Sabtu, 31 Maret 2018

Ulek Sambal Kacang

#Day11
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative





Pagi ini seperti biasa nenek sepulang dari pasar langsung menyiapkan semua yang dibeli untuk dimasak. Dan rencananya hari ini nenek ingin menu siang nanti adalah lalapan plus sambal kacang.


Abang adalah asisten koki di rumah. Dia bertugas untuk membantu nenek memasak di dapur sementara saya seperti biasa konsen dengan lapak jualan online sedari pagi. Sesekali memang saya menjenguk abang di dapur. Dan hari ini nenek sedang tidak enak badan, sehingga nenek langsung saja menuju kamar beliau untuk beristirahat dan kelanjutan memasak dikerjakan oleh abang Daffa.


Saya pun sesekali  ikut membantu dengan apa yang dikerjakan abang di dapur. Kadang saya hanya mendengar dia sedang menggoreng tempe,  tahu, dan kacang tanah. Kemudian abang ingin menguleknya dengan  cobek.
Saya pun menyarankan untuk mengunakan chopper saja, lebih cepat dan praktis. Memang akhirnya tetap menggunakan ulekan untuk mencampur dengan bahan lainnya.


Abang sangat bersemangat melakukannya. Setiap sesi pengerjaan pembuatan sambal dia mengerjakannya sendiri.
Dia memang anak laki. Namun buat kami dia tetap harus tahu urusan masak-memasak dan dapur.
Mengenalkan ke abang bahwa dunia dapur dan masak juga bisa memantik kreatifitasnya.



Yuliana, 1 April 2018

Jumat, 30 Maret 2018

Kritis Bertanya

#Day10
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Kritis bertanya

Setiap malam, kami memang membiasakan untuk membacakan cerita sebelum tidur. Terutama untuk Alta dan Fayyas yang setelah maghrib akan langsung menuju tempat tidur mereka.


Awalnya saya menceritakan apa yang ada di dalam surah yang baru saya baca. Yaitu Al mulk. Membaca terjemahan dan menceritakan dengan bahasa sederhana yang bisa dipahami Alta. Alta selalu bertanya dan saya juga selalu memancing dengan pertanyaan-pertanyaan.

Kemudian sampai pada bercerita mengenai syetan, kematian, Nabi Adam, dan Hawa. Rupanya Alta mengingat apa yang pernah saya ceritakan mengenai bagaimana syurga tersebut. Dan jika bercerita begini, abang yang masih dikamarnya pun akan keluar  dan nimbrung disamping adik-adiknya. Meski dia tentu saja sudah tahu jalan ceritanya. Namun  interaksi dan cara saya berceritalah yang membuat abang selalu ingin ikut dan terpancing ikut mendengar atau menjawab pertanyaan seputar kisahnya.


Kemudian, Alta bertanya,” Mi, kenapa Habil tidak mengelak sewaktu Qabil memukul kepalanya dengan batu?’. Masyaallah Alta sampai memikirkan sedetail itu. Film singkat tentang Habil dan Qobil memang pernah dia liat dilaptop saat abang menontonnya. Ternyata adegan tersebut dia ingat dan akhirnya dipertanyakannya ke saya.


Awalnya saya sempat bingung mau jawab apa. Bukan karena tidak punya jawaban tapi memilah jawaban mana yang dia akan mengerti. Saya pun mengajak  Alta untuk berpikir dan berandai-andai. Seperti; saat itu belum ada yang pernah meninggal. Saat itu mereka mungkin berpikir bahwa mereka akan hidup selamanya/abadi karena saking lamanya mereka hidup. Atau karena begitu polosnya jiwa Habil sehingga dia tidak menyangka jika lukanya akan menghilangkan nyawanya. Dan banyak kemungkinan lainnya. Wallahu alam.


Akhirnya Altapun mengeluarkan angkukan entah dia mengerti atau terlalu mengantuk. Dan pertanyaannya pun berakhir.


Pertanyaan Alta tersebut adalah kemampuan daya pikirnya yang sudah berkembang pesat. Dia memang selalu kritis dan bertanya dari berbagai sudut pandang.

Yuliana, 31 Maret  2018

Kamis, 29 Maret 2018

Baju Favorit


#Day9
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative


Belum seminggu ini, Fayyas mulai menunjukkan kemandiriannya. Yaitu dalam memilih baju. Fayyas yang bulan Mei  nanti akan genap 2 tahun, sudah punya keputusan sendiri baju apa yang ingin dipakai.



Ada 2 stel baju yang selalu bergantian dia minta dipasangkan; baju bermotif loreng tentara dan baju bergambar kartun tayo. Kedua baju tersebut baju lengan panjang dan celana panjang. Tidak peduli hujan atau panas, Fayyas pasti memakainya.



Jika dipasangkan yang lain dia akan langsung mencari sendiri didalam basket atau mencari dikastok ditempat menjemur pakaian, apakah bajunya sudah kering atau belum. 
Jadilah baju tersebut saya segera cuci jika basah atau kotor.


Fayyas sudah punya pemikiran sendiri akan apa yang harus digunakan atau tidak. Saya pun mengamati kenapa dia  tidak mau menggunakan celana pendek atau baju lainnya. Hasil pengamatan saya, beberapa hari yang lalu Fayyas  sering sekali terjerembab, jatoh, nyungsep, karena berlarian dihalaman depan rumah  dan tentu saja lututnya luka dan berdarah. Dan Fayyas tidak suka akan luka tersebut. Dia akan meratapi luka itu lama sekali dan akan meminta langsung diganti celana yang digunakannya ke celana penjang. Kenapa? Ternyata jika dia menggunakan celana panjang dia  tidak lagi meratapi dan tidak memperhatikan lukanya secara berlebihan. Seperti lupa.


Dan akhirnya saya yakin dia memaksa menggunakan celana panjang karena apabila pun dia jatoh, maka lututnya tidak akan terluka banyak. Benar-benar memikirkan sampai sedetail itu.


Buat saya sih, senang aja dia meggunakan celana panjang terus. Kan aurat jika keluar rumah hanya menggunakan celana pendek.
Kreatifitas tidak hanya sebatas apa yang dia hasilkan namun buah dari pemikiran juga adalah kreatif.




Yuliana, 30 Maret 2018


Tubuh Boleh Sakit, Kreatif Jangan

#Day8
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative



Hari ini 2 bocil sedang sakit. Sebenarnya sudah dari kemaren. Namun karena tidak demam, mereka sempat maen hujan. Dan hari ini Alta dan Fayyas sama-sama tepar; muntah dan diare. Meski badannya tidak panas.


Fayyas  lebih banyak tidur dan rebahan karena lemas dan tidak suka makan nasi. Alhamdulillah masih mau ngemil biskuit. Dan Alta juga tidak selera makan. Maunya juga jajan saja. 


Karena anak-anak lebih banyak rebahan dan tidur. Jadinya kegiatan tantangan hari ke 8 ini tidak berfokus ke mereka dulu.


Namun ternyata kreatif itu tidak melihatt besar atau kecil apa yang dilakukan atau sebuah keterbatasan. Tapi bagaimana mereka mampu memecahkan masalah mereka dengan cara unik dan penuh inisiatif. Seperti barusan saya meminta tolong ke Alta untuk mengambilkan kacamata  yang masih ada di dalam tas selempang. Tasnya digantung dibelakang pintu depan.  Rupanya karena tidak ada kursi dekat dia, Alta pun berinisiatif mengambil tas tersebut dengan melambungkan tali tasnya agar segera terlepas dari kaitan paku.  2 kali dia mencoba akhirnya berhasil.


Tanpa ada yang menyuruh atau mencontohkan dia bisa mengambil sendiri tanpa bantuan oranglain. Inilah kreatif ala alta hari ini. Meski masih terlihat lemas. Alta tetap beberapa kali ke luar rumah untuk berteman dengan sepupunya.



Yuliana, 29 Maret 2017

Rabu, 28 Maret 2018

Sapu Penolong

#Day7
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative


Dalam seminggu ini ada saja yang dilemparkan Fayyas (23 bulan)  ke empang depan rumah. Dia begitu senang jika apa yang dia lempar menimbulkan cipratan air. Semakin besar atau berat  benda yang dia lempar maka semakin besar pula hasil cipratan airnya. Dan Fayyas tambah semangat melempar untuk melihat atau mengamati cipratan yang dihasilkan; ada batu, kayu, rotan, ember, baskom, sikat lantai, sapu ijuk, sapu plastik, pengki, sendal, daun, rumput, ranting, toples,  sabun diterjen (yang masih ada isinya), dan lainnya.



Buat saya pribadi,  tentu saja membiarkan dia melakukannya. Namun tetap diawasi. Karena dia pernah kecebur pas berada dipinggir empang. Untungnya tangannya masih berpegangan diujung jembatan diatas empang.
Beda dengan semua orang dewasa lainnya di rumah, yang akan spontan berteriak meskipun dia belum melempar atau belum pasti berjalan menuju empang.


Kami memang sudah menjalankan homeschooling sejak 2014 dimulai dari abangnya. Saya berusaha terus membuka pikiran mengenai cara belajar anak-anak. 
Seperti siang ini, Fayyas kembali terlihat membuang bilah bambu yang tergeletak di halaman depan rumah. Kemudian dia lemparkan ke empang. Rupanya dia masih menginginkan bambu tersebut. Dan dia berinisiatif untuk mengambil sapu ijuk yang ada didepan rumah untuk mengais bambu tersebut . Saya terus mengamati ekspresi Fayyas  tiap kali dia melemparkan apa saja. Dan melihat apa yang akan dilakukan berikutnya. Sambil tetap berjaga-jaga jika dia melakukan hal tak terduga yang membahayakan dirinya.



Fayyas berusaha meraih bambu tersebut dengan pertolongan sapu. Anak kecil yang belum genap 2 tahun ini mampu berinisiatif mengenai apa yang harus dilakukannya agar bisa mengambil benda yang dia inginkan dan dia tahu dia tak mampu menggunakan tangannya sendiri.



Akhirnya Fayyas pun bisa meminggirkan bambunya dan dia pun meraih dengan tiarap dipinggir jembatan untuk mengambil bambu tersebut. Bukan untuk mengakhiri melempar tapi untuk mengulang melemparkannya lagi…
Inilah kreatifnya anak-anak. Mereka akan terus belajar menggunakan pikiran dan panca indera mereka untuk berpikir kreatif tanpa kita suruh. Kita hanya perlu  bersabar untuk tidak mencampuri cara belajar mereka. Bersabar dalam pengamatan, terus memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk mereka mengeksplore. Beri mereka kesempatan untuk berjelajah apa saja.  Anak-anak belajar dari apa saja yang ada disekitar mereka. Mereka sudah kreatif sejak diciptakan Sang Pencipta dan  tinggal kita mau tidak melihat dengan mata terbuka dan mengapresiasi dengan bijak.
Mari buat anak-anak merasa senang dalam menggali apa yang ingin mereka ketahui.


Yuliana, 28 Maret 2018

Senin, 26 Maret 2018

Belajar Foto Bareng

#Day6
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative



Berawal dari hobby dan beberapa kali saya memberanikan diri untuk ikut challenge di instagram dan juga memposting di sosmed. Ada temen-temen yang menyukai foto-foto tersebut.



Beberapa teman lainnya juga meminta diajarin,  bagaimana bisa bikin foto yang bagus. Padahal saya pun masih dalam tahap belajar dan baru sekitar 2 mingguan intens mempelajari materi-materi seputar fotografi baik dari browsing, instagram dan youtube.( suka jepret-jepret sejak SMP).



Akhirnya dengan dukungan teman-teman di sosmed. Saya pun membuat status akan membuat grup belajar foto bareng dengan handphone via online di whatApps.



Alhamdulillah antusias teman-teman cukup bagus. Ada yang saya kenal secara personal, ada yang hanya berteman sudah bertahun-tahun di sosmed namun ada juga yang baru nge-add teman, rasanya seperti sudah kenal lama karena hobby yang sama.


Grup whatsappnya memang baru dibuat tanggal 15 Maret tadi. Ada 15 orang membernya. Kenapa hanya ada 15 saja?karena saya memang sengaja membatasi jumlahnya supaya lebih fokus dan semua memang benar-benar niat untuk belajar. Sejauh ini kami sudah membikin tantangan sendiri yang akan disetorkan di grup facebook. Selain mencoba mengikuti challenge di Instagram.



Kami semua adalah guru dan kami juga murid. Saling memberi semangat, saling sharing jika mempunyai info seputar fotografi.Dan saling memberikan kritik/saran yang membangun untuk kemajuan belajar foto kami masing-masing.



Memang kami belum punya guru yang bisa memberikan workshop atau semacamnya. Namun aura belajar di grup sangat positif untuk kami semua.



Kenapa saya mau membuat grup ini. Seperti kata bijak yang pernah saya baca, 'memberi tidak menunggu punya dulu'. 


Jika saya menunggu hebat dulu baru berbagi mungkin akan makan waktu. Apalagi jika sendirian. Saya pikir jika apa yang saya punya berguna buat orang lain sekarang. Jika apa yang saya mampu bisa saya share, saya akan berikan. Bermanfaat buat sekitar adalah cara kita menggunakan apa yang Allah berikan. Mungkin saja inilah apa yang saya ingin gali dan maksud Allah menciptakan saya di BumiNYA. 



Semooga dalam waktu dekat kami bisa mengikuti workshop fotografi jika ada di kota kami ataupun yang online.



Yuliana, 27 Maret 2018




Minggu, 25 Maret 2018

COPAS GAMBAR

#day5
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative




Setiap orangtua pasti senang jika melihat anaknya belajar dengan duduk manis dan diam ditempat. Namun buat saya, jika melihat anak diam dan duduk manis pasti ada sesuatu yang dia kerjakan.


Seperti hari ini, sementara aminya sibuk ketak ketik dan menjawab beberapa chat jualan. Alta duduk dan konsen dengan buku serta pulpennya di samping saya. Beberapa saat kemudian dia pun memperlihatkan ke saya apa yang dia kerjakan.


Rupanya dia sedang menggambar. Karena saya lagi nga konsen sama apa yang dia kerjakan. Jadinya melihatnya sepintas saja. Dia menggambar bagus banget. Saya pikir. Apa saya terlewat ya? Kok alta sudah bisa menggambar persis seperti sepupunya yang memang suka menggambar komik girly gitu.
Akhirnya saya abaikan keheranan saya beberapa saat. Saya pun tetap memuji hasil gambarnya. Kemudian saya coba mengujinya dengan bikin yang lainnya yang tidak sama persis dengan gambar sepupunya.  Dan kali ini baru saya ‘ngeh’ ternyata dia menjiblak gambar sepupunya di buku tulis sepupunya tersebut.


Jadi dia mengikuti tiap lekuk garis dari gambar yang ada dibalik halaman sebelumnya. Persis dan rapi juga hasilnya. Makanya diawal saya kok heran kok bisa serapi dan sepersis itu.
Saya pun menanyakan, kenapa dia membuat jiblakan (alta belum tahu istilah kata ini) gambar sepupunya?. Alta bilang dia pengen bisa menggambar kayak sepupunya. 


Tanpa menyalahkan saya tetap memuji hasil jiblakannya yang rapi meniru gambar aslinya. Saya bilang ke alta, bahwa alta pun bisa menggambar seperti sepupunya. Banyak berlatih maka hasilnya pasti bagus malah lebih bagus dari sepupunya.



Menyemangatinya lebih penting buat saya agar jiwa kreatifnya tidak terluka daripada saya fokus dengan kekeliruan masalah menjiblak tadi. Tapi memang kok dia bisa punya pikiran menggambar dari balik kertasnya. (inilah yang saya sebut kreatif terlepas dari soal menjiblak).
Anak-anak selalu punya cara yang brilian untuk bisa menghasilkan karya. Sekecil apapun karya tersebut. itulah arti belajar dan itulah arti menumbuhkan daya kreasinya.



Yuliana, 26 Maret 2018

Sabtu, 24 Maret 2018

FINGERPRINT PACAR MEKAH

#day4
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative




Ponakan saya yang usianya 9 tahun hari ini  pulang sekolah lebih cepat, jadi dia dititipkan di rumah saya. Dan alta tentu saja senang karena ada teman main. Karena sepupunya yang seusianya sedang sakit jadi tidak bisa diajak maen diluar rumah.


Setelah membaca buku yang memang saya letakkan di tempat yang anak-anak bisa ambil jika mau baca. Anak-anak rupanya menemukan satu bungkus bubuk pacar mekah yang beberapa waktu lalu diberi tetangga. Dan mereka tertarik dengan bubuk tersebut.
Langsung saja mereka seduh dan membubuhkannya dikuku jemari. Namun karena tidak praktis sehingga hasil yang didapatpun tidak maksimal hasilnya. 
Bukannya mereka menyerah ataupun malah meninggalkan si bubuk tadi.



Akhirnya mereka malah membuat kreasi lain. Mereka mengoleskan cairan daun pacar tersebut ke kertas yang sudah mereka bentuk seperti jemari.


Jadi alta dan sepupunya membuat fingerprint di buku tulis. Kemudian digambar kuku-kukunya. Dan diberi pacar kuku-kuku tersebut.
Anak-anak memang nga ada matinya soal kreasi mereka.



Yuliana, 25 Maret 2018

Jumat, 23 Maret 2018

TULISAN ALTA

#Day3
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreatIve


Beberapa minggu ini alta mulai tertarik belajar menulis. Saya memang tidak memaksa ataupun mengajarinya secara inten. Saya ingin dia tertarik dulu dengan huruf dan angka tanpa harus saya kasih tahu. 

Alta memang sudah menjalankan homeschooling sejak lahir. Berbeda dengan dengan abang Daffa yang pernah sekolah kemudian homeschooling disemeser ganjil kelas 4 SD. Alhamdulillah kami menjalani homeschooling atau kami lebih senang menyebut unschooling sejak 2014 sampai sekarang. 

Kegiatan anak-anak tidak saya jadwalkan tapi saya membebaskan mereka mengeksplore kreatifitas mereka dimana saja. Saya ingin menumbuhkan bukan menanamkan pengetahuan ke mereka. Biarlah mereka belajar memaknai atau belajar dari mana saja tentang apa yang ingin mereka pelajari dan temukan.

Tugas saya adalah lebih ke tempat mereka berdiskusi tentang apa yang mereka temukan diluar rumah atau diluar dari kami orangtuanya. 

Kembali ke ketertarikan alta pada menulis. Alta sudah bisa memegang pensil dengan benar sejak usia 2,5 tahun. Dan kemajuan menulisnya sangat bagus.
Sekarang dia menulis sudah mulai rapi meski saya tidak menuntut rapi didalam garis. 
Dia juga belajar huruf yang ingin dia pelajari saja. Melihat poster yang menempel di dinding kemudian satu persatu secara acak diperhatikan dan ditulisnya.
Jika ada kesalahan tulis baru saya memberi sediki tpertanyaan, seperti, “Coba liat lagi bentuk hurufnya?”. Sambil menunjuk ke poster yang ada didinding. Tanpa menyalahkan atau mencoba memegang jemarinya sembari memberi contoh cara menuliskannya .

Alta lebih banyak berkegiatan di luar rumah. Seperti bermain pasir, main tanah, main apa saja yang tiap hari ada saja hasil kreasi yang diperlihatkan ke saya. 


Yuliana, 24 maret 2018

Kamis, 22 Maret 2018

I LOVE PHOTOGRAFI

#Day-2
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative




Terasa kaku sejak dimulai tantangan level 9 kali ini. Mungkin karena kelamaan  libur. 


Namun alhamdulillah selama libur cawu kuliah bunsay. Saya tidak hanya menganggur atau hanya mengerjakan yang rutin-rutin saja.
Selama 10 hari kemaren. Saya belajar fotografi with hape. Saya bersemangat menantang diri saya sendiri. 10 hari itu saya mulai browsing mengenai teknik, cara, genre, engle dan komunitas sampai menemukan wadah untuk melatih kepedean dalam memotret objek.
Saya memang tertarik dengan fotografi sejak SMP. Namun saat itu yang saya tahu hanya memoto orang saja. Dan masih menggunakan kamera saku biasa karena untuk memiliki kamera canggih seperti para ‘tukang foto’ itu nga punya cukup uang. Impian untuk mengeluti fotografi dikubur sejalan harga kamera saat itu yang tak terjangkau untuk kantong orangtua saya.



Beranjak dewasa saya masih menyukai fotografi meski hanya seputar foto produk dan sesekali memotret landscape. 


Setelah kesininya saya seperti memiliki energi baru. Fotografi tidak hanya bisa dilakukan dengan kamera saku atau kamera canggih namun  juga bisa menggunakan hp.




Senang sekali. Mulailah mempelajari kamera dihape, mempelajari cara mengedit dan sebagainya. Dan ikut challenge yang ada diinstagram. Sekali dua kali mengikutinya berasa candu.



Untuk mendukung kegiatan dan hobi lama rasa baru ini saya pun berburu props dan alas foto.
Awalnya saya liat beberapa di galeri props semuanya bikin ngiler dan tentu saja harga yang harus disediakan cukup banyak.



Sampai akhirnya saya berpikir kenapa tidak saya bikin sendiri saja.  Dan setelah browsing bagaimana bisa membikin sendiri alas-alas cantik tersebut. Saya pun mulai mengunduh dan memprintnya sendiri. Lumayan sangat menghemat pengeluaran.


Untuk ukuran 30 x 45 di onlineshop harganya Rp 45.000 sampai Rp 65.000 belum termasuk ongkir. Sedangkan  saya memprint sendiri dengan kertas yang lebih bagus kualitasnya ukuran 50 x 60 Cuma Rp 35.000 saja. Ditambah karton tebal seharga Rp 9.000 sudah dapat 1 pcs alas foto kesukaan saya.
Saya pun berpikir,  jika memprint lebih banyak saya bisa menjualnya (he..he..jiwa dagang). 


Kemudian demi menyalurkan hobby tadi saya mulai berburu props ala-ala. Saya pun lebih memanfaatkan apa yang ada disekitar. Seperti mencari bunga-bunga, rermputan dan ilalang untuk tambahan props di objek  yang akan saya jepret.



Anak-anak tentu saja saya libatkan dalam hunting dan mencari objek diluar rumah. Awalnya mereka bertanya kenapa aminya mencari bunga dan jepret-jepret apa saja. Namun lama-lama mereka sudah mengerti kalo ini adalah hobby aminya.


Kenapa saya mau menantang diri sendiri. Saya ingin memberi contoh ke anak-anak, tidak selamanya yang kita inginkan harus dibeli dan dari sekitarpun kita bisa belajar banyak hal. Jika kita bisa membuatnya itu malah lebih hemat dan siapa tahu bisa memperoleh peluang usaha dari sana . inilah kreatif ala keluarga kami hari ini.



Yuliana, 23 Maret 2018

Rabu, 21 Maret 2018

RODA PENSIL

#Day1
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative



Pagi-pagi, alta sudah pengen maen keluar rumah sambil membawa beberapa kelereng yang ditarohnya didalam wadah bekas gulungan tali layangan punya sepupunya.
Berapa lama kemudian dia memanggil saya yang sedang didapur. 



Alta: “Mi, semua kelereng alta jatoh ke sungai”.
Ami :”Bagaimana ceritanya jadi jatoh?”
Alta : “Tadi jari aku nga bisa keluar dari lubang tempat naroh kelereng ini, susah ngeluarinnya. Terus pas bisa keluar malah  kebuka dan semua kelereng jatoh ke sungai. Jadi aku nga punya kelereng lagi.” (dengan wajah hampir menagis)
Ami: “ Ya sudah kan kelerngnya juga kemaren boleh nemu jadi alta nga rugi sama sekali kan”.
Alta: “Tapi aku nga bisa maen kelereng lagi.”

Sambil terus menyemangati bahwa dia akan menemukan permainan lain yang lebih menarik.


Dan tak sampai 10 menit kemudian dia malah menemukan permainan baru. Dia memasukkan pensil kedalam lubang ditempat bekas kelereng tadi. Dan jadilah roda. Diapun akhirnya kembali ceria dan bermain dengan temuan barunya.


Saya memang tidak banyak memberikan mainan di rumah. Karena saya ingin anak-anak bermain bebas di halaman rumah yang memang relatif aman untuk mereka. Anak-anak bisa mengeksplore segala yang mereak temui dengan pemikiran mereka sendiri tanpa harus kita sebagai orang dewasa mengintervensi apa yang harus dan tidak harus mreka ketahui dan pelajari..
Biarkan anak-anak menjelajahi dunianya.




Yuliana, 22 Maret 2018

Selasa, 20 Maret 2018

Resume Diskusi Level#9 Bunsay

CREATIVE + OUT OF THE BOX = BE REVOLUTIONER

Resume Diskusi level 9 kuliah Bunsay IIP Kalimantan
Tanggal 20 Maret 2018
By Yuliana
Penyampai Materi by Any Salatiga (fasilitator Bunsay Kalimantan)

KREATIFITAS

Anak-anak sudah memiliki kreativitas mereka sejak mereka dilahirkan. Anak-anak juga seorang creator yang unggul dengan segala keunikannya. Tak kenal menyerah, tak kenal rasa takut, selalu ingin tahu dengan apa yang ada disekitar mereka. Anak-anak juga seorang pengamat dan pembelajar sejati yang terus belajar dengan cara mereka yang tentu saja sering tidak dipahami oleh orangtua dan lingkungan.

Kita sebagai orangtua dan lingkungan tempat mereka berkreasi sering menganggap mereka adalah makhluk kecil tanpa pengetahuan dan pengalaman. Padahal Sang Pencipta sudah memberikan sebuah anugerah luar biasa yaitu otak dan daya pikir untuk terus bisa digunakan tanpa limit jika kita mau mempelajarinya.

Anak-anak kita hidup dilingkungan yang protektif dan menganggap mereka lemah sehingga harus dijaga. Padahal pikiran seperti ini sebenarnya sungguh mengukung kreativitas dan daya belajar mereka untuk mengeksplore dunia dan seisinya.

Anak-anak kita mungkin saja hanya tahu tak lebih dari yang kita tahu. Padahal pikiran dan kreativitas tak berbatas.

Kita sebagai orang dewasa sudah terlalu sering merasa tahu segalanya dan merasa lebih berpengalaman sehingga kita benar-benar membatasi ruang gerak dan kreasi anak-anak. Dan ironisnya sebagai orangtua kita tidak siap untuk mengantarkan mereka kejenjang yang lebih luas. Jenjang berkreasi tanpa batas.

Ketakutan akan pikiran-pikiran kita yang seringkali memenjarakan diri kita sendiri untuk melangkah lebih jauh. Dan akhirnya kita pun begitu kepada anak-anak kita.

Menjadi manusia normal adalah pilihan yang kita rasa paling aman, menjadi user dan follower adalah tameng kita demi sebuah kata zona nyaman.

Padahal anak-anak kita butuh dukungan, dorongan, empati, simpati serta cinta yang tak bersyarat. Anak-anak juga mengharapkan penghargaan yang tulus akan keunikan mereka. Kitalah yang menjadi contoh buat anak-anak, bagaimana kita menghadapi kehidupan ini. Bagaimana kita menghadapi sebuah tantangan dan menemukan solusi.

Kita terus harus belajar bagaimana memahami jiwa anak-anak kita dengan keunikannya. Melihat dari berbagai sudut bukan saja sebagai orangtua, orang dewasa namun sebagai pendamping, teman yang siap mendengarkan, mengapresiasi apapun ide dan pikiran mereka. Menghargai tiap kreasi mereka dalam menghadapi sebuah tantangan dari sudut pandang mereka.

Kitalah yang harus berubah. Sebagai orangtua kita harus terus berpikir kreatif, menjadi kreatif dan terus berevolusi.

Kita harus mempersiapkan diri menjadi orangtua yang bukan saja kreatif, berpikiran out of the box namun siap menjadi revolutioner.


Banjarmasin

Resume Diskusi Level#9 Bunsay

CREATIVE + OUT OF THE BOX = BE REVOLUTIONER

Resume Diskusi level 9 kuliah Bunsay IIP Kalimantan
Tanggal 20 Maret 2018
By Yuliana
Penyampai Materi by Any Salatiga (fasilitator Bunsay Kalimantan)

KREATIFITAS

Anak-anak sudah memiliki kreativitas mereka sejak mereka dilahirkan. Anak-anak juga seorang creator yang unggul dengan segala keunikannya. Tak kenal menyerah, tak kenal rasa takut, selalu ingin tahu dengan apa yang ada disekitar mereka. Anak-anak juga seorang pengamat dan pembelajar sejati yang terus belajar dengan cara mereka yang tentu saja sering tidak dipahami oleh orangtua dan lingkungan.

Kita sebagai orangtua dan lingkungan tempat mereka berkreasi sering menganggap mereka adalah makhluk kecil tanpa pengetahuan dan pengalaman. Padahal Sang Pencipta sudah memberikan sebuah anugerah luar biasa yaitu otak dan daya pikir untuk terus bisa digunakan tanpa limit jika kita mau mempelajarinya.

Anak-anak kita hidup dilingkungan yang protektif dan menganggap mereka lemah sehingga harus dijaga. Padahal pikiran seperti ini sebenarnya sungguh mengukung kreativitas dan daya belajar mereka untuk mengeksplore dunia dan seisinya.

Anak-anak kita mungkin saja hanya tahu tak lebih dari yang kita tahu. Padahal pikiran dan kreativitas tak berbatas.

Kita sebagai orang dewasa sudah terlalu sering merasa tahu segalanya dan merasa lebih berpengalaman sehingga kita benar-benar membatasi ruang gerak dan kreasi anak-anak. Dan ironisnya sebagai orangtua kita tidak siap untuk mengantarkan mereka kejenjang yang lebih luas. Jenjang berkreasi tanpa batas.

Ketakutan akan pikiran-pikiran kita yang seringkali memenjarakan diri kita sendiri untuk melangkah lebih jauh. Dan akhirnya kita pun begitu kepada anak-anak kita.

Menjadi manusia normal adalah pilihan yang kita rasa paling aman, menjadi user dan follower adalah tameng kita demi sebuah kata zona nyaman.

Padahal anak-anak kita butuh dukungan, dorongan, empati, simpati serta cinta yang tak bersyarat. Anak-anak juga mengharapkan penghargaan yang tulus akan keunikan mereka. Kitalah yang menjadi contoh buat anak-anak, bagaimana kita menghadapi kehidupan ini. Bagaimana kita menghadapi sebuah tantangan dan menemukan solusi.

Kita terus harus belajar bagaimana memahami jiwa anak-anak kita dengan keunikannya. Melihat dari berbagai sudut bukan saja sebagai orangtua, orang dewasa namun sebagai pendamping, teman yang siap mendengarkan, mengapresiasi apapun ide dan pikiran mereka. Menghargai tiap kreasi mereka dalam menghadapi sebuah tantangan dari sudut pandang mereka.

Kitalah yang harus berubah. Sebagai orangtua kita harus terus berpikir kreatif, menjadi kreatif dan terus berevolusi.

Kita harus mempersiapkan diri menjadi orangtua yang bukan saja kreatif, berpikiran out of the box namun siap menjadi revolutioner.


Banjarmasin