Rabu, 28 Maret 2018

Sapu Penolong

#Day7
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative


Dalam seminggu ini ada saja yang dilemparkan Fayyas (23 bulan)  ke empang depan rumah. Dia begitu senang jika apa yang dia lempar menimbulkan cipratan air. Semakin besar atau berat  benda yang dia lempar maka semakin besar pula hasil cipratan airnya. Dan Fayyas tambah semangat melempar untuk melihat atau mengamati cipratan yang dihasilkan; ada batu, kayu, rotan, ember, baskom, sikat lantai, sapu ijuk, sapu plastik, pengki, sendal, daun, rumput, ranting, toples,  sabun diterjen (yang masih ada isinya), dan lainnya.



Buat saya pribadi,  tentu saja membiarkan dia melakukannya. Namun tetap diawasi. Karena dia pernah kecebur pas berada dipinggir empang. Untungnya tangannya masih berpegangan diujung jembatan diatas empang.
Beda dengan semua orang dewasa lainnya di rumah, yang akan spontan berteriak meskipun dia belum melempar atau belum pasti berjalan menuju empang.


Kami memang sudah menjalankan homeschooling sejak 2014 dimulai dari abangnya. Saya berusaha terus membuka pikiran mengenai cara belajar anak-anak. 
Seperti siang ini, Fayyas kembali terlihat membuang bilah bambu yang tergeletak di halaman depan rumah. Kemudian dia lemparkan ke empang. Rupanya dia masih menginginkan bambu tersebut. Dan dia berinisiatif untuk mengambil sapu ijuk yang ada didepan rumah untuk mengais bambu tersebut . Saya terus mengamati ekspresi Fayyas  tiap kali dia melemparkan apa saja. Dan melihat apa yang akan dilakukan berikutnya. Sambil tetap berjaga-jaga jika dia melakukan hal tak terduga yang membahayakan dirinya.



Fayyas berusaha meraih bambu tersebut dengan pertolongan sapu. Anak kecil yang belum genap 2 tahun ini mampu berinisiatif mengenai apa yang harus dilakukannya agar bisa mengambil benda yang dia inginkan dan dia tahu dia tak mampu menggunakan tangannya sendiri.



Akhirnya Fayyas pun bisa meminggirkan bambunya dan dia pun meraih dengan tiarap dipinggir jembatan untuk mengambil bambu tersebut. Bukan untuk mengakhiri melempar tapi untuk mengulang melemparkannya lagi…
Inilah kreatifnya anak-anak. Mereka akan terus belajar menggunakan pikiran dan panca indera mereka untuk berpikir kreatif tanpa kita suruh. Kita hanya perlu  bersabar untuk tidak mencampuri cara belajar mereka. Bersabar dalam pengamatan, terus memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk mereka mengeksplore. Beri mereka kesempatan untuk berjelajah apa saja.  Anak-anak belajar dari apa saja yang ada disekitar mereka. Mereka sudah kreatif sejak diciptakan Sang Pencipta dan  tinggal kita mau tidak melihat dengan mata terbuka dan mengapresiasi dengan bijak.
Mari buat anak-anak merasa senang dalam menggali apa yang ingin mereka ketahui.


Yuliana, 28 Maret 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar