Selasa, 10 April 2018

Aliran Rasa Level#9 Yuliana

Aliran rasa level#9

Think Creative


Memiliki 3 bocah dengan rentang usia berbeda memang harus jeli menagkap sinyal kreatifitas dari mereka masing-masing. Menganggap bahwa kreatifitas hanya milik yang sulung juga terasa tidak pas. Anak-anak memang tidak perlu diajarin dengan seksama bagaimana menciptakan kreasi dan menumbuhkan inisiatif dari diri mereka.


Mereka punya  kadar mereka sendiri. Tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lainnya. Jika perbandingan yang ada dipikiran kita orang tuanya. Maka akan tidak adil bagi yang lainnya. Memang di cerita tantangan saya lebih banyak menceritakan keseharian anak saya ke 2 Alta dan Fayyas si bontot. Sedang Abang Daffa yang bulan ini genap berusia 13 tahun. Sudah punya kreasi dan keratifitasnya sendiri.


Dia sudah memiliki goalnya sendiri yang tidak bisa lagi didikte akan bikin apa dan seperti apa nanti hasilnya. Saya biarkan dia membuat goal, membuat perencanaan, merasakan trial error dari projek dan belajarnya. Saya hanya mengawasi dan sesekali jika dia membutuhkan tempat curhat (*emang tiap hari).  Saya akan selalu siap memberikan waktu ditengah keriwehan kedua andiknya yang banyak menyita perhatian.


Dan kenapa saya tidak mengekspose apa yang sedang dilakukan abang Daffa dengan  projeknya karena itu adalah kes  epakatan kami. Dia ingin tidak semua orang tahu dulu apa yang dia buat. Saya berusaha menepati  janji  meski saya gatel juga ingin membuat cerita tentang projeknya di blog saya atau di blog anak-anak. Saya berusaha menghargai privasinya. Mungkin dia sudah mempertimbangkan baik buruknya.


Namun apa yang dia kerjakan semua tersimpan di laptop dan di file pribadi dan buku catatannya. Sehingga saya masih punya portofolio perkembangan belajarnya.


Menghadapi anak pre baligh memang harus selalu punya trik khusus sehingga kita sebagai orangtua tetap menjadi orang pertama yang dia curhatin baik masalah pribadi dan belajarnya.  Tak menghakimi atau menyela adalah kunci utama. Biarkan anak menyelesaikan ceritanya. Jika dia butuh solusi. Kita berikan jika dia hanya butuh didengarkan segemes-gemesnya mulut kita ingin memberikan solusi, biarkan saja. Beri anak ruang untuk merasa mandiri, bertanggungjawab akan tindakan apapun itu.
Kita pun dulu mungkin seperti itu. kita belajar dari kesalahan dan dari apa yang kita lalui dan kerjakan. Bukan hanya teori atau dari pengalaman orang. Karena nanti kesannya seperti menggurui atau malah membandingkan. Dan remaja sepertinya tidak suka. Jika digurui atau dibandingkan.


Jadi teruslah bersabar untuk melihat anak-anak kita berkreasi, berpikir kreatif, menjadi creator dan revolusioner.



Yuliana, 11 April 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar