Sabtu, 10 Juni 2017

Day 10

level1
#day10
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

     GUNAKAN KAKIMU DENGAN BAIK

#menunjukkan empati

Hampir setengah harian kami bertiga bersama, rebahan, saling cerita dan bercengkrama. Memang kadang perselisihan atau kesalahpahaman ada diantara 2 anak saya, abang maupun alta.

Mereka juga sering berkelahi, gontok-gontokkan , saling jahil (kebanyakan ini sih…) dan becanda berlebihan sampai berakhir dengan tangisan..

Jarak usia antara mereka memang terpaut cukup jauh. Tapi saya tidak pernah membela siapapun diantara mereka jika perselisihan terjadi. Buat saya apabila terjadi perselisihan yang pertama yang saya lakukan adalah menanyakan apa yang mereka rasakan, terus menanyakan akibat jika hal tersebut menimpa mereka. Baru kemudian menanyakan kronologis apabila saya tidak berada didekat mereka saat itu hal itu terjadi.

Setiap perkelahian antara mereka, saya akan mengatakan kesalahan mereka. Kemudian setelah mereka meminta maaf, saya pun akan memeluk mereka satu-satu. Menyatakan bahwa saya selalu sayang mereka.

Seperti siang ini. Karena tidak ada sepupu Nayla dirumah dan sepupu eza juga sedang ke luar kota bersama neneknya. Jadilah abang merasa kesepian tidak punya teman maen di rumah. Anak-anak tetangga juga pada sepi, tidak ada satupun yang datang ke rumah tidak seperti biasanya. Biasanya pagi-pagi anak-anak tetangga sudah mengasih kode tepukan di depan rumah sebagai isyarat memanggil mengajak maen.

Jadilah kami berempat; saya, abang, alta dan de fayyas, asyik leyeh-leyeh di ruang tengah . Abang dan alta awalnya maen lempar salju es di teras terus berlanjut mainin ayunan de fayyas. Sampai akhirnya saling bercanda menggunakan kaki. Alta dan abang memang sama-sama suka jahil satu sama lain. Dan jahil mereka bukan saling gelitik, sembunyiin maenan, lempar maenan entah kemana tapi saling dorong sampai salah satu terpancing marahnya dan akan berakhir dengan tangisan. Entah bisa abang yang menangis atau alta.

Alta meski usianya 4 tahun dan cewek pula tapi dia tidak seperti anak cewek yang kalem, lembut tapi atraktif, suka panjat memanjat, suka berteman dengan teman cowok daripada teman cewek sebayanya.

Beberapa saat setelah mereka berdua bergumul saling dorong, alta menangis. Yang ternyata abanglah yang mendorong hingga dia jatuh dari ayunan de fayyas.

Alta: “Abang yang dorong….(sambil nangis)”.

Saya : “Dimana sakitnya?” (sambil mengajak alta rebahan dilengan saya)

Alta: “Disini…. (alta menunjuk pinggangnya).”

Meski saya melihat kejadian barusan tapi saya ingin mereka saling cerita versi mereka.

Saya : “Wah, pasti sakit ya?”

Alta: “Iya, sakit mi. Ami tau pasti sakit kalo didorong apalagi kalo di tendang….”

Saya: “Alta, emang tadi ngapain abang?”

Abang: “Dia tuh mi, kakinya jahil nendang-nendang abang terus…” ( abang tampak kesal karena diaduin).

Saya :  “Terus abang kesal?”

Abang: “Iya….”

Alta: “Ami marahin abang tuh..!”

Abang : “Huh, ngadu…ngadu…”

Saya : “Alta sayang, alta kan sakit tuh karena kena dorongan abang, kalo abang yang dorong alta,…gimana? Sakit tidak?”

Alta : “Nga…!” ( nangis tapi ngeyel)

Abang: “Tuh kan mi”.

Saya : “Alta, ditendang atau didorong sama-sama sakit dan semuanya pasti tidak mau terjadi pada diri kalian kan. Ami juga nga mau tuh..ditendang/didorong. Jadi ami nga mau menendang/mendorong orang lain.”

Abang : “Alta tuh yang salah duluan..!”

Saya: “Keduanya sama-sama salah. Abang salahnya karena memulai menggunakan kaki untuk bercanda sehingga alta juga membalas. Dan alta salahnya menggunakan kakinya untuk menendang-nendang abang meski maksud awalnya cuma bercanda. Tapi kalo bercanda mengakibatkan salah satu kesakitan itu namanya bukan becanda lagi.”

Alta dan abang pun hanya terdiam. Alta masing diposisi dipelukan saya dan abang disamping saya juga rebahan. Sedang de fayyas. Dari tadi mulai kesal karena melihat alta yang berpelukan dengan saya (cemburu ceritanya).

Saya : “Hayo, abang minta maaf sama alta.”

Abang pun menyodorkan tangan ke alta, tapi alta memalingkan wajahnya.

Abang : “Tuh kan mi bikin kesel…”

Saya : Alta, hayo mana tangannya. Abang sudah nyodorin tangan tuh.”

Alta masih tidak bergeming dan tanpa berkata apa-apa.

Saya : “Alta sayang, hayo kasih maaf abangnya. Kemaren juga alta minta maaf, abang ngasih maaf tuh.”

Akhirnya perdamaian itu berhasil. Mereka kembali berpelukan dengan saya. Termasuk de fayyas.

Setelah situasi kembali adem-adem aja, saya mengatakan ke alta dan abang bahwa kakinya harus digunakan secara baik dan untuk hal yang baik-baik aja: seperti berjalan, berlari, lompat, dan memanjat juga boleh. Kita harus bersyukur masih punya kaki yang masih sehat. Alta dan abang kan pernah liat orang tidak punya kaki. Mereka pengen banget punya kaki sehat seperti kita. Jadi kakinya harus dijaga dan dipelihara ya sebagi and kita bersyukur.

_______________________________________

                   TAKUT MALING

Baru selesai ifthar dan sholat maghrib, tiba-tiba saja ada suara orang-orang berteriak kalo ada pencuri. Sontak saja kami membuka pintu rumah dan keluar melihat apa yang sedang terjadi. Memang ada sedikit ketakutan karena Ayah sedang diluar kota.

Saya sambil menggendong de fayyas keluar rumah diiringi alta dan abang yang baru selesai mandi.

Tak berapa lama, sang pencuri berhasil ditangkap dan digiring oleh warga kampung untuk diserahkan ke pak RT. Ternyata yang kecurian adalah tetangga di seberang rumah. Yang dicuri adalah sebuah sepeda. Sang pencuri yang punya perawakan kecil dan usianya juga sudah tua. Memelas untuk tidak dihakimi warga.

Kejadian ini berlangsung di depan rumah. Dan alta melihat kejadian tersebut. Dia yang hanya berdiri diam dibalik pintu. Berteriak ke abang untuk segera masuk ke dalam rumah.

Awalnya saya tidak begitu memperhatikan alta karena fokus mau meninabobokan de Fayyas karena memang jamnya dia untuk tidur.

Setelah  si pencuri digiring warga dan kamipun kembali masuk ke rumah dan saya menuju tempat tidur, ternyata alta hanya duduk diam di ujung tempat tidur saya. Sekitar 10 menit saya tidak memperhatikan reaksinya karena fokus saya ke fayyas aja.

Akhirnya saya pun melihat dia hanya duduk terdiam tak bergerak tanpa kata-kata. Saya pun merasakan kalo ada ketakutan diwajah alta.

Saya : “Alta kalo sudah ngantuk, hayo ke tempat tidurnya.”
( saya masih menidurkan fayyas yang tidak biasanya jam segini masih aktif)

Alta hanya mengeleng.

Saya : “ Alta, takut ya?”
Alta mengangguk saja tanpa suara.

Saya menangkap dia ketakutan melihat kejadian barusan. Karena dia memang belum pernah melihat kejadian seperti itu sebelumnya. Saya pun mengajaknya tidur di tempat tidur saya bertiga dengan de fayyas.
Saya coba menenangkan dan memberikan dukungan bahwa perasaan takut tersebut itu wajar.

Saya : “ Sayang, tidak apa-apa alta merasa takut. Ami juga takut barusan.”

Alta masih saja diam tanpa suara sedikitpun. Saya pun mengajaknya untuk berdoa bersama. Meminta ke Allah untuk melindungi kami semua.

Altapun mau ikut berdoa.

Saya : “ Sayang, rasa takut itu memang harus dipunyai oleh kita. Tapi kita punya Allah yang akan melindungi kita”.

Alta : “ Allah itu besar ya?” (dengan suara lirih)

Saya : “ Iya sayang, Allah itu MAHA BESAR. Lebih besar dari apapun.”

Alta: “ Allah Kuat ya, mi?”

Saya: “Sangat sayang. Allah MAHA KUAT. Allah akan menjaga kita dari apapun.”

Akhirnya diapun mulai sedikit tenang. Saya memeluknya dan mengatakan bahwa saya akan terus bersama dia sampai dia tidur nanti.

Hal yang saya peroleh hari ini adalah komunikasi harus selalu terjalin dengan anak-anak. Menjadi pendengar adalah syarat agar mereka selalu menjadikan kita tempat pertama mereka bercerita. Membantu mereka mengenali perasaan mereka sendiri dan kembalikan semuanya ke Allah sebagai pencipta semua perasaan tersebut.

Perubahan yang saya buat hari ini adalah lebih bisa mengontrol situasi ditengah keriwehan 3 anak. Berpikir logis dan tidak membela salah satu saja.

10 Juni 2017
Banjarmasin City

Yuliana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar