Senin, 04 Juni 2018

Aliran Rasa Level 11

Aliran rasa level 11

Alhamdulillah seru tantangan dilevel 11 kali ini. Berasa banget gregetnya. Tidak seperti tantangan dilevel-level sebelumnya dimulai dari level ke 8 ke bawah. Berasa biasa aja karena kita diminta menceritakan apa yang kita lakukan bersama anak-anak di rumah.


Namun level kali ini kita ditantang membuat semacam kulwap kecil dengan grup kecil yang sudah dibagi dibulan sebelumnya. Mencari bahan materi, mencari sumber materi, membuat slide persentasi, berbagi tugas dan membuat media diskusi secara berkelompok.

Tantangan persentasi secara online lebih kerasa riweh dan serunya. Karena kita harus kompromi mengenai jadwal online untuk berdiskusi. Kita juga berbagi tugas dan kesediaan teman-teman lainnya untuk berpartisipasi, mengatur susunan acara dan susunan tugas.

Meski hanya 1 jam peresentasinya namun berasa aura sibuknya tuh dapet banget disaya. Secara saya memang kurang cepat dalam pengetikan jadi saya ditugas grup ini mengajukan diri menjadi nutolen yang tugasnya menerima pertanyaan dari teman-teman member diskusi, membawanya ke grup, mengeditnya biar cantik dan mengirimnya kembali ke grup sebagai jawaban dari grup kami.

Ternyata seperti ini persisnya jika akan membuat sebuah even kulwap. Dan Institut ibu profesional di level ini melatih kami untuk siap berkembang dan melebarkan sayap untuk bisa membuat dan bekerja dalam tim untuk membuat sebuah even diskusi atau kulwap di luar sana jika suatu hari tantangan itu datang ke kami.

Gambaran tantangan level ini benar-benar membuka wawasan dan pengalaman berharga. Bekerja dalam tim apalagi tidak tatap muka memang satu tantangan luar biasa.

Dan saya menikmatinya. Dan terus bisa belajar lebih lagi. Agar terasah dan keluar dari zona nyaman saya.

Yuliana

Sabtu, 02 Juni 2018

Mencederai Fitrah Seksualitas

#Day17
#Fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11


Salah satu pengenalan fitrah seksualitas anak adalah dengan mengenalkan sedini mungkin akan fitrah seksualitas mereka.

Jangan sampai anak bingung dengan fitrah sejatinya sendiri, dikarenakan orangtua dan lingkungan membiarkan hal tersebut karena merasa si anak kan masih kecil, dia belum tahu juga, atau pembenaran lainnya.

Seperti pagi ini, saya dengan tegaa menolak untuk kesekian kalinya pada pemberian pakaian lungsuran dari sodara. Karena jelas-jelas pakaian tersebut bermotif dan berwarna untuk anak cewek. Sedang anak saya Fayyas adalah anak cowok.

Saya memang tidak banyak membeli pakaian untuk Fayyas, karena saya masih bisa mencucinya setiap hari dan Fayyas juga belum butuh pakaian banyak dan beraneka macam.

Inilah penyingnya pendidikan seksualitas dan fitrah seksualitaa dikenalkan pada semua orang terutama keluarga inti dan keluarga besar.

Bahwa anak-anak juga memiliki hak meski mereka belum bisa bicara mengenai haknya. Anak-anak sudah harus dikenalkan  dan ditauladankan bahwa dia harus berpikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai laki-laki sejati atau perempuan sejati.

Jangan dibikin tampak abu-abu dengan dalih bahwa 'lucu', cuma sebentar aja kok, anaknya juga tidak tahu dan lain-lainnya.

Seperti dalam hadist
"Rasulullah melaknat laki-laki menyerupai wanita dan wanita menyerupai laki-laki."
(HR. Al-Bukhari no. 5885; Abu Dawud no. 4097; Tirmidzi no. 2991).

Orangtua dan lingkungan  turut berperan dalam pembentukan fitrah seksualitas anak.

Maka Mari sama-sama bertobat. Jangan jadikan lucu-licuan dengan memberikan  dandanan pada anak kita/anak orang lain yang tidak sesuai fitrahnya.

Yuliana

Jumat, 01 Juni 2018

Siapa Yang Boleh Pegang Aku?

#Day16
#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11




Pagi ini kami rencananya akan memeriksa Alta ke Puskesmas di seberang rumah.
Sejak kemaren Alta sudah demam , entah karena hidung tersumbatnya atau karena ada bintik merah dan bentol-bentol di kulit betisnya.

Kamipun antre dan menunggu dipanggil oleh bagian pendaftaran. Setelah 30 menit berlalu, kamipun dipanggil ke ruang bagian anak. Di sana sudah ada dokter jaga dan dokter muda seorang laki-laki.

Sebelumnya saya sempat bicara pada Alta sewaktu menunggu antrean mengenai apa saja yang akan dia lalui di ruang periksa, seperti; pertama akan ditimbang, diukur tinggi badan, ditanya dokter mengenai gejalanya dan akan diminta rebahan di kasur untuk diperiksa bintik merah yang ada diperut dan bentol di betis.

“Jadi jika nanti dokter meminta dibuka bagian perut dan betis kamu, maka boleh saja kan ada ami disamping.”

Alta pun mengangguk dengan lemas.

Buat saya inilah saat yang penting untuk mempraktekan pendidikan seks pada Alta. Mengenai daerah mana yang boleh dan tidak boleh dipegang/dilihat orang lain terutama laki-laki atau bukan mahromnya.

Dan qadarullah pengalaman Alta hari ini adalah  pertama kalinya Alta  diperiksa dokter sampai harus membuka bajunya.

Mengenalkan sex education lebih mudah dipahami anak-anak jika ada momen yang berkaitan lansung dengan mereka. Sehingga pengalaman tersebut akan mudah dipahami dan dimegertinya.

Yuliana