. Bukan karena tidak laku tapi abang Daffa mulai minder sebab usaha kami ditiru oleh tetangga. Dia merasa sakit hati kenapa temannya yang menjadi langganannya malah mama mereka jualan juga produk yang sama.

Berdagang butuh mental tahan malu, tahan banting dan tahan akan cemoohan orang. Namun nanti kata abang Daffa jika kami sudah punya rumah sendiri, dia mau kembali membantu berjualan keliling. Karena abang daffa sebenarnya senang berjualan.

Mengenal dan menghargai uang sebagai salah satu rezeki dari Allah memang harus dimulai sejak dini. Menanamkan pemahaman bahwa setiap uang yang mereka belanjakan harus diperoleh dengan usaha.  Dan meyakini bahwa rezeki datangnya hanya dari Allah.

Memang tidak bisa instan. Namun seiring waktu. Anak-anak akan terus melihat dari orangtuanya bagaimana orangtuanya memperlakukan uang, membangun usaha serta berikhtiar dengan sungguh-sungguh.

Melibatkan mereka dalam usaha  atau pekerjaan kita adalah bagian dari proses belajar cerdas financial yang akan dibawa mereka diusia dewasa nanti.

Terus semangat. Terus menularkan kebaikan dan yakin Allah telah menyiapkan rezeki kita yang paling baik setiap waktu.

Yuliana|4 Februari 2018




Jumat, 02 Februari 2018

RECEH-RECEH JADI BUKIT

#Day3
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial


Tak terasa hari ke 3 tantangan level 8. Anak-anak memang masih mengumpulkan receh mereka demi keinginan yang mereka sebutkan kemaren.

Tantangan kali ini memang butuh a home team agar terwujud. Menanamkan kesadaran akan arti berhemat itu yang utama. Sedang nominal yang dikumpulkan mereka adalah bonus jika mereka sampai pada jumlah yang mereka mau.

Memang saya tidak membelikan tabungan khusus untuk mereka ataupun membuatnya. Saya ingin anak-anak sadar tujuan tersebut adalah suatu kebutuhan buat mereka kelak.

Untuk abang, dia sudah bisa berhemat. Namun keseringan tujuan dia berhemat agar uangnya bisa dia pakai pergi maen games di warnet atau sekedar membeli kartu paket sekali buang.

Namun karena mini budget sudah dicanangkan maka semua harus mematuhinya. Dan sayapun harus terus berusaha menyemangati mereka berdua agar selalu fokus pada tujuan.

Alta belum sepenuhnya paham akan jumlah uang dan nominalnya. Yang dia tahu hanya kertas berwarna ini bisa dibelanjakan. Biasanya untuk membeli biskuit di warung nenek mudanya.

Begitu pula Fayyas yang bentar lagi genap berusia 2 tahun. Dia juga sudah paham jika kertas berwarna tersebut bisa dibawa ke warung dan bisa beli biskuit kegemarannya.Namun fayyas masih sering mengambil duluan tanpa bawa uang. Dan inilah yang harus terus disounding.

Kenapa anak-anak sudah mengenal uang dan tahu bahwa uang itu bisa untuk jajan atau dibelanjakan. Itu karena kami adalah keluarga pedagang. Uang selalu bersileweran dihadapan anak-anak. Uang hasil jualan dengan mudahnya ditemukan ada dibalik toples dan nampan  yang dikembalikan dari warung-warung konsinasi langganan nenek.

Semua harus bekerjasama demi tujuan yang diinginkan.

Yuliana|3 Februari 2018

CERDAS FINANSIAL- ALLAH PENJAMIN REZEKI

#Day2
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinancial


Memberikan pemahaman kepada anak berusia 5 tahun harus saat pikirannya siap menerima penyampaian kita. Dan saya selalu memanfaatkan momen berkisah atau membaca cerita sebelum tidur. Anak-anak terutama Alta dan Fayyas memang memiliki jadwal tidur rutin yaitu setelah sholat maghrib sudah bersiap untuk tidur.
Dan setiap mau tidur Alta selalu menagih dibacakan cerita. Cerita bisa apa saja.

Beberapa hari ini ada buku yang saya sedang promokan. Dan buku inilah yang saya bacakan untuk anak-anak setiap malam. Di dalamnya terdapat lebih dari 363 kisah  penuh hikmah tentang para shahabiyah. Mereka benar-benar suka (hehe..ngiklan dikit…).

Sebenarnya buku ini memang bukan bacaan anak-anak karena bahasa yang terdapat didalamnya bahasa formal. Namun disinilah tantangannya. Saya harus menceritakan kembali dengan bahasa yang mereka mengerti.

Nah di tantangan level melatih kecerdasan finansial sejak dini ini, orangtua harus terus menanamkan konsep bahwa rezeki itu datangnya dari Allah Sang Pemilik Segalanya. Bukan dari orangtua atau siapapun.

Anak-anak harus diberi pengertian bahwa bersyukur akan semua yang dimiliki adalah bagian dari ibadah.

Seperti cerita yang kebetulan kami baca malam ini berjudul Allah Penjamin Rezeki setiap yang melata di muka bumi. Itu artinya kita tidak boleh takut bahwa Allah tidak memberi rezeki pada kita karena Allah sudah mempersiapkan rezeki manusia sejak dia ditiupkan ruh didalam rahim ibunya. Dan manusia diminta terus berusaha, berikhtiar, berdoa dan bersyukur.

Kemudian saya pun melanjutkan pembicaraan dengan Alta mengenai rezeki lainnya seperti rezeki kesehatan, rezeki masih diberi kelengkapan keluarga, rezeki kelengkapan anggota tubuh, dan keselamatan sampai saat ini.
Tentu saja dengan contoh dan dialog interaktif. Dan Alta pun menjawab setiap pertanyaan dengan antusias.

Pertanyaan dan diskusi malam ini diakhiri dengan kesepakatan untuk menghemat uang dengan cara ditabung untuk memenuhi keinginan mereka.
Seperti abang yang ingin membeli Al Quran sendiri seperti punyanya yang ketinggalan di Depok. Dan Alta juga pengen beli sepeda.

Meski diawali dengan recehan. Semoga konsistensi mereka berbuah manis.


Yuliana|2 Februari 2018

Kamis, 01 Februari 2018

5 TAHUN ALTAMISELA

#Day1
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#Rezekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinansial


Subuh ini tak biasanya alta belum bangun. Hampir setiap hari dia bangun lebih dulu dari saya bersama adiknya fayyas dan langsung pergi ke dapur nenek dan datu untuk meminta kue yang masih panas karna memang kue-kue jualan nenek dan datu dibikinnya mulai jam 3 subuh.


Saya bangunkan dan ciumi tengkuknya. Altapun kegelian dan minta saya berhenti melakukannya. Gadis kecil ini genap berusia 5 tahun hari ini. Usia yang buat kami orangtuanya adalah berkah luar biasa. 

Jika harus mengingat kembali apa yang terjadi 5 tahun yang lalu atau malah jauh sebelumnya karena peristiwa-peristiwa itu saling berkaitan. Maka alta adalah rezeki yang memang ditungGu-tunggu setelah 2 janin dan 1 kakaknya meninggal. 


Dan setelah membaca materi tantangan level 8 ini mengenai rezeki bukan hanya seputar uang, gaji dan pendapatan materi lainnya. Semua hal adalah bagian dari rezeki yang sudah diatur kadar dan waktunya oleh Sang Pemilik Semesta. 


Dan bersyukur adalah bagian dari pembelajaran yang harus ditanamkan sedari dini di dalam pikiran anak-anak agar selalu merasa rendah hati terhadap apa saja yang mereka miliki ataupun tidak.


Dan tentu saja Ridho akan semua takdir Ilahi adalah yang utama. Sehingga jika penghidupan tak sejalan seperti keinginan kita maka keimanan dan kewarasan akan terus terpelihara sampai ajal menjemput.



Kembali ke hari kelahiran alta, tak ada perayaan, tak ada kejutan lagu ulangtahun, tak ada kue sebagai pemanis hari, apalagi lilin angka sebagai reminder lamanyadia diberi kehidupan oleh Sang Pencipta. Saya berdoa dan berterimakasih di telinganya bersyukur akan rezeki umur yang diberikan Allah pada alta. 

Dan memberikan doa terbaik buatnya. Alta pun tersenyum. 


Memang beberapa hari yang lalu sempat saya ingatkan jika tanggal 1 Februari ini dia akan berusia 5 tahun. Namun bukan kue atau pernik ulangtahun lainnya yang disebutkan. Gadis saya ini hanya bertanya jika usianya kini 5 tahun jadi dia lebih besar ya dari Akhdan sepupunya yang duduk di TK besar. Saya pun menjawab beda sedikit. Alta tersenyum dan bangun serta langsung mandi.


Menjawab tantangan games kali ini, ada 2 tugas yang harus saya tuntaskan bersama anak. Untuk alta karena usianya dibawah 7 tahun maka menabung adalah hal yang terbaik sebagai awal pembiasaan untuk memenuhi keinginan ataupun kebutuhannya. Serta memberikan pemahaman akan perbedaan antara keinginan dan kebutuhan serta rasa syukur kepada Allah.


Kemaren malam, saya sempat bertanya, “apa yang dia inginkan?”. Alta menjawab, “aku ingin sandal.” Padahal dia dan saya tahu jika ada 2 sandal yang masih layak pakai untuknya. Artinya ini adalah hanya keinginan dan ternyata dia ingin punya sandal seperti sepupunya saja. 

Saya pun tidak mengabulkan juga tidak menolak, namun mengajaknya agar menyisihkan uang jajan yang sering dimintanya untuk jajan di warung nenek mudanya untuk ditabung. Alta pun setuju.


Dan untuk abang Daffa, karena usianya hampir 13 tahun jadi sebagai pembelajaran mengenai mini budget. Dia akan membuat laporan keuangan sederhana dari uang jajan dan upah kerja membantu saya sebagai editor foto produk. 


Beberapa bulan yang lalu abang Daffa saya tawarin untuk menjadi admin dalam usaha yang baru 2 bulan ini saya tekuni. Berjualan online dan menjadi reseller buku anak dan beberapa produk lainnya. 

Dengan kesepakatan setiap dia bantu posting dan akhirnya ada yang beli maka dia berhak dari setiap produk tersebut Rp 5000 dan juga jika dia selesai mengetik ulang artikel pendek sebgai bahan sharing saya di sosmed dia berhak 5000 per artikelnya. 

Namun rupanya dia belum konsisten karena keinginan maen games masih mendominasi kesehariannya.


Memang abang Daffa hanya diberi uang saku Rp 5000 tiap kali dia masuk TPQ per 4 kali dalam sepekan. Namun ternyata dia mampu mengatur uangnya sejauh yang saya tahu karena dia mampu merem keinginan jajannya demi agar bisa maen di warnet.



Ini baru hari pertama. Masih ada hari-hari berikutnya dan saya yakin kami mampu menyelesaikan tantangan kali ini dengan lebih terorganisir lagi.



Yuliana | 1 Februari 2018