Selasa, 23 Januari 2018

ALIRAN RASA GAMES LEVEL#7

Aliran Rasa games level#7

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film inspiratif tentang guru, anak dan pendidikan. Film jepang. Saya tidak bisa baca judulnya (karena tulisan jepang)..hehe.

Di film tersebut, saya terkesima dengan seorang tokoh guru bimbel tempat seorang gadis SMA yang di sekolahnya selalu memperoleh peringkat terakhir dan selalu bermasalah karena kerap orangtuanya dipanggil ke sekolah.
Sampai pada suatu hari ibunya memberikan sebuah pilihan untuk mendaftar kuliah. Dan untuk bisa masuk kuliah maka harus ikut bimbel dulu. Dan disinilah cerita serunya.

Di bimbel ini ada seorang guru yang begitu ‘berbeda’ dalam menghadapi anak didiknya. Sang guru melihat anak-anak sebagai pribadi berbeda dengan keunikan mereka masing-masing meskipun si anak kerap dianggap bermasalah.
Sang guru tersebut pun tidak pernah mengkritik anak-anak didiknya baik dalam berpakaian ataupun berpenampilan namun dia selalu mempunyai cara jitu agar siswanya dengan sukarela tersadar akan kekeliruan mereka sendiri.
Dalam belajar pun sang guru selalu memiliki cara unik agar terkesan tidak menyalahkan atau menilai jelek akan hasil dari setiap tes yang dia berikan. Selalu memberikan kata positif, motivasi, penghargaan di setiap obrolan mengenai nilai akademik mereka.

Sampai diancampun sang guru bimbel oleh pihak sekolah tetap meyakinkan jika anak didiknya yaitu si gadis bernama kudo sayata akan bisa lulus masuk sebuah kampus terkenal di Tokyo. Dan akhirnya berhasil. Hal ini mampu mematahkan ketidakpercayaan banyak orang tentang kemampuannya.

Tak ada yang tak mungkin. Dengan cara-cara uniknya dia memberikan motivasi dan bimbingan secara personal terhadap anak didiknya. Karena setiap anak beda penanganannya.

Dari film ini, saya melihat semua anak adalah bintang. Cara kita memperlakukan keunikan mereka lah yang akan menghantarkan mereka mampu meninggikan gunung.

Sebagai orangtua kita harus memberikan ruang untuk anak mengekspresikan perasaanya tanpa diatur terlalu detail, memberikan cinta tak bersyarat, dan memberikan hal positif.

Anak-anak tidak bisa disamakan. Mereka memiliki keunikan sendiri. Mereka akan unggul jika kita memberikan wadah untuk mereka berkarya sesuai minat mereka.

Bintang letakknya di langit. Dan agar bintang ada di atas kita harus menyediakan langitnya. Yaitu memfasilitasi, memberikan motivasi, dan terus menyemangati langkah-langkah mereka.

Jangan berusaha mengubah keunikan mereka dengan keegoisan kita sebagai orangtua. Kecuali kita meminta kepada Sang Pencipta untuk mengubahnya.
Jadikan anak kita menjadi terbaik dari dirinya bukan dengan membandingkan mereka dengan orang lain atau hal lainnya.

Yuliana |23 Januari 2018

Sabtu, 20 Januari 2018

AKU INGIN TEMENAN LAGI

#Day17
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga


Bermain bersama di depan rumah dengan anak tetangga dan sepupu memang menjadi jadwal rutin tidak tertulis buat alta disore hari.

Seperti sore ini alta, fayyas dan 3 sepupu dan 1 anak tetangga bermain di depan rumah sepupu. Saya mendengar sekilas saja. Mereka sedang bermain petak umpet. Kemudian alta menangis dengan nyaringnya dan kembali pulang.

Sambil menangis alta menceritakan kenapa dia menangis dan dia pun meminta saya untuk datang dan menemani dia untuk mengatakan sesuatu ke kaka sepupunya yang berusia 10 tahun. Memang yang maen di depan rumah semua usianya rata-rata 4 tahunan. Hanya satu orang yang berusia 10 tahun.

Untuk meredakan tangisan alta, saya pun mengajak alta untuk mandi sore. Altapun mau. Masih sambil menangis dia pun masih coba membujuk saya untuk ikut bersamanya ke rumah sepupunya. Menjelaskan atau apalah menurut versi dia.

Saya coba mencari tahu apa yang terjadi versi alta.

Alta pun bercerita;

‘Aku tadi menutup mataku dengan lenganku di pagar tambak (sambil memperagakan posisinya). Terus aku ngintip dikit. Eza-nya marahi aku dan nga mau maen sama aku lagi.’ Tangis pun semakin kenceng.

‘Ok. Terus?’ . Saya coba memahami alur ceritanya

‘Aku kan nga tahu kalo tidak boleh’.

‘Baik. Alta kan belum tahu kalo maen petak umpet itu siapa yang jaga nga boleh ngintip.’
‘Alta salah disana’.
Tapi, eza juga salah. Karena dia harusnya memberitahu aturan maennya.’

‘Iya , aku kan masih ingin maen sama yang lain. Tapi karena tadi yang lain jadi nga mau maen sama aku lagi. Aku jadi marah-marah.’

‘Aku nga mau dimusuhi’.

‘Baik, alta kan bisa bilang sendiri ke eza atau teman lainnya’.

‘Nga mau, semuanya sekarang ada di rumah eza.’
‘Temani aku!’.

‘Hayo..!!’.

Alta terus memaksa saya sampai semua orang jadi tahu kalo alta sedang ingin ditemani oleh saya untuk menyamperi eza,

‘Terus nanti dirumah eza ngapain, aminya?’. Saya coba mengulik apa yang dia mau.

‘Bilangkan aku minta maaf.’
(jleb.. saya salah tafsir… ternyata bukan minta dibelain karena tadi dia diomelin oleh kakak sepupunya tapi malah pengen ditemani minta maaf dan minta agar sepupunya mau temanan lagi sama dia).

Wah ami, kalah hari ini.  Hatimu benar-benar polos ya nak. (dalam hati memuji anak ini).

Akhirnya saya pun menemaninya ke rumah eza sepupunya. Di rumah sudah ada semua sepupu dan temannya. Juga tante dan nenek eza pula. Mereka juga sudah memberitahu kalo apa yang dilakukan eza juga salah karena tidak memberitahu aturan permainan.

Akhirnya alta dengan sangat santun, mengulurkan tangan kepada semua sepupunya dan temannya satu persatu. Dan akhirnya merekapun bermain kembali di depan rumah.

‘Kamu hebat nak, sudah mau minta maaf karena punya kesalahan karena tadi marah-marah.’

Dan senyum alta pun mulai merekah kembali.

Kemampuan interpesonal pada alta memang sangat pesat. Dia mampu bekerjasama dengan baik, mau berteman dengan siapa saja tanpa memilih, memahami situasi dan ingin selalu punya hubungan baik dengan orang lain. Tak malu meminta maaf dan mengakui kesalahan.

Semoga selalu menjadi kebiasaan baik.

Yuliana |21 Januari 2018

AKU INGIN TEMENAN LAGI

#Day17
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga


Bermain bersama di depan rumah dengan anak tetangga dan sepupu memang menjadi jadwal rutin tidak tertulis buat alta disore hari.

Seperti sore ini alta, fayyas dan 3 sepupu dan 1 anak tetangga bermain di depan rumah sepupu. Saya mendengar sekilas saja. Mereka sedang bermain petak umpet. Kemudian alta menangis dengan nyaringnya dan kembali pulang.

Sambil menangis alta menceritakan kenapa dia menangis dan dia pun meminta saya untuk datang dan menemani dia untuk mengatakan sesuatu ke kaka sepupunya yang berusia 10 tahun. Memang yang maen di depan rumah semua usianya rata-rata 4 tahunan. Hanya satu orang yang berusia 10 tahun.

Untuk meredakan tangisan alta, saya pun mengajak alta untuk mandi sore. Altapun mau. Masih sambil menangis dia pun masih coba membujuk saya untuk ikut bersamanya ke rumah sepupunya. Menjelaskan atau apalah menurut versi dia.

Saya coba mencari tahu apa yang terjadi versi alta.

Alta pun bercerita;

‘Aku tadi menutup mataku dengan lenganku di pagar tambak (sambil memperagakan posisinya). Terus aku ngintip dikit. Eza-nya marahi aku dan nga mau maen sama aku lagi.’ Tangis pun semakin kenceng.

‘Ok. Terus?’ . Saya coba memahami alur ceritanya

‘Aku kan nga tahu kalo tidak boleh’.

‘Baik. Alta kan belum tahu kalo maen petak umpet itu siapa yang jaga nga boleh ngintip.’
‘Alta salah disana’.
Tapi, eza juga salah. Karena dia harusnya memberitahu aturan maennya.’

‘Iya , aku kan masih ingin maen sama yang lain. Tapi karena tadi yang lain jadi nga mau maen sama aku lagi. Aku jadi marah-marah.’

‘Aku nga mau dimusuhi’.

‘Baik, alta kan bisa bilang sendiri ke eza atau teman lainnya’.

‘Nga mau, semuanya sekarang ada di rumah eza.’
‘Temani aku!’.

‘Hayo..!!’.

Alta terus memaksa saya sampai semua orang jadi tahu kalo alta sedang ingin ditemani oleh saya untuk menyamperi eza,

‘Terus nanti dirumah eza ngapain, aminya?’. Saya coba mengulik apa yang dia mau.

‘Bilangkan aku minta maaf.’
(jleb.. saya salah tafsir… ternyata bukan minta dibelain karena tadi dia diomelin oleh kakak sepupunya tapi malah pengen ditemani minta maaf dan minta agar sepupunya mau temanan lagi sama dia).

Wah ami, kalah hari ini.  Hatimu benar-benar polos ya nak. (dalam hati memuji anak ini).

Akhirnya saya pun menemaninya ke rumah eza sepupunya. Di rumah sudah ada semua sepupu dan temannya. Juga tante dan nenek eza pula. Mereka juga sudah memberitahu kalo apa yang dilakukan eza juga salah karena tidak memberitahu aturan permainan.

Akhirnya alta dengan sangat santun, mengulurkan tangan kepada semua sepupunya dan temannya satu persatu. Dan akhirnya merekapun bermain kembali di depan rumah.

‘Kamu hebat nak, sudah mau minta maaf karena punya kesalahan karena tadi marah-marah.’

Dan senyum alta pun mulai merekah kembali.

Kemampuan interpesonal pada alta memang sangat pesat. Dia mampu bekerjasama dengan baik, mau berteman dengan siapa saja tanpa memilih, memahami situasi dan ingin selalu punya hubungan baik dengan orang lain. Tak malu meminta maaf dan mengakui kesalahan.

Semoga selalu menjadi kebiasaan baik.

Yuliana |21 Januari 2018

Jumat, 19 Januari 2018

DAFFA'S NEW GAMES

#Day16
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga


Ada games baru yang diminati abang Daffa. Games ini tidak bergenre fighting tapi lebih ke strategi. Setelah saya amati ternyata games ini seperti pemain sebagai city planner, walikota pengatur tata letak kota.

Jadi gamesnya ini meminta gamer nya membuat sebuah kota ideal. Yang harus memperhatikan kondisi jalan, lapangan, penduduknya, wilayahnya, juga kebermanfaatan sebuah bangunan dibangun disebuah tempat.

Permainan jenis seperti ini memang sangat digandrungi abang Daffa. Dulu sejak kelas 1 SD dia suka lupa waktu jika maen games ceaser. Games ini juga membangun sebuah kota namun landscapenya zaman old, zaman romawi jadul lah.

Awal suka dengan games ini sejak dia dipinjamkan iphone oleh dokter FKG yang memang beberapa bulan ini menjadikan Daffa sebagai pasiennya. Pasien ortodontik (pasang behel). Nah dari tiap kali jadwal kontrol ke rumah sakit itulah dia dipinjemin iphonenya untuk mengusir kejenuhan karena kelamaan menunggu di ruang tunggu rumah sakit karena antre dengan pasien mahasiswa FKG lainnya.

Nah, abang pun mulai dari sana senang bermain games ini. Dan dari kemaren, dia membujuk saya agar diberi izin menggunakan hape saya dengan kouta yang akan dibelinya.

Namun akhirnya saya mengizinkan dia mengunduh dengan menggunakan kouta saya. Dia pun senang sekali dan mulai dari sore sampai pagi hari ini terus mengunduh sampai 4 video di youtube bagaimana cara bermain games tersebut agar lebih mahir.

Awalnya karena jaringan sedang tidak bekerjasama. Beberapa kali unduhan tidak bisa diputar dan terunduh. Sampai diulang berkali2. Dan sampai kouta saya pun ludes 1GB…..
Sedang dia saya liat, kadang merasa kecewa saat videonya yang sudah diunduh dan dipindah ke laptop tidak bisa diputar. Atau dia pun sempat marah dan ngedumel saat video unduhannya tidak bisa disimpan di kartu SD karena lupa setting dari awal. Sedang kalo impan di memori hape sudah tidak bisa lagi karena colokannya rusak.

Namun akhirnya diapun mulai menguasai emosinya sendiri. Dan akhirnya larut dalam video gamesnya tersebut.

Dan tentu saja karena hal ini, abang Daffa sampai lupa mandi pagi dan makan siangpun telat.

Itulah jika ada yang dikerjakan adalah hobby dan kesenangan. Apapun bisa lupa.

Semoga apa yang dia minati ini bisa memberikan manfaat buatnya dikemudian hari.

Yuliana|20 Januari 2018

Kamis, 18 Januari 2018

MENUANG AIR

#Day15
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga


Dapur dan air adalah 2 hal yang terus menerus yang selalu disukai Fayyas. Kalo tidak berada didekat air seperti tempat cuci baju dan cuci piring, kamar mandi yang pasti fayyas ada di dapur.

2 tempat ini adalah tempat favorit fayyas. Karena begitu banyak hal yang dia bisa eksplore di area ini.

Maen air juga adalah hal favorit dia. Dan seperti dari di games-games sebelumnya saya pernah bercerita mengenai kesukaan fayyas dalam menuang air. Dia akan menuang air dimanapun dia melihat ada persediaan air. Terutama di ciret dan tempat air minum. Karena tempat meletakkan air minum di rumah kami  adalah dilantai saja. Jadi sangat mudah bagi fayyas untuk bermain menuang air. Saking seringnya di dapur persediaan air minum habis gegara fayyas yang tak pernah absen untuk menuang air minum.
Fayyas juga akan menuang air minumnya sendiri jika dia haus.

Memang sudah beberapa kali saya dan neneknya menaroh ciret dan tempat persediaan air di atas cuma lebih sering lupanya dan fayyas tidak pernah lupa akan hal tersebut. Jika dia melihat ciret dan wadah air ada dibawah maka dia akan menuang air.

Tentu saja lantai dapur akan basah karena tumpahan air tersebut. pelarangan tidak akan membuat fayyas mengerti bahwa apa yang dilakukannya akan membuat kerugian buat semua orang di rumah karena air minum tidak ada.

Hal yang bisa kami lakukan bersama yaitu saling mengingatkan bahwa air minum harus selalu ditaroh diatas. Agar kejadian tidak punya air minum tidak akan terulang terus.

Apakah yang kami lakukan ini sama dengan meratakan lembah karena menutup akses agar dia tidak lagi melakukan hal yang dia sukai tersebut.

Mengalihkan minatnya juga menjadi salah satu solusi buat kami semua. Setiap kali mencuci, fayyas akan diikutsertakan agar minat bermain airnya tetap akan tersalurkan. Meskipun dia harus berganti baju berkali-kali dalam sehari.

Yuliana|19 Januari 2018

Rabu, 17 Januari 2018

MENCERMATI METERAN AIR

#Day14
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga


Alhamdulillah hari ini saya mulai kembali sehat. Meski tidak sepenuhnya bisa beraktivitas yang berat-berat. Hari ini jadwal saya mencuci karena beberapa hari yang lalu sakit sehingga cucian menumpuk.


Sebelum saya mulai mencuci, fayyas lebih dulu menuju samping rumah tempat biasanya saya mencuci pakaian. Memang maen air tujuannya tapi ada yang lebih menarik buat fayyas selain air. Yaitu mencermati meteran air.
Tiap kali dia menyalakan kran air, dia akan langsung mengamati gerak laju meteran air tersebut.
Semakin deras airnya maka meteran tersebut akan semakin laju. Dan itu yang membuat fayyas berkali-kali mencoba memutar kran dan mematikannya.


Aktivitas ini bisa membuat fayyas betah berlama-lama di tempat cucian.  Dan dia dengan senang hati bolak balik antara kran dan meteran hanya untuk mengamati gerakan meteran.


Rasa penasarannya akan gerakan laju meteran adalah cara dia memenuhi rasa keingintahuannya dan itu adalah salah satu fitrah anak-anak untuk terus belajar. Keunikan mereka dalam memenuhi rasa ingintahunya adalah cara ternyaman yang mereka sukai dalam memenuhi fitrah mereka.


Anak-anak jika diberikan ruang seluas-luasnya maka mereka akan menemukan apa yang mereka minati dan itu bisa memantik prestasi yang setingi-tingginya yang manusia bisa raih.


Berbahagialah jika anak-anak kita bisa mengenali apa minat mereka sedari dini. Berikan ruang dan faslilitasi dengan tidak mengorbankan fitrah mereka sebagai anak-anak yang masih ingin terus bermain karena bermain itu juga belajar.


Yuliana| 18 Januari 2018

Selasa, 16 Januari 2018

MY MOODBOOSTER

#Day13
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Saya kok seperti kehilangan greget dalam aktivitas tantangan di dua games ini. Semangat saya tetiba mengendor dan butuh moodboster. 2 kali games ini kami hanya melakukan berbagai aktivitas di sekitaran rumah saja. Belum bisa mengajak anak-anak mengeksplore ke berbagai tempat.

Anak-anak dan saya pribadi memang lebih menyukai kegiatan outdoor. Namun kondisi fisik saya sepertinya tidak selalu memungkinkan untuk berjalan-jalan ke berbagai tempat. Apa mungkin karena stress duluan merasa riweh karena harus mengajak ke 3 anak yang rentang usia berbeda ke tempat umum. Meskipun senarnya anak-anak sangat koorporatif jika di tempat umum.

Atau karena ketidak adanya kendaraan yang bisa dibawa untuk kesana-kemari secara leluasa.

Pengen mengajak suami untuk berjelajah keluar kota, namun jadwal beliau sangat singkat di rumah. Kadang waktunya cuma 2-3 hari itupun diisi lebih banyak istirahat karena perjalanan pulang yang membutuhkan 6-8 jam dari pekerjaan beliau.

Kalo tempat-tempat edukatif dan tempat rekreasi di dalam kota sudah semua kami kunjungi. Yang belum hanya perjalanan luar kota.
Anak-anak selalu meminta saya untuk bisa jalan-jalan yang sebenarnya  juga saya butuhkan untuk merefresh pikiran saya yang terlalu jenuh di rumah saja.
Mungkin ini sebab saya selalu sakit-sakitan belakangan ini. Kondisi ini juga mulai dikeluhkan anak sulung saya, kenapa ami selalu sakit terus sih?

Saya juga tidak menyukai kondisi ini. Saya harus segera menemukan moodbooster saya sehingga tidak mengorbankan kebersamaan saya bersama anak-anak.

Pertama-tama yang harus saya lakukan, saya harus menerima dengan ikhlas apa yang terjadi dalam hidup saya. Saya harus ridho bahwa ini adalah bagian skenario hidup saya dengan anak-anak.

Yang kedua, mulai menuliskan daftar apa yang bisa membuat saya bisa kembali happy.

Dan yang ketiga, memulai berkegiatan bersama anak-anak secara full.
Menikmati momen-momen bahagia bersama mereka. Karena merekalah alasan pertama saya berbahagia di dunia ini.

Saya yakin Allah telah menyiapkan sesuatu yang terbaik buat kami di depan sana. Kami hanya butuh lebih berusaha untuk bisa meraihnya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

Yuliana | 17 Januari 2018

MY MOODBOOSTER

#Day13
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Saya kok seperti kehilangan greget dalam aktivitas tantangan di dua games ini. Semangat saya tetiba mengendor dan butuh moodboster. 2 kali games ini kami hanya melakukan berbagai aktivitas di sekitaran rumah saja. Belum bisa mengajak anak-anak mengeksplore ke berbagai tempat.

Anak-anak dan saya pribadi memang lebih menyukai kegiatan outdoor. Namun kondisi fisik saya sepertinya tidak selalu memungkinkan untuk berjalan-jalan ke berbagai tempat. Apa mungkin karena stress duluan merasa riweh karena harus mengajak ke 3 anak yang rentang usia berbeda ke tempat umum. Meskipun senarnya anak-anak sangat koorporatif jika di tempat umum.

Atau karena ketidak adanya kendaraan yang bisa dibawa untuk kesana-kemari secara leluasa.

Pengen mengajak suami untuk berjelajah keluar kota, namun jadwal beliau sangat singkat di rumah. Kadang waktunya cuma 2-3 hari itupun diisi lebih banyak istirahat karena perjalanan pulang yang membutuhkan 6-8 jam dari pekerjaan beliau.

Kalo tempat-tempat edukatif dan tempat rekreasi di dalam kota sudah semua kami kunjungi. Yang belum hanya perjalanan luar kota.
Anak-anak selalu meminta saya untuk bisa jalan-jalan yang sebenarnya  juga saya butuhkan untuk merefresh pikiran saya yang terlalu jenuh di rumah saja.
Mungkin ini sebab saya selalu sakit-sakitan belakangan ini. Kondisi ini juga mulai dikeluhkan anak sulung saya, kenapa ami selalu sakit terus sih?

Saya juga tidak menyukai kondisi ini. Saya harus segera menemukan moodbooster saya sehingga tidak mengorbankan kebersamaan saya bersama anak-anak.

Pertama-tama yang harus saya lakukan, saya harus menerima dengan ikhlas apa yang terjadi dalam hidup saya. Saya harus ridho bahwa ini adalah bagian skenario hidup saya dengan anak-anak.

Yang kedua, mulai menuliskan daftar apa yang bisa membuat saya bisa kembali happy.

Dan yang ketiga, memulai berkegiatan bersama anak-anak secara full.
Menikmati momen-momen bahagia bersama mereka. Karena merekalah alasan pertama saya berbahagia di dunia ini.

Saya yakin Allah telah menyiapkan sesuatu yang terbaik buat kami di depan sana. Kami hanya butuh lebih berusaha untuk bisa meraihnya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

Yuliana | 17 Januari 2018

Senin, 15 Januari 2018

SENDALKU

#Day12
#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Ada yang hampir terlupa saya menceritakan mengenai fayyas. Fayyas yang baru berumur 1,9y memang sudah lancar berjalan. Apalagi untuk jalan diseputaran rumah dan halaman depan.

Dan ada yang hampir luput dari pengamatan saya, yaitu fayyas sudah bisa memasang sepatu/sendalnya sendiri. Dia akan tahu dimana dia terakhir meninggalkan sendalnya. Dan apabila dia ingin jalan maka dia akan mencari sendalnya dan masangnya sendiri tanpa minta bantuan untuk dipasangkan. Dia akan langsung memasang sendiri sendalnya dari yang kanan dan kaki kiri. Memang kadang tertukar. Tapi dia selalu masangnya sendiri dan melepaskannya sendiri pula. Dan saya tidak pernah mau mengoreksi kesalahannya tersebut.
Buat saya dia mampu memasang dan melepaskannya sendiri tanpa bantuan saja adalah presrasi untuk usia dia. Dan dengan membiarkan dia memasang sendiri akan memberikan rasa percaya diri padanya bahwa dia sudah mampu.

Dan fayyas juga tahu kapan harus menggunakan sendal atau harus melepaskannya. Jika dia susah memasuki teras maka otomatis dia akan melepaskannya tanpa diminta.

Anak-anak memang unik, dengan segala keberagaman polah mereka. Tanpa harus dibandingkan  dengan anak-anak lain. Mereka sudah memiliki prestasi dalam keseharian mereka tanpa kita sadari. Kita hanya butuh lebih mengamati dan lebih meluangkan waktu untuk mengenal mereka lebih seksama.

Yuliana|16 Januari 2018

BEKERJASAMA

#Day11
#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Dalam minggu ini kondisi fisik saya tetiba drop terus. Kadang paginya semangat, siangnya bisa langsung meriang dan nga bisa apa-apa.

Seperti siang kemaren tanggal 15 Januari 2018. Yanv seharusnya saya bisa menyetor tugas kuliah Bunsay IIP untuk hari ke 11 malah nga bisa berbuat banyak karena kondisi tubuh selepas mengantar abang Daffa mengaji langsung drop. Sesampainya di rumah sampai malam saya nga bisa bangun lagi.

Dibalik ketidaksehatan saya kemaren. Anak-anak sangat koorporatif. Mereka bahu membahu mengurus saya dan adiknya fayyas. Mulai dari menggantikan popok, mengganti baju, memandikan, mempersiapkan tempat tidur dan malah semua diajak tidur di tempat tidur abang saja karena abang tahu saya butuh istirahat.

Setelah membelikan koyo dan obat, akhirnya saya sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sampai makan malam tidak bisa bangun.
Anak-anak sendiri yang menyiapkan makan satu sama lainnya.
Alhamdulillah saya bisa istirahat dengan tenang karena tidak ada yang  rewel ataupun terbangun tengah malam minta dibuatkan susu.

Anak-anak memang akan teruji kerjasamanya pada saat ada yang sakit di rumah. Apalagi kalo yang sakit adalah ibunya. Kebayang dong, semua aktivitas di rumah akan terganggu dan bisa berantakan karena si ibu sakit.

Untuk situasi seperti inilah, saya mempersiapkan  anak-anak agar bisa mandiri dan menguasai lifeskill. Karena tidak selamanya kita sebagai orangtua akan selalu sehat atau dalam kondisi prima sehingga bisa selalu membersamai keseharian mereka.
Semakin besar, anak-anak harus sudah menguasai dan bertanggungjawab jika menghadapi situasi yang tidak sesuai yang mereka inginkan, mereka akan terbiasa dan bisa mengatasinya dengan baik.

Yuliana| 16 Januari 2018

Minggu, 14 Januari 2018

AKU INGIN IKUT LOMBA

#Day10
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga


Kegemaran alta menyanyi sangat menggebu-gebu. Dia selalu bersenandung, bernyanyi dan bergaya dimana pun. Dikamar mandi, padahal selalu dilarang kalo di dalam kamar mandi tidak boleh bernyanyi. Kemudian menyanyi  di teras, di kamar nenek, di depan cermin, di halaman rumah, di bawah pohon mangga.

Sering malah dia bernyanyi di halaman sambil berakting seperti videoklip gituh… sayang saya tidak pernah berhasil mengabadikan momen dia sedang menyanyi tersebut. karena saya sedang tidak pegang hape atau lagi disibukkan oleh adiknya.

Akhirnya saya pun bertanya pada alta,
‘ Alta, mau nga nanti ikut lomba nyanyi?’

‘Mau, dimana…., dimana?’ dengan penuh semangat

‘Nanti, ami cari lombanya dulu ya..’

‘Tapi mau kan?’

‘Mau..mau..’.

Sebenarnya saya tidak begitu suka dia bernyanyi. Bukan karena suaranya tidak bagus atau karena memang dia tidak punya bakat menyanyi. Namun karena satu prinsip agama yang saya yakini yang membuat saya tidak mengizinkannya.
Namun saya tidak tahu apakah nanti, jika benar ada lomba menyanyi. Dia akan saya daftarkan atau dia memang mau ikut. Kita lihat nanti saja. Yang jelas saya tahu hobby menyanyi ini memang sudah sejak lama dia inginkan.

Saya memang sadar kalo alta ini lebih supel, mudah berinteraksi dengan orang lain, pandai berkomunikasi dengan orang, SKSD lah pokoknya. Suka tampil dan pede banget anaknya.

Dan saya ingin menyalurkan keunggulannya tersebut. semoga saya bisa memberikan ruang yang seluas-luasnya agar bisa meninggikan gunungnya bukan meratakan lembah untuknya.

Yuliana|14 Januari 2018

Jumat, 12 Januari 2018

MENYAPU LANTAI

#Day9
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga



Siang ini anak-anak pada ngumpul di rumah. Bukan karena sedang ada acara atau sejenisnya. Mereka biasanya ngumpul kalo sedang makan siang atau sedang ngemil bareng.

Tetiba saja dek fayyas makan sambil berlarian dan semua makanan yang sedang dimakannya pun berserakan dilantai. Namun tanpa disuruh fayyas langsung mengambil sapu yang ada di depan pintu luar. Berusaha menyapu dengan bertatih-tatih karena sapunya lumayan berat buatnya. Ditambah butiran nasi yang ada dilantai tidak bisa sepenuhnya dia sapu.
Namun usahanya inilah yang membikin saya terharu. Banyak kejadian yang membuat saya, apih dan nenek dirumah seringnya takjub akan kebiasaan yang dia ikutin tentu saja kebiasaan yang baik.

Itu membuktikan anak-anak adalah peniru ulung, apa yang mereka liat itu yang mereka tiru. Maka berhati-hatilah mencontohkan sebuah kebiasaan dan perilaku pada mereka.

Dan kebiasaan baik yang mereka contoh adalah bukti bahwa anak-anak itu adalah bintang. Mereka bisa melakukan apa saja. Jika mereka diberi kesempatan dan diberi peluang.
Mereka akan melejit jika kita sebagai orangtua dan orang dewasa mampu memfasilitasi keunggulan mereka. Jika keunggulan mereka belum tampak. Mereka hanya butuh ruang dan simulasi yang bisa membuat mereka bisa meninggikan gunungnya.

Yuliana| 13 Januari 2018

Kamis, 11 Januari 2018

BANTU MENAROH PIRING

#Day8
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga



Alhamdulillah kondisi fisik saya sudah mulai membaik hari ini. Kembali beraktifitas seperti biasa meski harus pelan-pelan juga.

Saya memang terlalu memporsir tenaga saya beberapa minggu ini. Terlalu fokus pada target pribadi sehingga tidak memperhatikan kesehatan. Pas giliran si adek sakit jadi ikut ketularan deh karena kondisi emang sedang kurang fit.

Beberapa hari kemaren saya sudah menceritakan mengenai keseharian abang daffa dan kaka alta. Dan hari ini akhirnya aya sempet mengabadikan momen aha nya dek fayyas.

Fayyas memang sangat senang berada didapur. Kalo sudah tidak terdengar apa-apa pastilah ada yang dia kerjakan di dapur; dari menuang air yang ada diciret (sampai persediaan air minum habis..hehe), semua bungkus teh yang dicelupin ke air, tepung persediaan nenek bikin kue ditumpahin ke lantai, gula yang dihambur-hamburin, alat dapur yang diporak porandakan. Pokoknya nga ada diamnya lah kalo fayyas sedang berada didapur.
Termasuk kita yang juga sibuk berusaha mencegah apa yang akan dilakukannya..haha..

Namun ada satu kebiasaan yang fayyas lakukan, yang tanpa disuruh hanya karena selalu melihat. Yaitu membantu menarohkan cucian piring yang sudah bersih ke rak piring. Dia dengan tangkas mengambil piring-piring yang sudah bersih dan membawanya.
Tentu saja spontan biasanya nenek yang sedang mencuci akan berusaha merebut benda-benda yang dibawanya. Sedang saya akan memberikan benda lainnya yang juga sudah dicuci yang berbahan plastik atau lebih ringan agar tidak pecah karena jatoh dibawanya.

Kenapa saya tidak melarangnya. Karena apa yang dilakukan fayyas adalah baik. Cuman dia belum tau apa yang bisa terjadi jika dia kelepasan membawa benda-benda pecah belah tersebut.
Dan untuk itulah tugas kita sebagai orangtua dan orang dewasa, memberikan pengertian terus menerus dengan mengalihkan atau menggantikan dengan benda lain yang sekiranya tidak ditafsirkan si anak bahwa apa yang dilakukannya salah.

Apa yang dia kerjakan sangat baik. Sangat menolong dan kita tidak boleh mematahkan niatnya tersebut meskipun dia masih kecil. Usianya masih sedikit atau badannya masih kecil bukan berarti kita bebas meremehkan atau mengabaikan niat baik mereka.

Ingatlah perbuatan baik itu harus dimulai dari hal kecil dan sedini mungkin.

Yuliana|12 Januari 2018

WAJAH DEDEK BAYI NANTI GIMANA YA?

#Day7
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Alhamdulillah tantangan sudah memasuki hari ke 7.

Keterbatasan gerak membuat saya tidak bisa mengabadikan momen berharga anak-anak.  Jadinya di tantangan hari ke 6 kemaren saya tidak bisa melampirkan foto dalam setoran saya.

Meski badan masih sakit, hidungpun masih belum sembuh dan pusing juga masih bergelayut dikepala. Saya tetap berusaha melaporkan apa yang bisa saya amati dari anak-anak.

Hari ini saya hanya menerima laporan dari cerita anak-anak yang sedang maen ke rumah tetangga yang kebetulan adalah sepupu.

Alta begitu senang, karena sepupunya akan segera punya adik baru. Berulang-ulang dia balik kerumah menceritakan perkembangan yang dialami tantenya.

Pertanyaan demi pertanyaan meluncur dari mulut nya; mulai dari dedek bayinya nanti wajahnya gimana ya? Dedek bayi keluarnya dari veve kah? Dedek bayinya cowok/cewek kah? Dan banyak lagi.

Semua pertanyaan tersebut harus segara mendapat jawaban. Sedang saya yang masih pusing mencoba menjawab pertanyaannya dengan singkat saja. Meski ini bisa menjadi momen aha untuk memberikan pemahaman mengenai pendidikan seks usia dini pada alta.

Anak-anak dengan segala kecanggihan yang mereka bawa sejak lahir membuat mereka sangat instimewa dalam setiap tingkah mereka. Apapun yang mereka temukan adalah cara mereka menemukan fitrah mereka untuk menjadi bintang.

Yuliana| 11 januari 2018

Selasa, 09 Januari 2018

AKU BISA MENYEBUT ANGKA

#Day6
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Tetiba alta datang dan menunjukkan sesuatu ke saya.

‘Ami, coba lihat. Aku bisa nih 1, 2 3, 4,5,6,7,8,9,10.’.(sambil mengacungkan seluruh jemarinya ke saya).

‘Alhamdulillah, alta sudah mampu mengabungkan angka dan jumlah jemarinya’. Sambil saya mengusap kepala dan memeluknya.’

‘Belajar sendiri ya ka?” tanya saya.

‘Aku yang ajarin, mi.’ Abang yang sedang makan langsung menyahut.

‘Alhamdulillah, ami senang abang sudah bantu ading belajar berhitung.’
Senyum senang terpancar dari keduanya.

Berhitung atau mengenal angka memang tidak saya paksakan ke  alta harus bisa. Terlebih setelah melewati tantangan level 6 kemaren #matharoundus, sangat membantu sekali agar saya bisa mengenalkan matematika supaya lebih disenangi anak-anak tentu dengan cara yang menyenangkan

Beberapa hari yang lalu dia memang sudah bisa menyebutkan angka 1-6 namun selalu loncat ke angka 8. Angka 7 tidak pernah disebut dalam urutan menghitungnya.
Saya hanya mengingatkan sesekali namun tidak memaksa dia harus  benar.

Dan hari ini dia akhirnya bisa. Buat saya alhamdulillah. Terlebih dia sudah mampu menghubungkan antara jumlah jarinya dengan urutan dalam angkanya. Bukan hanya sekedar hapal apalagi hapal karena berurutan.

Anak adalah bintang. Mereka akan menunjukkan kekuatan yang mereka punya dengan cara yang unik dan waktu yang tepat. Bukan harus digagas dan terburu-buru. Karena yang selalu diburu akan tidak bagus akhirnya.

Anak-anak akan menemukan sendiri fitrah mereka. Dari setiap yang mereka lihat, pegang, rasakan dan lakukan. Tugas kita sebagai orangtua yang peduli dan tidak ingin anak-anak mekar terlalu dini adalah mendampingi dan selalu mendukung  setiap ada sinyal yang akan membawa mereka ke arah fitrah mereka.

Kitalah orangtua yang sebenarnya harus membekali diri karena kita telah dititipi anak-anak hebat ciptaanNYA. Memantaskan diri adalah kunci utama. Agar anak-anak tidak akan layu sebelum berkembang.

Tetap semangat. Tepat istiqomah dalam membersamai dan memfasilitasi anak-anak yang akan menjadi generasi bintang. Jika mereka selalu diberi kesempatan mencapai angkasa.

Yuliana | 10 Januari 2018

AKU BISA MENYEBUT ANGKA

#Day6
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Tetiba alta datang dan menunjukkan sesuatu ke saya.

‘Ami, coba lihat. Aku bisa nih 1, 2 3, 4,5,6,7,8,9,10.’.(sambil mengacungkan seluruh jemarinya ke saya).

‘Alhamdulillah, alta sudah mampu mengabungkan angka dan jumlah jemarinya’. Sambil saya mengusap kepala dan memeluknya.’

‘Belajar sendiri ya ka?” tanya saya.

‘Aku yang ajarin, mi.’ Abang yang sedang makan langsung menyahut.

‘Alhamdulillah, ami senang abang sudah bantu ading belajar berhitung.’
Senyum senang terpancar dari keduanya.

Berhitung atau mengenal angka memang tidak saya paksakan ke  alta harus bisa. Terlebih setelah melewati tantangan level 6 kemaren #matharoundus, sangat membantu sekali agar saya bisa mengenalkan matematika supaya lebih disenangi anak-anak tentu dengan cara yang menyenangkan

Beberapa hari yang lalu dia memang sudah bisa menyebutkan angka 1-6 namun selalu loncat ke angka 8. Angka 7 tidak pernah disebut dalam urutan menghitungnya.
Saya hanya mengingatkan sesekali namun tidak memaksa dia harus  benar.

Dan hari ini dia akhirnya bisa. Buat saya alhamdulillah. Terlebih dia sudah mampu menghubungkan antara jumlah jarinya dengan urutan dalam angkanya. Bukan hanya sekedar hapal apalagi hapal karena berurutan.

Anak adalah bintang. Mereka akan menunjukkan kekuatan yang mereka punya dengan cara yang unik dan waktu yang tepat. Bukan harus digagas dan terburu-buru. Karena yang selalu diburu akan tidak bagus akhirnya.

Anak-anak akan menemukan sendiri fitrah mereka. Dari setiap yang mereka lihat, pegang, rasakan dan lakukan. Tugas kita sebagai orangtua yang peduli dan tidak ingin anak-anak mekar terlalu dini adalah mendampingi dan selalu mendukung  setiap ada sinyal yang akan membawa mereka ke arah fitrah mereka.

Kitalah orangtua yang sebenarnya harus membekali diri karena kita telah dititipi anak-anak hebat ciptaanNYA. Memantaskan diri adalah kunci utama. Agar anak-anak tidak akan layu sebelum berkembang.

Tetap semangat. Tepat istiqomah dalam membersamai dan memfasilitasi anak-anak yang akan menjadi generasi bintang. Jika mereka selalu diberi kesempatan mencapai angkasa.

Yuliana | 10 Januari 2018

NYANYI YUK...

#Day5
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

NYANYI YUK…

Sedari kemaren saya sudah sakit begitu juga adiknya fayyas. Sebenarnya hari ini tidak fokus mengamati anak-anak dalam aktivitas mereka. Terutama alta yang bulan februari besok genap berusia 5 tahun.

Dari pagi, alta mengeluh karena tidak punya teman maen di sekitar rumah. Semua temannya sedang sakit. Sehingga tidak ada yang diizinkan untuk maen di halaman rumah terlalu lama.

Beberapa kali alta datang dari mencari teman yang bisa diajaknya maen. Rupanya dia sudah berkeliling.

Akhirnya karena saya kasihan melihat alta tidak punya aktivitas sementara saya hanya terbaring lemas karena meriang dan flu berat.
Dan abangnya sedang keluar karena ada jadwal konsultasi ke RSGM. Saya pun mengizinkan dia untuk menonton lagu di laptop.

Sebenarnya saya tidak begitu suka dia menonton lagu tersebut. saya pun sudah mengantisipasi lagu-lagu yang ada dilaptop bergenre religi.

Dan selama lebih dari 2 jam alta menyanyi di depan laptop dengan suara nyaring penuh kepercayaan diri. Karena sampai di rumah sebelahpun saya masih mendengar alta sedang bernyanyi.

Dan ternyata dampak buruk yang saya khawatirkan tidak terjadi. Malah setelah mematikan laptop dia terlihat buru-buru ke kran yang ada disamping rumah dan berwudhu.

Alhamdulillah masyaAllah. Tanpa disuruh apalagi diiming-imingi hadiah, alta melakukan sholat zuhur, ashar dan maghrib segera setelah azan terdengar.

Dan setelah diitanya, doa apa yang dia panjatkan ternyata dia mendoakan saya supaya cepat sembuh.

Barakallah fii umrik gadisku. Semoga engkau selalu istiqomah.

Yuliana |9 Januari 2018

Minggu, 07 Januari 2018

AKU SENANG MEWARNA

#Day4
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

                 AKU SENANG MEWARNA

Komputer adalah benda yang wajib dikuasai di rumah kami. Anak-anak sejak kecil memang sudah diperkenalkan dengan benda kotak ini. Termasuk juga alta.

Didalam menu yang ada di dalam komputer ada yang dia suka menggunakannya. Yaitu paint (mewarna).
Dan sering membuat apa saja yang dia suka. Jemarinya yang lincah memainkan mousepad dengan sangat percaya diri.

Gambar dan warna yang dibuatnya memang masih terlihat abstrak namun kepercayaan dirinya bahwa dia mampu menguasai atau membuat sesuatu sudah bisa menambah rasa percaya dirinya.

Biasanya setelah selesai menggambar. Dia selalu meminta pendapat saya. Apakah bagus atau tidak?

Sejauh ini dia enjoy dan yakin akan kemampuannya. Buat saya itu sudah bagus. Dia akan menemukan kesenangan dan prestasi jika terus saja didukung ke hal positif. 

Yuliana| 8 Januari 2018

AKU SUKA DANDAN

#Day3
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Sejak berhijrah, saya tidak lagi memoles wajah saya dengan kosmetik. Bukannya tidak suka, namun berdandan untuk seorang perempuan yang berstatus istri dilarang terutama jika keluar rumah kecuali hanya untuk suami saja. Apalagi saya sekarang sudah menutup wajah saya (niqob) semoga selalu istiqomah.

Dan alta sesekali bertanya kenapa amihnya tidak pernah terlihat seperti ibu-ibu yang lain. Apalagi saat dia melihat foto pernikahan kami dimana saya waktu itu memang belum menggunakan hijab. Alta begitu suka dengan foto tersebut dan sering meminta saya agar tampil seperti itu lagi.

Memberikan pengertian kepada anak kecil memang harus dengan bahasa yang mudah dipahami. Ditambah gempuran tontonan tv , iklan dan pemandangan sehari-hari yang dia lihat membuat saya harus ekstra hati-hati dalam memilih kata.

Penampilan saya sekarang memang tidak pernah dipertanyakannya.  Alta sepertinya sudah terbiasa melihat saya tertutup tanpa terlihat seperti orang kebanyakan.
Namun ada usaha kecil yang saya lakukan agar anak cewek satu-satunya ini tidak menanyakan atau meminta lebih. Saya pun menggunakan bedak dan celak itupun jarang dipakai.

Alta mulai mengemari berdandan setelah melihat tontonan televisi disini. Sejak kami di Jakarta dan Depok, kami tidak punya televisi begitu juga disini. Televisi nene susah rusak lama dan saya tidak ingin memperbaikinya. Namun disini kami tinggal bersebelahan dengan datu dan sepupunya yang tentu saja masih ada tv dirumah mereka. Dan alta dengan tanpa segan selalu numpang menonton disana.

Hampir setiap hari dia berdandan. Dari cara ikat rambut, pakai bedak, pakai celak dan lipstik.
Dan siapapun yang punya alat kosmetik, dia akan gunakan dan mengaplikasikannya sendiri ke wajah polosnya.
Awalnya saya melihat aktivitas dandannya hanya sekedar lucu-lucuan. Seperti apa saja dijadikan alat dandan; spidol yang dijadikan lisptik, celak yang dijadikan alis. Kadang warnanya sungguh mencengangkan…

‘Aku suka dandan,’ katanya.

Memang anak-anak diusia seperti alta masih suka meniru apa saja yang menurutnya menarik. Dari pakaian, gaya rambut, asesoris, gaya bicara dan tampilan luar tokoh yang sedang tren. Seperti tokoh film kartun yang booming itu… dia begitu mengandrunginya. Meski saya tidak pernah memperlihatkan film kartun tersebut. Ada saja yang memperlihatkannya dari sepupunya membawa laptop ke rumah dan memperlihatkan film tersebut, terus nonton di tv sepupu di sebelah rumah. Semua yang ada di kartun itu dia pengen juga memiliki dan tampil seperti itu.

Dan hari ini pun, alta minta didandanin dari mulai rambut yang ingin dikuncir 2, mata yang diberi celak dan eyeliner (kemaren dia liat tantenya baru membelikan amihnya benda-benda tersebut). Dan kegiatan berdandan ini membuat matanya berbinar-binar.

‘Aku cantik kan?’ ujarnya penuh senyum didepan cermin besar di kamar nenek.

Pertanyaan serupa kerap ditanyakan jika dia habis berdandan. Baik didandani atau dia sendiri yang berdandan.

Apa yang harus saya lakukan untuk meninggikan gunung dalam minatnya ini? Melihat usianya yang bulan depan genap 5 tahun. Apakah minatnya ini baik buatnya? Apakah nanti pelarangan saya membuat dia tidak berani memiliki minat?

Terus berusaha menemukan kelebihannya yang lain.
Tetap semangat memberikan konsep diri yang benar kepada anak. Sehingga dia bisa menjadi dirinya sendiri bukan menjadi orang lain atau selalu bercermin pada orang lain.

Selalu berusaha agar anak-anak menemukan kekuatan dan kelebihan yang akan membuat mereka unik dengan segala apapun yang mereka miliki.

Dan sebagai orangtua, kami akan selalu mendukung apapun jika itu memang dinilai baik, baik olehnya, orang sekitar dan Allah sebagai yang punya dirinya.

Yuliana|7 Januari 2018

Jumat, 05 Januari 2018

AKU BUKAN ANAK KECIL LAGI

#Day2
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga




Kenapa sih saya tidak suka abang Daffa maen games?
Apa karena saya memang tidak pernah suka bermain games?
Apa ini ada hubungannya dengan ketidaktahuan saya dengan keseruan sebuah games?
Apa karena saya tidak tahu bagaimana bermain games tersebut?

Saya memang tidak menyukai games?
Apalagi games komputer, hape atau apalah?
Bukan karena saya termasuk ortu zaman old. Namun karena saya tidak menemukan games yang bisa diterima secara syarii.

Inilah tantangan sebenarnya?
Hampir tidak saya temukan games yang syarii secara agama meski banyak games yang bernuasa religi dan sarat edukasi.

Namun saya mencoba berdamai. Saya coba terus mengikuti perkembangan abang Daffa di semua games yang dimainkannya. Dari cerita-cerita yang dia kisahkan. Mulai dari dia didaulat menjadi admin sebuah games online, terus level permainannya selalu naik peringkat, pengen selalu berkompetisi dengan lawan main onlinenya. Dan malah dia mengajukan diri mau ikut berkompetisi secara online di forum yang lebih besar. Dia sih tergiur dengan hadiah yang disediakan. Terus dia mulai masuk ke berbagai komunitas dan grup facebook dimana para gamer berkumpul. 
Dan sekarang dia malah minta diajarin bikin email baru khusus bisa maen secara online dan ikut ajang kompetisi. Bukan email yang saya buatkan yang selama ini digunakan sebagai email facebooknya dia.

Abang memang sudah punya akun facebook namun belum punya hape sendiri. Masih menggunakan hape saya yang tentu saja pakai paswood yang dia tidak bisa tebak lagi.
Meski dia sering ke warnet dan online. Dia belum berani membuka facebooknya di tempat tersebut . Katanya dia nga mau diliat teman-temannya.
Alhamdulillah dia masih tau kapan harus buka fecebook dengan aman.

Sejak kemaren, saya coba memberikan 30 menit waktu untuk bermain games dilaptop yang ternyata tidak semua gamesnya hilang/uninstal (ini anak memang selalu nemu aja). Tentu saja dengan catatan saat dia main adik-adiknya tidak melihatnya karena akan berdampak lebih luas jika adik-adiknya juga melihat kemudian ingin pula.

Saya pun mengamati abang Daffa yang sedang duduk didepan laptop yang sebenarnya sudah mau ‘dead’ karena keseringan mati tanpa sebab (maklumlah notebook tua).
Sambil main dia mulai menceritakan kesulitan yang dia hadapi untuk meraih level berikutnya.

Meski tidak sepenuhnya setuju. Namun saya berusaha mengamati dari NOL lagi hobby dan minat abang akan games ini.
Apa yang sebenarnya dia cari digames tersebut? games seperti apa yang membuatnya senang berlama-lama main? Apa yang disukainya dari sebuah games? Apakah dia hanya senang memainkan satu games saja atau senang berganti-ganti games?

Baiklah….. tantangan ini harus bisa kita jalani bersama. Sambil terus mengamati kemana arah dari semua hobbynya ini.

Seperti  dalam tantangan games level 7 ini yaitu mengamati anak-anak dalam 4 ranah ; ranah intrapesonal, ranah interpersonal, change factor dan spiritual.

Saya harus lebih peka terhadap segala kemungkinan dari setiap aktivitas mereka termasuk abang Daffa dalam keseharian yang akan menuju 4 E; enjoy, easy, execelent dan earn.

Dan ada kejadian siang ini, saat sepupunya sedang rame bermain dengan teman-teman lainnya di halaman rumah. Mereka sedang memainkan satu bonus permainan di dalam sebuah snack yang cukup terkenal.

Dan masing-masing mereka memperlihatkan koleksi permainan mereka. Permainan yang menjadi bonusnya adalah sebuah gasing kecil. Dan rupanya abang tidak tertarik sewaktu diajak main dan ditanya mengenai koleksinya.

Abangpun bilang, ‘aku kan bukan anak kecil lagi.’

Mendengar kalimat tersebut rasanya singkat sekali waktu bahwa dia sekarang sudah hampir baliqh. Usianya 2 bulan lagi genap 13 tahun.

Kesadaran akan dirinya sendiri sudah termasuk dalam ranah intrapersonal yaitu sadar akan nilai diri dan konsep diri.

Semoga itu bukan hanya kalimat dimulut saja namun sudah bisa dipahaminya bahwa dia sekarang sudah tambah besar dan harus bisa bertanggungjawab minimal pada dirinya sendiri.

Yuliana | 6 Januari 2018

AHAA....AKU SUKA GAMES

#Day1
#Tantangan10H
#level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga


AHAA…AKU SUKA GAMES

Bismillah
Semakin tinggi level belajarnya semakin menantang games diperkuliahan kelas bunsay IIP ini.

Saya mencoba mencerna materi yang telah disuguhkan meski saya sedang sakit dan anak-anak bergantian dalam minggu ini mengalami sakit pula.

Saya berusaha menjalani tantangan ini dengan segala keterbatasan yang tentu saja akan selalu ada nilai kebaikan disana jika saya menjalaninya dengan ikhlas.

Semua anak adalah bintang.

Tema yang sangat memantik saya untuk terus mencoba menggali kemampuan saya dalam mengamati, mempelajari, memacu dan memicu kekuatan pada anak-anak saya.

Dalam tantangan kali ini sempat bingung, anak yang mana kah yang akan fokus saya amati?

Si sulung sejak 3 tahun lalu sudah mulai digali kemampuan dan kekuatan dirinya.
Dan dari 4E yang pernah saya baca sebelumnya di beberapa postingan abah Rama dan dimateri ini pula, abang Daffa sudah mulai menuju level Earn kalo boleh dikatakan begitu.

Saya memang sudah fokus mengamati dan menggali abang sejak dia kelas 4 SD (waktu masih sekolah dulu).
Minatnya terhadap games begitu kuat. Meski saya selalu berusaha menghalang-halangi dengan berbagai cara;
menghukumnya tidak boleh maen games di rumah (sebelum kenal warnet),
membatasi jam maen games di laptop,
mengunci laptop karena sering kecolongan maen tanpa izin, menghapus semua games baik di hape saya dan dilaptop,
menyita laptopnya, dan lain sebagainya.


Namun semua itu tak pernah membuatnya kehilangan akal untuk bisa maen games. Dia bisa maen games di hape sepupunya, apalagi setelah abang berkenalan dengan warnet. Dia lebih sering ke warnet baik terang-terangan maupun diam-diam, baik punya atau tidak memiliki uang.
Saking senangnya sampai lupa waktu pulang. Dan tentu saja konsekuensi selalu dia terima namun tidak pernah bertahan lama selalu akhirnya balik lagi dan lagi.

Kesepakatan tentu saja selalu diucapkan  bahkan sampai ditulis didinding namun pelanggaran selalu kerap terjadi. Bukanya tidak konsisten dengan aturan sendiri. Namun kadang saya dilema disatu sisi ingin menegakkan aturan secara tegas tapi keterbatasan saya yang harus mengurus 2 bocah lainnya tanpa ayahnya karena beliau lebih banyak diluar kota sehingga saya merasa kurang punya power sama anak sendiri.

Ditambah saya juga masih bingung, apakah games ini adalah minatnya?
Saya pernah menantangnya untuk bikin games sendiri kemudian dia bisa menunjukkannya pada teman-temannya. Dan tantangan itu dipenuhinya. Dia searching di youtube cara membuat games sederhana dengan powerpoint dan dengan cepat abang menguasai tekniknya.
Dia berhasil ditantangan saya tersebut.

Kemudian saya juga menantangnya untuk bisa membuat sesuatu yang bisa menghasilkan uang dari hobby maen gamesnya. Dan dia pun menjawab tantangan saya dengan mencari sendiri kode-kode permainan kemudian menjual kode-kode tersebut ke teman-temannya.

Namun dikarenakan keyakinan saya mengenai games tersebut kurang baik dari segi agama. Sehingga saya sekarang tidak mendukungnya lagi.
Dan ini mungkin termasuk meratakan lembah seperti dalam materi level 7 ini.


Apakah saya mampu berdamai dan menemukan win-win solution dalam memaknai hobby abang daffa dan meninggikan gunungnya?

Semoga Allah akan menjawab doa kami.


Yuliana|5 januari 2018